Maju Mundur Kena Duda Anak Satu

Maju Mundur Kena Duda Anak Satu

last updateLast Updated : 2024-02-07
By:  Si MendhutOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
5 ratings. 5 reviews
120Chapters
7.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Warning! Area 18+. Anak kecil dilarang membaca! Setelah memutuskan untuk mengirim surat cerai pada Adam karena tak mau memisahkan Adam dan Bumi, Jiya pun menghilang bak ditelan bumi. Satu setengah tahun berlalu, dan tiba-tiba saja mereka bertemu kembali. Perasaan Adam masih sama, tetapi Jiya … saat ini Jiya telah terikat perasaan pada bayi menggemaskan bernama Clayton dan ayahnya yang bernama Raka. Apa yang harus Jiya pilih? Masa lalu yang menjanjikannya kebahagiaan karena ada Adam dan Bumi yang masih menyukainya? Ataukah masa depan bersama Clayton, si anak susu dan laki-laki mapan yang juga mencintainya? 'Maju mundur kena enak'. Jika kamu jadi Jiya, apa yang akan kamu pilih? #Ini adalah kelanjutan dari novel Skandal Jepit Mr. Presdir

View More

Chapter 1

Mengalah

"Kamu harus memilih, anak itu atau istrimu!"

Jiya tersentak mendengar teriakan yang berasal dari sebuah ruangan yang sedang dilewatinya. Dia yang merasa penasaran pun langsung mengintip dari celah pintu ruangan yang tidak tertutup rapat.

“Mas Adam?” batin Jiya. Matanya terbelalak ketika mengetahui ternyata salah satu orang yang ada di dalam ruangan itu adalah suaminya.

"Aku tidak bisa memilih," jawab Adam setelah beberapa saat hanya diam saja. "Aku akan mempertahankan keduanya."

Adam dan Jiya awalnya menikah karena sebuah kesalahan di mana mereka sama-sama dijebak di dalam sebuah pesta dan berakhir ditemukan di dalam kamar yang sama. Tapi setelah melewati berbagai hal selama beberapa bulan pernikahan, akhirnya mereka berhasil membuka hati mereka untuk satu sama lain.

"Jangan serakah! Karena kamu tidak bisa memilih, maka aku akan membawa anak itu bersamaku. Bagaimanapun aku ini juga kakek buyutnya, aku punya hak untuk mengasuhnya."

“Kakek akan membawa Bumi?” batin Jiya dengan mata membola. Tiba-tiba ia merasa takut.

Ya, Adam pernah bercerita tentang ancaman kakek mertuanya mengenai hak asuh Bumi pada dirinya. Suaminya itu bercerita kalau hak asuh anak dari adik iparnya yang sudah meninggal itu akan diambil oleh kakeknya jika dia tidak bisa mengurus perusahaan dengan baik. Namun, ketika Adam menceritakan hal itu perusahaan sedang berjalan dengan baik, hingga dirinya maupun Adam tak memusingkan masalah itu.

Tetapi berbeda dengan sekarang, saat ini kondisi perusahaan sedang menurun dan Adam memang terlihat cukup kewalahan menghadapi masalah perusahaan kali ini. Namun, siapa sangka kalau laki-laki tua berumur 80 tahunan itu datang secepat ini untuk menekan Adam.

"Secepat mungkin aku akan menyelesaikan masalah perusahaan, aku—" Kalimat Adam terhenti ketika laki-laki tua yang duduk di atas kursi roda itu mengangkat tangannya.

"Aku beri kamu waktu satu minggu untuk menyelesaikan masalah perusahaan. Jika dalam waktu satu minggu kondisi perusahaan tidak membaik, maka aku akan langsung membawa anak itu pergi!" tegas laki-laki tua tersebut.

"Tidak bisa," tolak Adam.

"Kalau begitu istrimu yang harus pergi."

Jiya yang terkejut mendengar hal itu langsung saja menutup mulutnya. 'Bagaimana ini?' batinnya.

Namun, disaat pikirannya masih dipenuhi dengan banyak pertanyaan, tiba-tiba laki-laki tua itu menggerakkan kursi rodanya ke arah pintu kamar. Sontak saja Jiya pun langsung pergi tanpa suara meninggalkan tempat tersebut.

Satu minggu berlalu, saat ini kondisi perusahaan belum juga membaik. Jiya yang diliputi rasa gelisah akhirnya memutuskan untuk menyelesaikan masalah hak wali yang membuat Adam tak bisa tidur selama beberapa hari ini.

Suaminya tampak tidak dapat memilih. Jiya paham bahwa Adam mencintai keduanya, menyayangi baik Jiya maupun Bumi, anak yang sudah mereka anggap sebagai anak mereka sendiri. Namun ... jika memang harus memilih–

"Maafkan aku, Mas," ucap Jiya sembari meletakkan sebuah surat di bawah vas bunga yang ada di atas meja riasnya.

Bulir air mata merembes membasahi pipinya, dan sesaat kemudian dengan cepat Jiya mengusapnya sambil melangkah keluar dari kamar tersebut.

Dia melangkah dengan tenang seperti biasanya, menyusuri lorong demi lorong yang membawanya dari pintu kamarnya ke arah ruang utama.

Dirinyalah yang harus mengalah.

"Mbak, di mana Bumi?" tanya Jiya pada salah seorang pelayan yang ia temui.

"Tuan kecil sedang istirahat, Nyonya."

"Kalau Nyonya Besar?" tanya Jiya lebih lanjut.

"Nyonya Besar sedang menghadiri pesta amal, mungkin pulangnya agak larut," beber pelayan tersebut.

"Baiklah," gumam Jiya sembari berganti arah menuju kamar utama anak tiri yang juga sekaligus keponakan suaminya itu.

Setelah beberapa menit melangkah dan akhirnya memasuki kamar anak laki-laki tengil yang selama setahun ini sudah menjadi salah satu bagian hidupnya itu, Jiya pun segera mendekati ranjang dan dengan lembut mengecup kening anak laki-laki tersebut.

"Yang baik, jangan nakal lagi. Yang pinter kalau sekolah, jangan terus berkelahi," ucap Jiya lirih dengan suara paraunya.

Jiya yang mencoba menguatkan hatinya sendiri.

Tak ingin semakin merasa tak rela, akhirnya Jiya pun melangkahkan kakinya secepat mungkin meninggalkan kamar tersebut.

Satu hari berlalu, saat ini Jiya tengah berada di kampung halamannya. Sebuah desa yang cukup maju untuk ukuran salah satu kabupaten kecil di Jawa Timur.

"Ji, kamu yakin mau cerai?" tanya sahabat Jiya sejak SD yang belum lama sampai di rumah tersebut.

"Suratnya sudah dikirim ke Jakarta, kurang yakin gimana lagi," jawab Jiya yang saat ini sedang mengupas mangga di tangannya.

"Tapi—"

Belum sempat sahabat Jiya menyelesaikan kalimatnya, terlihat sebuah mobil masuk ke halaman rumah tersebut.

"Jiya!" panggil seorang laki-laki yang baru saja keluar dari dalam mobil dengan tergesa-gesa.

"Mas Adam," gumam Jiya yang kini terpaku menatap laki-laki yang sangat disayanginya itu.

"Apa maksud kamu dengan semua ini?" tanya Adam sembari membawa beberapa lembar kertas ke arah Jiya.

"Laki-laki siapa yang kamu tulis di kertas ini?" sentak Adam pada akhirnya.

Jiya dengan cepat bangun dari kursi yang didudukinya. "Ya laki-laki yang aku sukai Mas, siapa lagi," jawab Jiya dengan nada yang juga tak kalah tinggi.

"Suka, sejak kapan kamu suka dengan orang lain? Sejak kapan kamu merencanakan surat gugatan cerai ini? Katakan, sejak kapan!" teriak Adam yang diliputi rasa amarah.

Tak salah, dalam surat yang Jiya letakkan di bawah vas bunga di meja riasnya kemarin dia menuliskan kalau dia memilih berpisah dengan Adam untuk bersama dengan laki-laki yang lebih cocok dengan dirinya.

"Apa gunanya kamu tahu?” ujar Jiya dengan santainya. “Yang penting kamu setuju saja pada surat gugatanku itu, lalu bayar aku sesuai kesepakatan menjadi pengasuh Bumi seperti yang kamu katakan sebelum kita menikah dulu."

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Aisha Arkana
cerita nya seru , cuma update nya kelamaan...
2024-02-17 09:06:48
1
user avatar
Latem Schot
blm up lg ka...,
2024-02-15 21:23:39
1
user avatar
amel
tiada xtra partnya ka ini...?
2024-01-27 06:16:41
2
user avatar
Luluk Latem
mengamuk authornya up.....sihat selalu sis.... ^_^v
2023-12-31 21:03:17
2
user avatar
Aisha Arkana
Balik lagi sama Adam...kalo sama Raja panjang urusan nya ..
2023-10-16 11:13:58
3
120 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status