All Chapters of BERI AKU KESEMPATAN SEKALI LAGI: Chapter 11 - Chapter 20
35 Chapters
Bab 11
"Aisyah, kamu sebentar lagi mau melahirkan lo, kamu beneran gak mau hubungi suami kamu, atau mertua kamu ya?" tanya Amina siang itu, berkunjung ke rumah yang di tinggali oleh Aisyah dan kedua anaknya.Aisyah yang sedang sibuk mengemas nasi bungkus pesanan salah satu pengajar, yang juga mengajar di pondok pesantren itu, menggeleng tegas."Tidak Aminah, biarkanlah takdir kelak yang akan mempertemukan kami, tapi yang jelas, begitu anak ini lahir, aku akan segera melayangkan surat gugatan kepada Mas Farhan." jawab Aisyah, sambil tetap sibuk membungkus aneka sayur yang sudah ia buat tadi, ke dalam sterofom."Kamu sudah hamil besar begini, kok masih sibuk terus sih.." Amina mulai mengalihkan pembicaraan mereka, karena percuma saja, Aisyah tetap akan kekeh pada keputusannya, yang ingin segera bercerai dari Farhan.Bukan Amina membela Farhan, hanya saja ia kasihan kepada sahabatnya itu, karena harus bekerja keras membanting tulang, untuk menghidupi anak-anaknya.Apalagi Aminah juga tahu, jika
Read more
Bab 12
["Farhan! cepat pulang! Gendis di larikan ke rumah sakit sekarang!"] ucap Ambar, menelepon Farhan, yang sedang berada di luar kota karena pekerjaan.["Maaf Ma, tapi setelah ini Farhan harus presentasi, sudah ditunggu sama yang lainnya. Mama bisa jagain Gendis dulu kan, Ma? nanti setelah selesai, Farhan langsung nyusul ke sana."][Ya sudah, biar Mama temani dulu, sepertinya sudah mau lahiran. Kamu buruan ya Nak..?] Klik! Sambungan pun terputus.Farhan mendesah pelan, Gendis sudah mau melahirkan sekarang, berarti Aisyah sebentar lagi juga akan melahirkan..Pikirannya menjadi tidak tenang sekarang, bukan memikirkan Gendis yang hendak melahirkan, justru dia kepikiran dengan Aisyah."Aisyah... dimana sebenarnya kamu sekarang? apakah kalian baik-baik saja?" gumamnya, teringat dengan kedua anaknya.Farhan merasa semakin sesak dadanya, karena justru dia meninggalkan kenangan yang tidak menyenangkan, di akhir perjumpaannya dengan kedua putranya itu.Masih terngiang di telinganya, saat Akbar me
Read more
Bab 13
Waktu terus berlalu dengan sangat cepat."Fatimah! jangan berlarian seperti itu Sayang!" seru Aisyah, yang baru selesai mengajar di madrasah sore, dan membiarkan Fatimah yang baru berusia 2 tahun itu berlarian di halaman madrasah yang luas."Huwaaaa ummi.." tiba-tiba gadis kecil itu menangis, karena menabrak kaki seseorang, yang tengah berjalan menuju kantor madrasah."Fatimah?!" seru Aisyah, segera berlari saat melihat putrinya jatuh terduduk di tanah.Lelaki yang di tabrak kakinya oleh Fatimah tadi, segera berjongkok, dan mengambil Fatimah ke dalam gendongannya, sambil sibuk menenangkan Fatimah yang menangis."Ah, maafkan putri saya." ucap Fatimah, segera meminta putrinya, dari gendongan lelaki tadi."Ooh, tidak apa-apa ukhti, namanya juga anak-anak, lagi senang-senangnya berlarian dan bermain." jawab lelaki bertubuh jangkung itu, tersenyum lebar.Wajah pemuda itu begitu tampan, dengan cambang tipis, dan hidung yang mancung, membuat Aisyah segera mengalihkan pandangannya, dan segera
Read more
Bab 14
"Kita ke tempat Ustadzah Aisyah dulu ya, Bang." ajak Ghufron, berbelok ke kanan, saat mereka sampai di persimpangan gang."Baiklah, kebetulan aku juga ingin melihat panti itu sekarang, kata Ummi sekarang pantinya rame." Jawab Hanan, setuju."Rame banget Bang, banyak anak-anak yatim dan dhuafa, yang di titipkan disini." ungkap Ghufron.Dan benar saja, dari kejauhan, sudah terdengar celotehan anak-anak yang ramai bermain di halaman panti yang luas. Ada yang bernyanyi, ada juga yang menggambar di teras.Sedangkan anak-anak yang sudah lumayan besar, terlihat sedang melipat kotak-kotak Snack.Seorang perempuan dengan kerudung lebar, terlihat keluar dari rumah yang ada di sebelah panti, sambil membawa talam berukuran lebar, menuju teras panti "Anak-anak! ayo makan camilan dulu!" teriaknya, menghentikan kegiatan anak-anak yang rata-rata masih di bawah 10 tahunan itu, dan segera berhamburan menuju perempuan tadi."Nana mau Ummi!""Tyo juga!""Sisi mau juga!" seru anak-anak saling bersahutan,
Read more
Bab 15
"Jadi Gendis dan Putra mau ikut juga, Farhan?" tanya Ambar, saat mereka tengah sarapan.."Iya Ma, kasihan Putra, beberapa hari ini Farhan jarang menemaninya bermain, karena sibuk luar biasa di kantor. Jadi biar mereka ikut, sekalian berjalan-jalan." jawab Farhan."Mama jadi kesepian dong, kalau begini." ucap Ambar, terlihat lesu.Drajat yang melihat itu terkekeh. "Ya sudah, Mama ikut juga sana!" cebiknya, menggoda sang istri."Ish, Papa ini!" serunya kesal."Masa iya Mama ikut, harusnya Papa dong, ajak Mama jalan-jalan. Kita kemana kek!" ketusnya, sebal."Tuh Pa, Mama sepertinya pengen di ajak bulan madu lagi tuh.." goda Gendis, terkikik geli."Wah, boleh juga itu idenya, ya udah, Mama pengen Papa ajak kemana? sok atuh Ma." Drajat terkekeh."Beneran? Mama udah lama banget lo gak jalan-jalan Pa." rajuknya, terdengar manja.Farhan yang melihat kedua orangtuanya itu, hanya dapat menggelengkan kepalanya.Dalam hatinya, ia tiba-tiba merasa perih, melihat keharmonisan kedua orangtuanya itu
Read more
Bab 16
Aisyah segera menundukkan kepalanya, saat melihat ada mantan suaminya ternyata, di ruangan itu."Jadi Mas Farhan juga mengikuti acara ini?" gumam Aisyah, merasa masih belum siap jika bertemu dengan lelaki yang telah memberinya 3 anak itu.Aisyah rasanya ingin segera pulang saja, dan pergi dari tempat itu.Tapi walau bagaimanapun, ia juga harus bersikap profesional, karena sudah di percaya untuk mengurus konsumsi makan, di acara itu.Bahkan Bu Leni sang pemilik acara, memintanya sendiri kepadanya, tempo hari."Acara itu sangat penting Bu Aisyah, jadi saya mohon, saya ingin Bu Aisyah sendiri yang menanganinya nanti.Tak mau terlihat oleh mantan suaminya, Aisyah beranjak pergi ke belakang, berkumpul bersama dengan pekerjanya yang lain.Acara terus berjalan, dan kini tibalah waktu untuk makan siang.Farhan yang pagi tadi hanya sempat sarapan sekedarnya saja, sudah merasa sangat lapar.Saat memasuki ruang prasmanan, aroma masakan yang lezat, segera menguar, menerbitkan liur dalam mulutnya,
Read more
Bab 17
Akhirnya Aisyah menyerah, melihat putranya yang sakit dan terus memanggil Abinya, hatinya serasa hancur."Apa yang telah aku lakukan terhadap putraku? kenapa aku tak pernah menanyakan bagaimana perasaan mereka, yang jauh dari Abinya sendiri?" tangisnya, pilu."Sudah Aisyah, semua sudah terjadi. Sekarang anak-anak sudah mulai tumbuh besar, sudah waktunya kau pertemukan mereka dengan Abinya.Cobalah sekarang kamu hubungi mantan suamimu itu.Aku yakin, sekarang ini Abinya juga pasti sangat merindukan anak-anaknya." ucap Aminah, mengusap punggung sahabatnya itu, untuk menenangkan.Aisyah mengangguk, kemudian segera mengusap wajahnya yang basah, karena air matanya sendiri, dan mengambil ponselnya.Dari luar ruangan, Hanan tampak memperhatikan segala gerak-gerik Aisyah.Lelaki itu merasa iba dengan ibu tiga anak itu.Ia sudah mendengar semua tentang nya, dari Aminah dan juga uminya."Aisyah adalah wanita sholeha, tapi suaminya sungguh tega menyakitinya, hingga sedemikian rupa." ucap uminya
Read more
Bab 18
"Tolong suster!" teriak Hanan, yang tengah membopong Aisyah yang masih belum juga sadar.Dua orang perawat dengan sigap segera membawakan brankar, dan membawa Aisyah ke ruang ugd.Arash yang mengikuti Uminya dari belakang, tidak di perbolehkan masuk ke ruangan oleh para perawat, karena segera menutup pintunya."Ini istrinya kenapa Pak?" tanya perawat yang memberikan tindakan..Dikatakan istrinya, Hanan tampak sedikit memerah wajahnya."Tidak tahu suster." jawab Hanan, sambil memperhatikan suster yang tengah memeriksa."Tolong kerudung istrinya di buka dulu Pak, biar tidak terlalu gerah." perintah salah satu suster yang sedang mencari urat pergelangan tangan Aisyah, untuk ia pasangkan jarum infus."Tttapi.." Hanan tampak ragu untuk melakukan itu, tapi ia lihat kedua perawat itu tampak sibuk dengan tugasnya masing-masing.Hanan menghela nafasnya panjang."Maafkan aku Aisyah. Aku terpaksa melakukannya. Andai kamu tidak terima jika aku telah melihatmu tak berhijab, aku bersedia kok, untu
Read more
Bab 19
Keesokan harinya, Aisyah sudah mendingan, jadi dia meminta kepada suster, untuk mencabut jarum infusnya.Semalaman Hanan tak pulang, karena kasihan kepada Arash, yang terus menjaga Uminya itu."Beneran sudah tidak apa-apa Ustadzah?" tanya Hanan, menatap Aisyah yang bersikeras ingin segera melihat kondisi Akbar.Aisyah mengangguk, "Iya Ustadz, saya sudah sehat kok." jawab Aisyah, segera menunduk, saat Hanan terus memperhatikan dirinya."Ya sudah, nanti saya antar ke ruangan Akbar, karena tadi malam, dia sudah di pindahkan ke ruang paviliun oleh Abinya." ucap Hanan, yang belum memberitahukan hal itu, kepada Aisyah."Ooh, jadi sudah di pindahkan ya?" Aisyah mengulang ucapan Hanan, dan merasa maklum, mantan suaminya pasti merasa tak nyaman berada di ruang perawatan kelas 2 tadi malam."Arash mana?" tanya Hanan, mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan UGD, yang terlihat kosong."Katanya mau mandi tadi, Ustadz." jawab Aisyah, merasa canggung karena hanya berduaan saja dengan Hanan."Ust
Read more
Bab 20
Akhirnya Akbar pun sembuh, tapi begitu sembuh, dia meminta kepada Uminya, untuk pulang ke rumah Abinya yang dulu."Kita ikut pulang ke rumah Abi kan, Umi?" tanya Akbar dengan wajah polosnya.Farhan yang mendengar itu, hanya diam tak berani berkomentar apapun, takut salah di mata Aisyah.Aisyah menghela nafasnya sejenak."Akbar sayang? Akbar ingin ikut pulang ke rumah Abi?" tanya Aisyah, kemudian duduk di hadapan putranya itu, dan mengelus kepalanya lembut.Akbar segera mengangguk dengan cepat."Mainan Akbar kan masih di rumah Abi semua.." ucapnya."Jadi karena mainan? kalau hanya karena mainan? Umi juga bisa belikan Akbar mainan yang baru." jawab Aisyah, sedikit merasa lega.Akbar segera menggeleng."Tapi Akbar juga kangen dengan kamar Akbar yang dulu, terus kangen teman-teman Akbar juga." jawab anak 9 tahun itu, tampak memohon kepada Uminya.Farhan sangat senang, karena putranya itu ingin ikut dia pulang. Tapi dia tak berani berkomentar apapun, sementara ini, ia ingin tahu, apa jawab
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status