All Chapters of BERI AKU KESEMPATAN SEKALI LAGI: Chapter 21 - Chapter 30
35 Chapters
Bab 21
"Putra gak di ajak Mas?" tanya Gendis, yang melihat suaminya itu tengah bersiap, untuk mengajak Akbar dan Arash, jalan-jalan sore itu.Akbar dan Arash sudah hampir satu minggu berada di rumah Abinya, dan dua hari lagi mereka sudah harus kembali bersama Uminya, karena sekolah sudah akan kembali masuk."Ikut saja kalau kamu mau." jawab Farhan, sembari menyisir rambutnya, kemudian mengenakan jaket, hadiah ulang tahun dari Aisyah dulu."Jaket sudah kusam begitu, masih saja di pakai." ucap Gendis, terlihat tak suka dengan penampilan suaminya."Kamu mau ikut atau tidak?! Aku mau ajak Akbar dan Arash untuk mencari peralatan sekolah mereka, dan juga nonton pertandingan bola di stadion!" ucap Farhan kesal, karena istrinya mencela penampilannya.Gendis mengerucutkan bibirnya malas. Ia paling tidak suka dengan pertandingan bola, dan lagi suaminya hanya akan mencarikan peralatan sekolah untuk anak-anaknya."Jangan terlalu malam pulangnya Mas!" peringat Gendis, kemudian keluar dari kamar, dan meli
Read more
Bab 22
"Ibu Gendis! Adek Putra berdarah-darah!" teriak Akbar yang siang itu tengah bermain di ruang tengah, bersama Kakak dan Putra juga.Gendis yang tengah tiduran sambil bermain ponsel terkejut mendengar teriakan Akbar.Bergegas dia bangkit dari tempat tidurnya, menuju tempat Putra bermain tadi."Apa yang kalian lakukan terhadap anakku!" teriak Gendis, segera mendorong Akbar dan Arash yang ingin membantu Putra.Tanpa mendengar penjelasan dari Arash dan juga Akbar, Gendis segera menelepon suaminya yang pergi ke kantor."Mas! cepatlah pulang, huhuhu... Putra Mas, Putra di pukuli oleh anak-anak kamu hingga berdarah-darah!" tangis jerit Gendis, saat menelepon suaminya.Farhan yang mendengar ucapan istrinya terkejut."Bagaimana mungkin?" serunya tak percaya."Cepatlah ke rumah sakit sekarang juga, aku sudah pesan taksi untuk ke rumah sakit." seru Gendis, kemudian menutup teleponnya.Sebelum berangkat, ia menatap tajam Arash dan Akbar yang terlihat ketakutan, karena telah di tuduh menyakiti Putr
Read more
Bab 23
Hanan tak dapat memejamkan mata nya malam ini. Karena besok adalah waktu yang ia tunggu-tunggu, untuk jawaban lamarannya terhadap Aisyah.Memang setelah itu, ia jadi kerap menyambangi rumah panti, untuk sekedar bermain bersama anak-anak, dan juga Fatimah, yang semakin hari semakin lengket saja dengannya.Hanan sungguh merasa gemas dengan gadis kecil berusia 3 tahun itu, tingkahnya selalu saja membuatnya tertawa..Tetapi, walau ia sering berkunjung ke Panti, Aisyah tidak mau menemuinya secara khusus. Jika kebetulan bertemu, perempuan itu hanya akan menyapa sekedarnya saja.'Ahh, lagipula apa yang kau harapkan Hanan! dia kan masih orang asing untukmu!' gerutu Hanan dalam hati, saat melihat Aisyah yang selalu terkesan acuh kepadanya."Ya Allah, mudah-mudahan engkau mudahkan jalan kami, agar bisa berjodoh selamanya." gumamnya dalam hati, menantikan hari esok, yang rasanya begitu panjang menurutnya.Sebelas dua belas dengan Hanan, Aisyah sendiri juga tampak gelisah malam itu.Pikirannya b
Read more
Bab 24
Semua kelengkapan yang akan mereka bawa ke Singapura untuk berobat Putra telah siap."Sekarang keinginanmu untuk ke luar negeri sudah terkabulkan Gendis." ucap Ambar, sambil membantu anak dan menantunya itu, dengan wajah yang kesal.."Mama..?" Farhan menegur Mamanya itu, supaya tidak semakin memperkeruh keadaan."Memang benar kan? Selama ini dia terus saja mendesakmu untuk jalan-jalan ke luar negeri, padahal sudah tahu, kalau suaminya sedang sibuk dengan pekerjaannya!" ucap Ambar, karena putranya sering pulang dan menginap di rumahnya, tidak tahan dengan rengekan sang istri, yang selalu berujung dengan pertengkaran.Gendis hanya diam saja tak menyahut."Jam berapa besok pagi kalian berangkat ?" tanya Drajat."Subuh Pa, besok kami akan di dampingi satu tim medis yang di utus oleh pihak rumah sakit, karena memang Gendis yang memintanya." Jelas Farhan lagi.Ambar menghela nafasnya pelan, ia sangat tahu, jika saat ini Farhan sedang sangat capek, karena kesibukannya yang baru di angkat seb
Read more
Bab 25
Farhan terlihat meremas rambutnya dengan wajah yang memerah karena marah, sekaligus sangat kecewa dengan istrinya.Tadi dokter memberitahunya, bahwa golongan darah Putra tidak sesuai dengan Ayah, ataupun Ibunya.Golongan darah Farhan adalah O+, sedangkan Gendis A, tapi kenapa putra memiliki golongan darah B?"Apakah anak ini bukan anak kandungan kalian? atau dia berbeda Ibu atau Ayah, mungkin?" tanya dokter, membuat Farhan seketika sadar.Ia langsung keluar dari ruangan dokter, tanpa menjawab pertanyaan itu.Segera ia tarik Gendis keluar ruangan, menuju taman rumah sakit untuk berbicara."Kamu dengar sendiri tadi dokter bilang apa?" tanya Farhan, dengan mata yang memerah."Katakan Gendis! Anak siapa sebenarnya, Putra?!" teriak Farhan marah, karena selama ini ia tak memperhatikan dan tak memperdulikan apapun tentang Putra, karena yang ia tahu, Putra adalah anak kandungnya sendiri, ia begitu menyayangi Putra selama ini. Jadi dia benar-benar tak menyangka, jika akan mendapatkan kejutan s
Read more
Bab 26
"Kamu sudah siapkan maharnya kan, Nak?" tanya Umi Hanan, berbisik kepada putranya itu.Hanan mengangguk cepat, jangankan mahar, ia bahkan sudah menyiapkan pakaian ganti, untuk menginap di rumah Aisyah."Syukurlah.." Jawab Umi Hanan, terlihat lega.Hanan putranya memang terbilang sudah mapan dalam segi ekonomi. Dulu, saat istrinya belum meninggal, Hanan memang sudah merintis beberapa usaha warung makan, dan juga percetakan, yang sekarang sudah mulai berkembang.Saat ia pergi untuk menuntut ilmu lagi di negeri orang, Hanan menitipkan semua usahanya itu, kepada alumni santri pesantrennya, yang sudah ia percaya.Dan syukur Alhamdulillah, nyatanya usahanya sekarang semakin maju, dan berkembang.Jadi untuk urusan nafkah, dan mahar, ia sudah tidak meminta lagi kepada kedua orangtuanya."Sebagai rasa hormat kami terhadap calon mempelai wanita, silahkan Nak Aisyah dan Hanan, untuk berembuk masalah mahar. Kira-kira Nak Aisyah mau minta mahar berapa, kepada calon suaminya." ucap Abah Ibrahim.Ai
Read more
Bab 27
"Mau kemana, Bang?" tanya Aisyah, melihat suaminya yang berjalan ke depan.Aisyah yang baru selesai menyuapi Fatimah sore itu, menyusul sang suami ke depan."Jalan-jalan keliling kampung yuk? Abang pengen lihat tempat istri Abang ini tumbuh besar, menghabiskan masa-masa kecilnya dulu." ajak Hanan, yang tidak tahu harus melakukan apa di rumah sang mertua, karena Abah dan Umi mertuanya, selalu melarang ia untuk membantu apapun disana."Boleh, mau jalan kaki?" tanya Aisyah tersenyum, membuat Hanan selalu merasa gemas, dengan wajah cantiknya."Boleh, Akbar sama Arash mana?" tanya Hanan, yang mulai tadi tidak melihat kedua anak sambungnya itu."Main Bang, kalau pulang kemari, mereka pasti akan main di dekat sungai sana!" tunjuk Aisyah, ke arah kiri rumahnya.Hanan merasa tertarik mendengar itu."Kalau begitu kita kesana yuk! sini Fatimah, gendong sama Abi aja." ajak Hanan, kepada gadis kecilnya itu.Aisyah mengangguk, kemudian mengambil sandalnya, yang tersimpan di rak, di ujung teras.Sam
Read more
Bab 28
"Gendis?!" seru Alex terdengar terkejut, saat tahu siapa yang menelepon."Mas, bisakah kita bertemu..,? ini tentang anak yang kamu tinggalkan dalam rahimku, dulu." ucap Gendis, langsung pada tujuan.Tak terdengar jawaban dari seberang telepon, tapi sambungan panggilan mereka masih menyala."Apa yang kau katakan tadi?!" desis Alex, kembali membuka suaranya."Aku mohon Mas, bantu aku kali ini saja." ucap Gendis, terdengar menghiba kepada mantan kekasih gelapnya itu."Katakanlah!" "Anak kita itu bernama Putra, kamu harus melihatnya Mas! Dia sangat mirip denganmu!" mohon Gendis, demi putra terkasihnya."Dia sekarang sakit, anak kita terkena kanker darah Mas! dan dia membutuhkan donor sum-sum tulang belakang, untuk kelangsungan hidupnya." ucap Gendis, mulai menangis, memohon kepada Alex, supaya mau membantunya kali ini.Alex sungguh terkejut mendengar itu, dia pikir dulu Gendis akan menggugurkan kandungannya, begitu istrinya memecat dan mengusirnya, dari perusahaan miliknya."Aku akan dis
Read more
Bab 29
"Ada yang ingin Farhan bicarakan Pa, Ma." ucap Farhan malam itu, ingin segera masalah nya dengan Gendis selesai.Gendis juga terlihat duduk, sambil menunduk. Belum hilang rasa sedihnya karena Putra sudah di ambil oleh Ayah kandungnya, kini Farhan memaksanya, untuk segera membicarakan perceraian kepada Mama Papanya."Ada apa Nak? Apakah ini soal Putra lagi?" tanya Ambar, karena kemarin baru saja menjenguk Putra di rumah sakit."Kalian berdua kemari, terus yang jaga Putra siapa?" tanya Drajat, menatap heran kedua anak mantunya itu.Farhan terlihat menarik nafasnya dalam-dalam, kemudian menghembuskannya secara perlahan, supaya merasa lebih tenang.Ia berharap Mamanya akan baik-baik saja setelah ia mengatakan yang sebenarnya nanti.Karena ia sudah tidak mau berlarut-larut lagi, hidup bersama Gendis."Sebenarnya, Putra bukanlah darah daging Farhan Ma, Pa.." ucap lelaki itu, tanpa berani menatap wajah kedua orangtuanya.Mendengar itu, Ambar dan juga suaminya sangat terkejut."Apa maksud uca
Read more
Bab 30
Sepanjang perjalanan menuju kantor, Farhan jadi kepikiran dengan ucapan istrinya tadi."Benarkah Gendis sedang hamil?!" gumamnya merasa jengkel sendiri, hingga memukul kemudi mobilnya keras."Bagaimana jika dia benar-benar hamil? itu artinya aku tidak bisa segera menceraikan nya, dan kembali rujuk kepada Aisyah!" gumamnya, bermonolog sendiri.Ia segera teringat, kapan terakhir kalinya mereka melakukan hubungan suami istri. Saat itu mereka melakukan nya di hotel Singapore, saat mengantarkan Putra berobat.Farhan tak dapat menahan hasratnya kala itu, dan mengajak istrinya bercinta, walau sedang lelah mengurus Putra yang sakit.Shiit!! Kenapa waktu itu aku harus menyentuhnya!Dengan kesal, Farhan melajukan mobilnya, menuju kantor.Untung nya, meski saat ini ia sedang banyak beban pikiran, tapi ia masih bisa menghandel semua pekerjaan nya dengan baik.Sesampainya di kantor, Farhan menatap lama ke foto keluarga nya dulu, saat masih bersama Aisyah.Sedang apa mereka sekarang? gumamnya, mera
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status