Semua Bab Maju Mundur Kena Duda Anak Satu: Bab 21 - Bab 30
120 Bab
Aku Ingin Di Sini
"Apa maksud kamu?" tanya Raka sambil mengerutkan dahinya."Iya Mas, aku ingin kita pisah rumah dari ibumu setelah kita menikah. Kamu pasti tahu sendiri kalau kamu tidak perlu khawatir aku akan menyakiti Clayton karena aku sangat menyayangi dia. Hanya saja untuk masalah bersama dengan ibumu, kamu tahu sendiri itu tidak mungkin untukku. Lebih baik kita membicarakannya sekarang dari pada kita terlanjur jauh dan akan menyesal nantinya." Jiya bersikap tegas.Raka terdiam mendengar permintaan Jiya ini. Dia adalah anak terakhir dan sudah digadang-gadang akan tinggal di rumah itu dan mengurus ibunya sampai tua.Setelah beberapa saat tidak mendengar sahutan dari Raka, Jiya pun tersenyum sinis. "Jadi benar kan kalau kamu tidak bisa membawaku pergi dari rumah itu setelah kita menikah? Baiklah, jadi sudah jelas semuanya," ucap Jiya sambil berbalik badan.Tapi dengan cepat Raka menahan tangan Jiya. "Kamu tahu sendiri kalau aku tidak punya masalah untuk membeli rumah baru bagi kamu, tapi aku tidak
Baca selengkapnya
Di mana Nyonya Titi?
Sementara itu saat ini Adam yang baru saja turun dari mobilnya berjalan dengan santai ke arah pintu utama rumahnya. Rumah besar itu masih sama dengan satu setengah tahun yang lalu, yang berubah dari rumah itu hanyalah pohon mangga dan rambutan yang Jiya tanam di taman depan rumah, kini dua pohon itu sudah berbuah."Jiya," gumam Adam ketika berhenti melangkah dan menatap ke arah dua pohon tersebut. Dua pohon yang buahnya tidak pernah dipetik oleh siapa pun karena Adam melarangnya.Saat Adam mengingat semua kenangannya dengan Jiya ketika menanam pohon itu, tiba-tiba dering ponselnya membuatnya tersadar dari lamunannya."Halo," ucap Adam ketika baru saja mengangkat panggilan tersebut."Halo Mas, kamu ada di mana?" Adam mengerutkan dahinya ketika mendengar suara yang sudah lama tidak melewati speaker ponselnya. Sebuah senyum kecil terukir di bibir Adam. "Aku baru saja sampai di rumah, ada apa?""Rumah mana?""Tentu saja Jakarta," jawab Adam dengan santai."Tunggu … tunggu sebentar, aku m
Baca selengkapnya
Natasya
"Tante lupa padaku?" tanya wanita dengan tubuh tinggi, langsing bak model tersebut.Nyonya Titi tersenyum lembut. "Maaf, Tante sudah lama tidak ke sini, jadi lupa," jawabnya."Aku Natasya, Te. Dulu aku kuliah satu angkatan dengan Adam," ucap wanita bernama Natasya tersebut."Oh, yang waktu itu datang ke rumah bersama dengan Andre dan Raka, ya?" sahut Nyonya Titi yang mulai teringat dengan wanita di depannya itu.Senyum pun merekah di wajah Natasya. "Iya Tante, itu aku. Tante kok masih ingat sih, padahal itu waktu kami masih SMA loh," sahutnya sambil tersenyum hangat."Astaga, kamu benar-benar berubah, Tante sampai tidak mengenali kamu lagi," ucap Nyonya Titi dengan santai."Tentu saja Tante. Dulu aku masih 17 tahun, kalau sekarang aku sudah 30 lebih, jadi wajar kalau terlihat makin tua," sahut Natasya sambil terkekeh.Nyonya Titi pun ikut terkekeh. "Oh iya, lalu apakah Desi ada di dalam?""Ada Tante. Tante Desi dan Raka ada di dalam, aku baru saja selesai membicarakan pekerjaan deng
Baca selengkapnya
Oma Memang Sakit
Satu hari berlalu. Setelah telepon dari Adam, Jiya tidak lagi tersenyum. Bahkan Bumi dan Dila pun merasa penasaran dengan apa yang terjadi karena Jiya tak mengatakan apa pun. Ya, sejak pagi dia bangun dan melakukan semuanya seperti biasanya, hanya saja tak ada sedikit pun senyum atau tawa terlihat dari bibir Jiya sejak semalam."Ada apa dengan dia, Tante?" bisik Bumi pada Dila yang saat ini sedang duduk di sampingnya.Dila yang saat ini sedang menguleni adonan pun melirik arah Jiya yang saat ini sedang diam menunggui mixer duduk sambil memasukkan pewarna ke dalam adonan yang sedang di mixer."Aku juga tidak tahu, apa mungkin dia kesambet saat kita pergi cari makan," jawab Dila yang juga berbisik pada Bumi.'Apa benar hal itu terjadi?' batin Bumi sambil menatap ke arah Jiya."Kamu coba deh tanya Mamamu," bisik Dila lagi.Bumi mengalihkan pandangannya pada Dila, tetapi Dila langsung menggerak-gerakkan alisnya tanda dia serius menyuruh Bumi melakukan hal itu.Pada akhirnya Bumi me
Baca selengkapnya
Maafkan Jiya, Ma
Langkah kaki Jiya seketika terhenti ketika mendengar suara tersebut. Dia yang sudah kepalang basah berdiri di tengah pintu penghubung antara ruang depan dan ruang belakang kini terdiam ketika tatapan matanya beradu dengan mantan ibu mertuanya."Jiya," ucap Nyonya Titi dengan mata yang berkaca-kaca.Melihat hal itu hati Jiya terenyuh, langsung saja air matanya tak bisa dibendung. Dia pun segera berjalan melewati bumi dan kemudian melangkah dengan cepat keluar dari pintu etalase. "Maafkan aku Ma, Maafkan aku," ucap Jiya sambil bersimpuh di kaki Nyonya Titi.Nyonya Titi terdiam sesaat melihat tingkah mantan menantunya tersebut. Dia pernah berpikir kalau Jiya akan meminta maaf ketika bertemu dengannya, tetapi dia tidak pernah mengira kalau Jiya akan berlutut seperti itu. "Sayang bangunlah," ucap Nyonya Titi sambil mencoba membantu Jiya untuk bangun.Sesaat kemudian, Bi Sumi yang berjalan dari arah jalanan di depan ruko itu langsung berlari kecil. "Nyonya jangan seperti itu, hati-hati," uca
Baca selengkapnya
Baca Saja One Piece
Jiya terdiam saat mendengar pertanyaan tersebut. Tangannya yang tadi terus memijit kaki Nyonya Titi berhenti bergerak."Tidak 'kan?" Kembali Nyonya Titi bertanya."Maafkan saya, Ma," ucap Jiya yang kini masih menundukkan kepalanya."Mama sudah mendengar dari Adam alasan kamu yang sebenarnya meninggalkan rumah. Dari dulu aku juga tidak percaya kalau kamu meninggalkan rumah karena ingin bersama orang lain, tapi sayangnya saat itu kamu menghilang saat Mama ingin berbicara," sahut Nyonya Titi lalu menghela napas panjang.Jiya langsung mendongakkan kepalanya, dia menatap langsung mata mantan ibu mertuanya tersebut.Nyonya Titi melepas kacamatanya dan kemudian mengusap air mata yang sempat menetes. "Setidaknya kalau kamu memang sudah tidak mau bersama dengan Adam, kamu seharusnya tidak menghilangkan. Karena akan ada mantan suami tapi tidak akan ada mantan ibu," ucapnya.Seketika Jiya kembali memeluk kaki Nyonya Titi. Tangis Jiya pun kembali pecah, rasa penyesalan di hati Jiya benar-benar l
Baca selengkapnya
Mas Iwan Dan Kopi Ijonya
"Ada apa?" tanya Jiya yang kini sudah sampai di dapur sambil menatap kedua orang itu dengan panik."Ini." Tiba-tiba Bumi menyodorkan tangannya ke arah Jiya.Jiya pun langsung mengamati telapak tangan anak laki-laki di hadapannya itu. "Kok kamu aneh-aneh toh," gerutu Jiya sambil langsung mengambil botol obat dan plaster dari dalam kotak obat.Setelah itu dengan cepat Jiya berlutut, lalu mengobati jari tangan Bumi yang terluka karena pisau. "Kamu mau membuat apa? Seharusnya kamu ngomong ke Mama, biar Mama yang buatin. Kamu itu kan tidak pernah ke dapur," omel Jiya.Bumi mengerucutkn bibirnya mendengar omelan tersebut."Dia ingin membuat telur goreng untuk kamu," sahut Dila yang saat ini sedang mencetak adonan kue.Jiya langsung mendongakkan kepalanya dan menatap mata Bumi. "Kenapa kamu nggak bilang? Mama kan bisa ngajarin kamu," ucapnya.Bumi yang mengira kalau Jiya akan melarangnya ke dapur lagi pun langsung mengangkat alisnya karena terkejut. "Jadi kamu tidak akan melarangku ke dapur?
Baca selengkapnya
Dia Pacarmu, Ma?
Satu jam berlalu. Saat ini Bumi dan Dila sedang duduk di tikar dengan makanan yang ada di depan mereka. Sedangkan Jiya saat ini masih sibuk di dapur. Ekspresi muram terus diperlihatkan oleh Bumi sejak mendengar kata-kata Dila tadi. Sedangkan Dila yang merupakan penyebab hal itu terus saja menahan tawa melihat tingkah anak laki-laki di depannya yang biasanya tengil."Nih Dil, tadi Mas Iwan bawain kopi ijo," ucap Jiya sambil menurunkan dua gelas kopi yang di bawanya.Kemudian Jiya melirik ke arah Bumi yang saat ini hanya diam saja dengan bibir mengerucut dan juga tatapan tajam ke arah kopi yang sudah ada di lantai."Ada apa kamu mau?" tanya Jiya sambil menyodorkan kopi miliknya."Kopi seperti itu apa enaknya," sahut Bumi dengan ketus.Jiya mengerutkan dahinya. 'Kenapa lagi anak ini,' batinnya sambil melirik ke arah Dila yang saat ini sibuk menatap ke arah terong goreng yang berada di atas cobek."Kamu ingin sesuatu?" tanya Jiya lagi yang mengira Bumi tidak puas dengan makanan yang
Baca selengkapnya
Linda
Keesokan harinya. Saat ini Jiya yang baru saja selesai berdandan berjalan ke teras ruko tersebut. Di sana terlihat Bumi yang sedang duduk di kursi teras sambil menatap ke arah Jiya dengan tajam."Kenapa?" tanya Jiya dengan santai, dia berpura-pura tidak tahu penyebab tatapan tajam Bumi tersebut."Kenapa kamu selalu lama saat berdandan?" protes Bumi, persis seperti Adam saat menunggu Jiya saat berdandan.Tiba-tiba senyuman muncul di bibir Jiya ketika mengingat tingkah Adam saat mereka masih bersama dulu. "Tidak apa-apa. Kamu harus belajar sabar supaya nanti kalau kamu punya istri, kamu nggak kaget," sahutnya dengan santai.Kemudian Jiya melangkah ke arah motor maticnya, sedangkan Bumi mengikuti di belakang Jiya dan kemudian duduk di boncengan motor tersebut."Dil, aku keluar dulu dengan Bumi, paling satu jam lagi kami pulang," ucap Jiya.Dila yang ada di ruang belakang berteriak. "Iya, jangan lupa bawain es oyen dekat perempatan!""Iya," sahut Jiya sambil terkekeh. "Nggak mau se
Baca selengkapnya
Tugas Dari Mama (Raka)
Satu jam berlalu, saat ini Jiya sedang berada di salah satu kamar VIP di salah satu rumah sakit besar di Kalimantan. "Halo Dil," ucap Jiya yang saat ini duduk di dekat ranjang Nyonya Titi."Iya Ji, ada apa?" tanya Dila yang ada di dalam panggilan tersebut."Aku sekarang ada di rumah sakit, kira-kira kamu bisa nggak ngebuat pesenan kue-kue hari ini? Kalau nggak bisa kamu manggil si Winda aja, suruh dia bantuin kamu," ucap Jiya langsung pada intinya."Kamu kenapa di rumah sakit?" tanya Dila yang terdengar terkejut.Jiya menghela napas panjang. "Ibunya Mas Adam masuk rumah sakit," jawab Jiya sambil kembali menatap ke arah Nyonya Titi yang masih menutup matanya."Tante kenapa lagi?" tanya Dila."Tadi dia kaget gara-gara tahu kalau aku pernah punya anak," jawab Jiya sambil tersenyum pahit."Kok bisa?""Ibunya Mas Raka yang ngasih tahu," jawab Jiya lagi lalu menghela napas panjang."Gila! Nenek lampir itu benar-benar nggak kira-kira, bisa-bisanya dia ngelakuin hal kayak gini," sahut Di
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status