Lahat ng Kabanata ng Maju Mundur Kena Duda Anak Satu: Kabanata 11 - Kabanata 20
120 Kabanata
Hanya Ingin Bertemu Clayton
Di saat yang sama Dila yang berada di dekat Jiya pun ikut berteriak dan melompat ke belakang selangkah karena terkejut."Apa?" tanya Dila dengan kesal sambil menepuk pundak Jiya dengan keras.Belum sempat Jiya menjawab, tiba-tiba laki-laki tersebut bangun dari posisinya —yang tadi berbaring di atas kursi."Ternyata sudah pagi," ucap laki-laki tersebut sambil menatap ke sekitar tempat itu."Kamu orang yang mengantar bumi semalam 'kan?" tanya Jiya yang masih mengingat jelas siapa laki-laki di depannya itu."Benar, saya sopir semalam, Nyonya," jawab laki-laki tersebut sambil membungkuk, mengambil bunga yang sempat terjatuh di lantai."Maaf Nyonya, saya tidak sengaja menjatuhkan bunga ini," ucap sopir tersebut sambil menyodorkan bunga mawar itu ke arah Jiya.Jiya mengerutkan beningnya menatap mawar tersebut. "Bunga ini untukku?" tanyanya yang merasa enggan menerima bunga tersebut."Benar Nyonya. Bunga itu dari tuan kecil. Semalam saya kembali ke sini karena ingin memberikan bunga mawar it
Magbasa pa
Bukan Pencuri
Beberapa menit berlalu. Saat ini Jiya sedang membuatkan minuman seperti yang diinginkan oleh calon ibu mertuanya.'Ingat Ji, jangan sampai kamu lengah dan ada orang yang mendekati minuman ini. Ingat, jika sampai Nenek lampir itu menyuruh pembantunya ngasih racun ke minuman ini, maka kamu yang akan disalahkan dan masuk penjara,' batin Jiya sambil mengaduk-aduk minuman buatannya.Benar saja seperti perkiraanya, tiba-tiba seorang pelayan masuk ke tempat itu dan mendekati Jiya. "Biar saya bawa ke depan Bu," ucap pelayan itu dengan ramah.Langsung saja Jiya genggam erat nampan minumannya. "Tidak perlu Mbak, biar aku saja yang membawanya ke depan. Tadi Nyonya Desi sendiri yang menyuruhku membuatnya, takutnya nanti dia marah kalau bukan aku yang membawanya," sahutnya dengan cepat."Tidak apa-apa Bu, Ibu pergi ke atas menjenguk anak Tuan Raka saja," cicit pelayan itu sambil mengulurkan tangannya untuk meraih nampan minuman tersebut, tetapi Jiya langsung menggeser nampan minuman tersebut.
Magbasa pa
Jangan Disuntik
Lima belas menit berlalu. Saat ini Adam dan Jiya baru saja selesai mendaftar dan duduk di ruang tunggu di salah satu klinik yang ada di dekat perumahan tempat Raka dan keluarganya tinggal."Sudahlah Mas, ini dikasih obat merah juga bakal sembuh," ucap Jiya yang merasa enggan untuk diperiksa dokter."Jangan bercanda, lukamu itu parah," sahut Adam yang saat ini duduk tepat di samping Jiya.Sesaat kemudian Jiya berdiri. "Sudah kubilang ini tidak apa-apa, aku—" Belum selesai Jiya bicara, Adam langsung menarik tangan Jiya hingga membuat Jiya duduk kembali."Tolonglah Mas, aku bisa mengobati ini sendiri," ujar Jiya yang kini mulai memohon dengan ekspresi memelas di wajahnya.Adam langsung menoleh dan menatap Jiya dengan tajam. "Kamu bukan anak kecil lagi. Apa aku perlu membujukmu seperti anak TK?""Membujuk apa, aku ini hanya tidak mau membuang-buang uang," sahut Jiya dengan ketus, mencoba untuk menutupi alasan yang sebenarnya."Kita ini pernah hidup bersama, Ji. Mana mungkin aku
Magbasa pa
Pertemuan
Jiya kini berada di dalam pelukan Adam. Beberapa saat yang lalu, Jiya yang sedang menggerutu berjalan dengan seenaknya tanpa melihat ke sekitar, dan di saat yang sama sebuah mobil melaju ke arahnya."Hoe! Kalau jalan pakai mata!" teriak sopir mobil tersebut."Maaf," ucap Adam sambil mengangkat tangannya.Sopir kendaraan tersebut pun melengos dan kemudian melanjutkan mengemudi kendaraan itu meninggalkan Adam dan Jiya yang saat ini masih berpelukan di pinggir halaman depan klinik tersebut.Sesaat kemudian Adam pun melepaskan pelukannya. "Kamu tidak apa-apa kan?" tanyanya sambil memegang wajah Jiya.Jiya terdiam, dia menatap mata Adam selama beberapa saat tanpa mengatakan sepatah kata pun. "Kenapa kamu diam saja? Bicaralah!" Pinta Adam yang kini berubah khawatir melihat Jiya yang hanya diam saja."Terima kasih," ucap Jiya sambil mundur selangkah. "Terima kasih sudah membantuku, jika tidak ada kamu mungkin aku sudah tertabrak tadi."Adam terdiam sejenak, dia bisa merasakan kalau saat ini
Magbasa pa
Ceramah Dila
"Aku tidak mengerti apa maksud kamu," sahut Nyonya Desi yang ada di dalam panggilan itu."Bukankah tadi Jiya datang ke rumah kita?" Raka kembali bertanya.Terdengar helaan napas dari dalam panggilan tersebut. "Oh, ini soal Jiya yang terluka tadi," sahut Nyonya Desi dengan tenang.Raka pun mengerutkan dahinya mendengar sahutan tenang tersebut. "Apa yang terjadi, Ma?""Memangnya apa yang perempuan itu katakan pada kamu?" "Tolong Ma, jangan berbelit-belit. Katakan saja apa yang sebenarnya terjadi?" Raka mulai jengkel dengan percakapan yang tidak ada titik terangnya "Tadi dia memang datang ke sini. Dia ingin melihat Clayton, dan Mama mengizinkannya. Tapi sebelum itu Mama minta tolong ke dia untuk membuatkan minum untuk teman-teman Mama yang tadi berkumpul di rumah karena arisan, memangnya salah?""Lalu kenapa ada luka di tangannya?""Apa sih, Ka. Kenapa kamu seperti anak kecil saja, itu cuma luka tadi saat dia mau menghantar minum. Minuman yang dia bawa jatuh terus tidak sengaja teman M
Magbasa pa
Benda Yang Mengenyangkan
Jiya, Dila dan penjual mie ayam tersebut terus menatap ke arah dua anak kecil yang kini berjalan perlahan. Mereka yang percaya dengan perkataan Jiya, kini memperhatikan sekitar untuk mencari kamera yang mungkin saja terpasang di sekitar tempat itu.Namun, dua anak kecil tersebut terus melangkah melewati gerobak mie ayam dan akhirnya sampai di jalanan di depan ruko Jiya."Eh Ji, anaknya ke sini," seru Dila."Aku juga tahu, aku kan juga melihatnya," sahut Jiya sambil terus menatap ke arah dua anak kecil tersebut. Hingga akhirnya …."Kenapa kamu tidak mendatangiku, benda ini berat sekali," ucap si anak laki-laki sambil menurunkan buket itu dan menyodorkannya pada Jiya."Hah?" Jiya melongo ketika tahu kalau anak laki-laki pembawa buket berisi puluhan batang coklat itu adalah Bumi.Sesaat kemudian dia dan Dila berganti mengarahkan pandangannya pada anak perempuan yang saat ini sedang membawa buket berisi bunga yang masih berjalan dengan perlahan ke arah Jiya.Dan tentu saja, berbeda
Magbasa pa
Andre
Sepuluh menit berlalu, akhirnya laki-laki yang tadi berlari masuk ke dalam rumah itu tanpa menyapa siapa pun tersebut akhirnya kembali ke ruang tamu."Ah …," desah laki-laki seumuran Adam tersebut sambil duduk di sofa ruang tamu.Adam pun menghela napas melihat tingkah laki-laki sebayanya yang sudah memiliki dua orang anak itu. "Apa yang terjadi?" tanyanya yang tetap duduk di posisinya sejak tadi."Aku kebelet, Dam," jawab laki-laki tersebut sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa dengan lebih santai.Adam menggelengkan kepalanya mendengar hal itu. "Apa kamu tidak bisa lebih konyol lagi?" selorohnya."Ah kamu," sahut laki-laki tersebut dengan sedikit ketus. "Oh iya, ngapain kamu di sini?""Aku sedang membicarakan bisnis dengan adikmu," jawab Adam dengan santai. Laki-laki bernama Andre tersebut mengarahkan pandangannya ke berkas yang masih ada di atas meja. "Oh …," sahutnya sambil manggut-manggut."Kapan kamu kembali dari Manado?" tanya Adam sambil merapikan pakaiannya."A
Magbasa pa
Jiya, Jangan Tidur Di Teras!
"Jiya … apakah Dimas yang mengatakan hal ini pada Mama?" tanya Adam yang mencoba mengalihkan pembicaraan."Tidak penting dari siapa, yang jelas aku ingin bicara dengan anak itu," ucap Nyonya Titi dengan tegas.Adam menghela napasnya. "Aku tidak bersama Jiya, Ma.""Lalu dia di mana?" tanya Nyonya Titi dengan cepat."Tentu saja di rumahnya. Aku saat ini sedang berjalan santai bersama dengan Andre, apa Mama ingin—""Berhenti bicara dan segera cari dia! Aku ingin berbicara empat mata dengan dia," ucap Nyonya Titi dan kemudian mematikan panggilan itu begitu saja."Halo, Ma," ucap Adam yang kemudian menyadari kalau panggilan itu sudah diputus.Adam menghela napas sambil memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya."Apakah kalian yakin masih mau menerima wanita itu setelah semua kejadian itu?" tanya Andre yang sedari tadi mendengar percakapan antara Adam dan ibunya."Kalau aku, aku masih akan mengejarnya dan begitu juga Bumi, hanya dia yang bisa menaklukan Bumi. Dan untuk ibuku, ak
Magbasa pa
Ditikung Curut
Setelah melihat Jiya sudah lebih baik, kemudian Dila pun berpamitan keluar untuk membeli beberapa benda di mini market yang beroperasi selama 24 jam. Dan setelah beberapa menit mengendarai motor, akhirnya Dila pun sampai di taman yang berada tidak jauh dari area ruko tempat tinggalnya dan Jiya."Apa dia belum sampai atau malah sudah pulang ya," gumam Dila sambil mengarahkan pandangannya ke sekitar tempat itu. "Nona Dila," panggil Adam yang saat ini berjalan ke arah Dila dari arah belakang Dila.Dila langsung berbalik badan. "Eh, iya Pak," sahutnya sambil cengengesan. "Anu Pak, kalau masalah Jiya yang tadi tidur di teras itu karena dia ketiduran. Sebenarnya dia sedang tidak enak badan dan tadi duduk-duduk di teras, lalu tiba-tiba dia tidur gitu aja. Nggak ada masalah lain kok Pak, biasanya dia juga di dalam ruko bersama saya," ucap Dila bahkan sebelum Adam bertanya kepadanya."Dia sedang sakit?" Adam mengerutkan dahinya.'Kok fokusnya jadi ke situ,' batin Dila yang sedikit ter
Magbasa pa
Bukan Pengganti
Seketika ekspresi wajah Jiya berubah, yang tadi ceria dan tertawa bersama dengan Dila kini langsung berubah diam dan terlihat tenang. Sikap ini bukan karena Jiya berpura-pura untuk tetap tenang, tetapi saat ini rasa bahagianya menurun drastis, walaupun tidak sampai sedih dan muram."Ji," panggil laki-laki yang baru saja turun dari mobil tersebut sambil membawa sebuah buket bunga di tangannya.Jiya pun bangun dari kursi ketika laki-laki itu sudah hampir sampai di teras toko tersebut. Ekspresi dingin dia tunjukkan dengan jelas di wajahnya."Ji, Apakah kamu sudah makan?" tanya Raka sambil menyerahkan buket bunga itu pada Jiya.Jiya pun menerima bunga tersebut, lalu menghela napas panjang. "Sudah, aku sudah makan. Oh iya, terima kasih buket bunganya yang kemarin sore," ucap Jiya masih dengan ekspresi dingin di wajahnya.Dila yang saat ini masih duduk di kursi pun menyahut, "Iya, dia sudah makan, aku yang membuat makanannya. Kalau bukan karena aku yang membuatkan makanan, dia mana bisa m
Magbasa pa
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status