Semua Bab 365 Hari Bersama Sang CEO: Bab 41 - Bab 50
79 Bab
41 - Jalan-Jalan
Hari Selasa…“Adam ikut aku hari ini. Aku ingin pergi membeli bunga dan buah tangan untuk keluarga Kim Seok Hoon.” ucap Shino sambil mengolesi tangannya dengan losion tubuh.Ia juga meminum vitaminnya dan meneteskan matanya dengan obat tetes, kini ia tidak meminta bantuan Adam. Karena ia bisa meneteskannya dengan baik.Adam menghembuskan napas kasar lalu pergi ke kamarnya untuk mengganti baju. Ia memakai celana bahan dan hoodie berwarna abu-abu, rambutnya tidak ia tata rapi lagi.“Sudah siap?” tanya Adam sambil sesekali mengintip Shino yang sedang memakai syal putihnya.Adam tidak pernah melihat Shino memakai syal, tumben sekali Shino memakai benda itu.“Baru?” tanya Adam.Shino menunduk melihat syal itu, “Ini maksudmu? Benda ini sudah lama tersimpan di lemariku, ini ibuku yang membuatnya langsung untukku.”Adam ber-oh ria, ia kemudian mulai menghidupkan mobilnya.“Shino memperbaiki posisi duduknya agar nyaman, “Antar aku ke toko bunga di daerah Shibuya. Disana adalah toko langgananku
Baca selengkapnya
42 - Keputusan Baru
Shino mengunyah dengan lahap makanan di depannya ini, mulutnya tampak penuh. Dari wajahnya, terlihat bahwa ia sangat menikmati makanan lezat itu.Adam duduk diam sambil menatap wanita di depannya ini, “Apa seenak itu tonkatsu di matamu?”Shino mengangguk dengan cepat sambil terus mengunyah, “Aku sangat menyukai makanan ini sejak kecil.”“Telan dulu, baru bicara.” Adam menyodorkan segelas air minum kepada Shino.Shino meminum air itu dan menghembuskan napas, “Kau tidak makan? Ini enak sekali, kau tidak mau?”“Aku hanya dengan melihatmu, makan sudah membuatku Kenyang,” jawab Adam dengan tersenyum.Shino mengusap bibirnya yang belepotan dengan tisu, ia merasa malu dengan cara dia makan yang tidak seperti wanita elegan lainnya.“Apa aku terlihat sangat jorok saat makan?” tanya Shino dengan setengah berbisik. Matanya melihat sekitarnya.“Tidak, kau hanya terlihat seperti orang tak makan berhari-hari.” Adam tertawa renyah melihat perubahan ekspresi Shino yang menurutnya lucu.“Dulu ayahku
Baca selengkapnya
43 - Rumah Kim Seok Hoon
Vivi menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan pelan, matanya menatap tajam pada kakaknya itu.Keputusan ini mungkin akan sangat memengaruhi kehidupannya di masa depan, tetapi tidak ada yang tahu bagaimana rencana Tuhan yang sebenarnya. Bisa jadi, ini adalah cara Tuhan untuk kembali menyatukan Vivi dengan Seok Hoon.Impian Vivi yang dulu hancur kini bisa terwujudkan dengan melalui berbagai tragedi menyedihkan yang terjadi dalam sepanjang hidupnya."Aku mau menikahi Kim Seok Hoon," ujar Vivi dengan suara tegas, ia sudah mantap dengan pilihannya kali ini.Mata Riko membelalak terkejut mendengar hal itu, begitu pula dengan Pak Jung. Pria itu nampak senang sambil menatap Vivi dengan hangat.Riko memeluk cucunya itu dengan erat, lalu mengusap punggungnya dengan pelan."Jika kau tidak mencintainya, jangan Paksakan hatimu sayang. Nenek akan mencoba berbicara dengan kakekmu," bisik Riko dengan lembut di telinga wanita itu.Vivi melepaskan pelukan neneknya dan memegang erat kedua
Baca selengkapnya
44 - Acara keluarga
Semua orang menoleh ke arah seruan Kim Seok Hoon, termasuk Pak Kim yang duduk di posisi tengah meja makan berukuran panjang itu.Shino menarik napasnya dalam-dalam lalu membungkukkan badannya dengan sopan.“Selamat malam semua,” ujar Shino dengan senyumnya yang manis.Ruka, ibu Seok Hoon berdiri dari kursi duduknya. Ia langsung menghampiri Shino dan memeluknya dengan erat. Wanita itu melepaskan pelukannya dan tersenyum sendu menatap Shino, ia menyentuh bahu Shino.“Bagaimana kabarmu? Kau baik-baik saja?” tanya Ruka dengan lembut.Shino menganggukkan kepalanya dengan cepat lalu ditariknya tangannya ke hadapan keluarga Seok Hoon. Pria itu berdiri di belakang Shino dan ibunya,ia tersenyum senang sejak Shino datang tadi.Seok Hoon tak pernah menyangka bahwa wanita dingin itu akan menuruti permintaannya, sejak sekolah Shino sangat susah diajak bermain ke rumah Seok Hoon. Walaupun hanya sekadar minum teh disana.Ini adalah kejadian langka dalam hidup Seok Hoon, bujukannya ternyata berhasil.
Baca selengkapnya
45 - Melepas Rindu
Shino menatap wajah pria yang sudah menjadi temannya bertahun-tahun itu, ia kemudian tersenyum miring. "Jangan harap kau bisa jadi kekasihku," Shino lalu melihat jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Seok Hoon tertawa pelan, seperti biasa gombalan receh ini tidak akan bisa menembus hati wanita arogan itu. Dia dari dulu susah sekali untuk didekati, bahkan saat masa sekolah Shino dikenal sebagai malaikat maut. Karena wajahnya yang cantik seperti malaikat, tapi tidak dengan hatinya yang kejam tak dapat dilawan bak maut yang menjemput. "Yaah aku tahu, kau tidak akan semudah itu untuk menjawab iya padaku." tukas Seok Hoon sambil melipat tangan di dada. "Sesulit apapun kau mencoba kau tidak akan mampu meluluhkanku. Jadi, jangan bersusah payah mengejarku. Coba liriklah Vivi, dia sangat mencintaimu dulu." ujar Shino. "Aku menganggapnya seperti adikku sendiri, aku tidak bisa mencintainya. Entahlah, aku tidak bisa memandangnya sebagai seorang wanita." jelas Seok Hoon. Seok
Baca selengkapnya
46 - Petunjuk Baru
"Seok Hoon, aku mau pulang. Ini sudah malam, besok aku harus bekerja." ujar Shino, ia lalu berdiri dari kursi duduknya. "Kenapa kau sangat terburu-buru? Aku masih ingin cerita banyak hal denganmu," suara Seok Hoon terdengar parau. "Besok-besok saja, kau boleh menemuiku di kantor. Jangan ke rumah, ingat itu! Aku tidak suka jika ada pria dengan sifat playboy seperti main ke rumahku." ujar Shino sambil menunjuk Seok Hoon dengan tegas. Seok Hoon mendengus kesal, ia pasrah kali ini. Tidak mungkin wanita itu mau menurutinya walaupun ia mencoba apapun untuk menghentikannya agar tidak pulang. "Baiklah, pulanglah. Kau mau berpamitan dengan orang tuaku?" tanya Seok Hoon. Shino mengangguk dengan cepat, "Sekaligus ingin mengambil tasku yang tertinggal di sofa ruang tamu." "Okee, ayo kuantar" ajak Seok Hoon. Di teras, tampak Ruka dengan Jaekyung dan Sihoon sedang berbincang-bincang. Mereka sesekali tertawa riang, entah membicarakan hal apa. Ruka melihat kedatangan Shino dan Seok Hoon dari l
Baca selengkapnya
47 - Kemarahan yang Tak Terbendung
Di kamar Seok Hoon, sudah ada ayahnya yang duduk tenang di sofa besar miliknya. Ia tampak gelisah terlihat dari raut wajahnya. Joon berulang kali mengusap dagunya yang tak gatal, sesekali ia menunggu Seok Hoon yang masih belum menemuinya."Apa dia akan mau dengan perjodohan ini? Dia masih mencintai Shino, bagaimana cara aku membicarakan ini dengan baik-baik padanya." gumam Joon sambil terus memutar otak.Semua orang tahu bahwa Seok Hoon masih menyukai Shino seorang dan Vivi hanyalah teman baginya. Apa yang akan terjadi jika pria itu tiba-tiba dijodohkan dengan paksa begini. Pastinya Seok Hoon tidak akan menyetujuinya, itu akan menjadi masalah baru bagi kakeknya. Apalagi, jika dia berani melawan kakeknya makan akan menjadikan masalah ini semakin besar."Apa aku menyuruh Ruka saja ya? Tapi dia juga masih tidak tahu tentang hal ini. Dia juga pasti akan marah padaku dan ayah. Dia sangat menyayangi Shino," gerutu Joon berkali-kali.Ia kemudian dikagetkan oleh suara pintu yang terbuka, dari
Baca selengkapnya
48 - Keterpaksaan
Seok Hoon terbangun dari tidurnya yang sangat pulas, ia memegang kepalanya yang sangat pusing. Semalam dia menghabiskan waktunya di bar sendirian untuk melampiaskan amarahnya. Terdengar suara pintu terbuka, Ruka masuk sambil membawa nampan berisi sup penghilang mabuk. Dia letakkan di meja nampan itu, lalu membuka gorden di kamar Seok Hoon agar cahaya matahari bisa masuk dan menyadarkan anaknya itu. Ruka lalu duduk di ranjang milik Seok Hoon. "Kau sudah bangun? Kau baik-baik saja?" tanya Ruka dengan lembut. Ia memijat kaki Seok Hoon dengan pelan, dilihatnya anaknya itu masih mengumpulkan segala kesadarannya. Ruka menghela napas pelan lalu mengambil nampan yang dibawanya. "Ayo, kau harus makan ini." bujuk Ruka sambil memberikan nampan itu kepada Seok Hoon. "Siapa yang mengantarku pulang tadi malam?" tanya Seok Hoon dengan wajah polosnya. Ruka meletakkan kembali nampan itu ke meja, ia kemudian menarik napas dalam-dalam. "Vivian, kau pulang jam 1 tadi malam. Apa kau tahu seberapa ce
Baca selengkapnya
49 - Ketahuan
Shino memajang bunga edelweis yang tak sempat ia berikan pada ibu Seok Hoon, dia lupa bahwa dia berniat membawa bunga itu untuk Ruka. Karena sudah terlanjur, ia pun menaruh bunga itu di kamarnya. Shino keluar dari kamarnya sambil tersenyum riang menghampiri Adam yang sedang memasak sarapan pagi. Ia berdiri di samping Adam mengintipnya mengiris daun bawang. Wanita itu kemudian duduk bersama Taki di pangkuannya. "Kapan kita akan ke rumah Seok Hoon lagi?" tanya Adam. "Entahlah, dia belum meneleponku sejak aku pulang dari rumahnya. Mungkin dia sedang sibuk, sebentar lagi kan drama barunya akan tayang di televisi." ungkap Shino sambil memeluk Taki dengan gemas. "Bagaimana dengan Jiho? Apa kau tidak berniat mencari informasi tentang dirinya?" Adam menatap wanita itu dari dapur. "Pak Jung sedang sibuk, dia katanya masih mengurus acara di rumahnya. Apa aku menyuruh Kento saja?" Adam menatap ke atas berpikir sejenak, "Dia mungkin sedang membantu Pak Jung. Selain dia, tidak adakah?" Shino
Baca selengkapnya
50 - Rencana Baru Shino
Berry duduk di sofa milik Shino dengan Shino dan Adam yang duduk di depannya, mereka berdua duduk agar berjauhan. Karena melihat Berry yang tampak histeris melihat mereka berdua. Saat ini Berry sedang terdiam sambil menatap kedua orang itu, banyak pikiran yang merasuki dirinya. "Apa kau, ah tidak. Apa kalian selama tinggal bersama?" tanya Berry dengan memastikan bahwa yang ada di matanya ini benar. Adam menoleh ke arah Shino berharap Shino saja yang mengatakan jawabannya. Shino menghela napas pelan, ia menggangukkan kepalanya dengan cepat. "Tapi kita tidak satu kamar," "Ya harus itu!" jawab Berry dengan cepat. Shino mengerutkan dahinya lalu tersenyum miring, "Adam, tolong kau ambilkan jus untuk Berry di kulkas." Adam pun menuju dapur dan mengambil jus jambu sesuai permintaan Shino. Mata Berry menatap Adam dari jauh. "Bu Shino, apa anda tidak takut tinggal serumah dengan pria itu. Wajahnya seperti mafia." bisik Berry pada Shino. "Awalnya begitu, tapi ternyata cukup enak tingga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status