All Chapters of Dokter Jenius Milik CEO Arogan: Chapter 71 - Chapter 80
140 Chapters
Bab 71. [UNTITLED]
"Hei, hei kamu. Cepat pergi bersamanya agar dia tidak harus pergi sendirian." Salah seorang yang lain juga menyarankan, "Bukankah kita sebaiknya pergi saja? Lagi pula, sebagian besar dari kita sudah selesai." Dan akhirnya semua orang pergi. Amber dan Calvin mengikuti mereka, beberapa mengejar rekan kerja wanita mereka yang marah dan yang lainnya lagi membayar tagihan.  Ketika mereka sampai di pintu, mereka menemukan rekan laki-laki yang telah membuatnya marah membela diri, dengan polos berkata, "Aku melihat dia belum makan dan ingin membujuknya untuk makan sesuatu. Lagi pula, sebagai keponakan bos, dia mungkin juga manajer kita. Jika dia keluar bersama kita, maka kita tidak bisa membiarkan dia pergi dalam keadaan lapar, 'kan?" Mendengar temannya itu berbicara, rekan yang lain tertawa. "Kamu menyukainya, bukan?" Namun, rekan laki-laki itu masih berusaha mati-matian untuk memb
Read more
Bab 72. KEKASIH BARU?
"Kepala departemen menanyakan tentang situasi Elly hari ini." Kepala perawat perlahan bergerak lebih mendekat ke Amber kemudian dengan lembut berbisik, "Sepertinya Dr. Beryl telah berbicara dengannya jadi ... jika Anda punya waktu, maka Anda mungkin harus berbicara dengan kepala departemen." Amber mendengarnya dengan seksama kemudian berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah, terima kasih sudah memberitahuku." "Tidak masalah. Lain kali, suruh Nyonya Lauder untuk mengajari aku bagaimana cara membuat dendeng miliknya." "Gampang saja! Biarkan aku bertanya kepada ibuku, lalu kita bisa pergi ke rumahnya minggu depan." Keduanya mengobrol selama beberapa menit dan kemudian Amber lanjut pergi ke kantor dokter untuk mempersiapkan kunjungan bangsalnya. Para dokter melakukan pemeriksaan setiap hari Selasa dan ini mencakup semua ahli bahkan para kepala. Ketika Amber dan kepala perawat samp
Read more
Bab 73. JIKA KAMU MENYUKAINYA, MAKA REBUTLAH
Kepala perawat mendecakkan lidahnya untuk waktu yang lama. "Aku mungkin sudah tua, tapi mataku masih berfungsi dengan baik. Mereka berdua adalah pria yang sangat berbeda, 'kan? Yang dulu lebih tampan."  Kemudian perawat itu menoleh dan menatap mata Amber sebelum berkata dengan nada yang menunjukkan kekhawatirannya kepada Amber. "Tenanglah. Jika kamu benar-benar menyukai salah satu dari mereka, maka kamu harus segera tenang agar kamu tidak tidak akan dibutakan oleh kecantikan." 'Kalau tidak, kamu akan sengsara jika terus seperti ini.' Lanjut kepala perawat dalam hati yang tentu saja kata-kata itu tidak diucapkannya secara langsung, tapi Amber memahami peringatannya dengan jelas. Namun, apa yang bisa dia lakukan? Satu-satunya pilihan Amber adalah mengatakan, "Baiklah, aku mengerti." *** Istirahat makan siang baru saja berakhir ketika Calvin kembali ke kantornya.
Read more
Bab 74. PERTEMANAN BARU
Saat Calvin dan Melody dalam perjalanan pulang, Amber baru saja menenangkan seorang pasien dan baru saja hendak pergi dokter Susan meneleponnya lagi. Dokter Susan adalah dokter yang ditemui Amber ketika dia secara tidak sengaja masuk ke departemen ginekologi untuk menghindari dan bersembunyi dari wartawan. Mereka tidak bertemu satu sama lain selama sebulan dan dokter Susan tampak lebih kurus dari sebelumnya, sangat kurus hingga seolah-olah bisa tertiup ketika angin kencang berhembus. Amber memperhatikannya dengan hati-hati, kemudian dengan serius berkata, "Dokter Susan, aku pikir kamu perlu istirahat lebih banyak." "Sebagai seorang psikiater, kamu memang mempunyai mata yang tajam." Dokter Susan tertawa, dia mengusap pelipisnya sebelum berkata, "Apakah kamu punya waktu luang setelah bekerja? Aku ingin meluangkan waktu untuk berbicara denganmu."  Saat dia melihat ke arah Amber, lalu dia menambahka
Read more
Bab 75. YOUNG HUSSY
Beberapa hari kemudian Amber mendengar tentang masalah apa yang sedang dihadapi Susan. Sekarang adalah weekend. Sesuai rencana, Amber mengajak kepala perawat dan beberapa rekan yang lain untuk pergi bersama ke rumah ibunya. Karena rumah orangtua Amber berada di pedesaan, kepala perawat dan rekan kerja Amber lainnya telah mencari tahu tentang daerah sekitarnya sebelumnya dan menemukan kalau ada waduk di dekatnya. Karena itu, mereka dengan bersemangat memutuskan untuk pergi memancing dan membawa peralatan mereka. Cuaca hari itu tidak buruk. Setelah melewati hari-hari dingin yang panjang, mereka diberi hadiah hari yang langka dan cerah. Saat rekan-rekannya yang lain pergi mendaki bukit kecil di dekat waduk, kepala perawat berjalan ke arah Amber dan mulai bergosip. "Dokter Susan bercerai." "Hmm?" Amber tidak bereaksi tepat waktu. "Dokter Susan yang dari departemen ginekologi. Kamu be
Read more
Bab 76. [UNTITLED]
"Jaga pancingku, aku akan membawanya kembali," kata Amber seraya tersenyum dan meletakkan pancing yang telah diberi umpan dengan benar di dekat air. "Amber ...," ucap Calvin sambil menariknya ke samping. "Beri saja dia diagnosis sederhana. Jika dia benar-benar membutuhkan perawatan, maka aku akan berbicara dengan Direktur pada hari Senin dan meminta dia mengirimnya ke rumah sakit untuk menerima perawatan rutin.  Tapi sekarang ini akhir pekan. Aku membawanya ke sini karena kamu yang meminta kepadaku, aku tidak ingin kamu menghabiskan terlalu banyak waktu bersamanya. Lagipula ...." Calvin menjeda kalimatnya, menatap Amber kemudian dengan lembut berbisik ke telinganya, "Hanya kamu yang ada di mataku." Setelah mengucapkan kata-kata manis itu, dia memeriksa ulang keadaan sekitar apakah tidak ada yang memperhatikan mereka sebelum memberikan kecupan cepat di wajah Amber dan melepaskannya. ***&n
Read more
Bab 77. UNDANGAN
Setiap ibu biasanya seperti seorang detektif. Pada siang hari, Amber tidak banyak berinteraksi dengan Calvin, tetapi entah bagaimana ibunya masih menyadari fakta bahwa sepertinya ada sesuatu yang terjadi di antara mereka. Kini, dia secara tidak langsung menyelidiki situasi dengan mengajukan pertanyaan tanpa henti. Jujur saja, Amber sangat terkesan dengan kejenakaannya. Amber tidak bermaksud memberi tahu keluarganya tentang kebenaran sikap ibu Calvin, menurutnya masih terlalu dini. Dia tidak terlalu pesimis tentang masa depan, tapi dia juga tidak optimis. *** Keesokan harinya, Calvin tidak jadi mengunjungi Amber lagi seperti yang dia katakan semalam. Dia meneleponnya lebih awal dan mengatakan kalau ada sesuatu yang mendesak dan dia harus segera berangkat untuk perjalanan bisnis. Maka, Amber hanya tinggal di rumah orangtuanya dan menemani orangtuanya hari itu.  Di pagi hari, setelah dia bangun jam
Read more
Bab 78. PEMBANTAIAN IAN
"Aku tidak salah dengar, 'kan? Apakah dokter Camille mengejek kita?" Billy menurunkan dan menutupi speaker teleponnya, lalu buru-buru bertanya kepada Ansell. Saat ini, bahkan Ansell tidak bisa menahan tawa. "Kamu tidak salah dengar. Dia memang mengejek kita." "Sial. Aku belum pernah diejek seperti ini sepanjang hidupku." Saat Billy mengatakan ini, dia mengangkat teleponnya lagi dan dengan galak berkata, "Baru saja, kamu mengejekku dan merusak reputasiku. Aku memintamu membayarku untuk—" Billy tidak meneruskan kata-katanya saat dia menyadari kalau Amber sudah menutup telepon. Billy dengan hati-hati bertanya, "Apakah benar dokter Camille melakukan semua ini?" Dengan tidak yakin, Ansell menjawab, "Mungkin. Bagaimanapun juga, dia cukup pintar." Billy mengusap kasar wajahnya, lalu menelepon Amber lagi, untungnya Amber mengangkatnya lagi. Namun, kali ini dia
Read more
Bab 79. KACAUNYA IAN
Begitu tiba di dalam mobil, Ian duduk di bangku belakang. Dia mengeluarkan alat perekam dan memakai earphone, mendengarkan sesuatu yang tidak dapat dipahami oleh Ansell. Ian tampak tenang, matanya terkulai, tetapi membuat Ansell merasa lebih takut dari sebelumnya. Sebenarnya, Ian sendiri juga merasa dia akan kehilangan kendali. Hatinya terasa seperti tungku api yang menyala-nyala yang akan menjadi terlalu panas dan membakar tubuhnya hingga garing.  Di alat perekam, suara Amber sangat menenangkan. Kisah-kisah yang diceritakannya konyol dan bodoh, tetapi Ian masih mendengarkannya dan mengulanginya berulang-ulang, seperti yang biasa dia lakukan pada tiap malam-malam panjang tanpa tidur, memutarnya berulang-ulang sampai dia tertidur. Namun, hari ini dia merasa sangat sulit untuk menenangkan diri. Ian tahu apa yang dia inginkan karena dia telah menekan keinginan ini selama beberapa hari ini, tetapi sekarang, setelah Bill
Read more
Bab 80. TIDAK TERKONTROL
"Kamu ...." Amber menjeda kalimatnya. Dia menatap Ian dengan tatapan tidak percaya. Kemudian melanjutkan, "Tidak jatuh ke sungai, 'kan?" Ian masih terdiam. Amber mengabaikan segalanya dan mencoba mendorong Ian ke dalam mobil, tetapi Ian memutar lengannya dan malah mencengkeram pergelangan tangannya dengan kuat. Tangan Ian dingin dan keras. Sebelum Amber sempat bereaksi, dia telah ditarik ke dalam pelukannya, menempel erat di tubuhnya. Dalam pelukan Ian, Amber merasa seperti terbungkus balok es. Hidungnya menyentuh dada Ian dan dia dipeluk begitu erat hingga rasa sakit membuat matanya berkaca-kaca. Amber berpikir kalau Ian mencoba memeluknya untuk menghangatkan dirinya, tetapi ternyata bukan itu masalahnya. Tindakan Ian selanjutnya benar-benar di luar dugaan Amber.  Setelah dia memeluknya, dia mundur beberapa langkah, berbalik dan menempelkannya ke mobil.
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status