Semua Bab Maduku Sahabatku : Bab 21 - Bab 30
96 Bab
BAB 21 - Ibu di balik Vidio viral itu
POV Rendra 3"Apa? Tari keguguran?" Jawabku dan Sinta berbarengan saat mendengar ucapan dari Ibu."Kemarin sore Tari tiba-tiba pendarahan, ibu segera membawanya ke rumah sakit, namun sayang cucu ketiga ibu tidak bisa di selamatkan, dan semua ini salah wanita ini!" Ibu menunjuk Sinta dengan penuh kebencian.Sinta tampak kebingungan apa yang dia lakukan hingga ibu menuduhnya menjadi sebab Tari keguguran. "Kenapa Sinta Bu? Aku tidak pernah mengganggu Tari, aku bahkan selalu mendoakan Tari dan bayinya agar sehat selalu." Jawab Sinta."Kamu sudah merusak kebahagiaan Tari, kamu mengambil suaminya, Tari terpaksa harus berbagi suami denganmu. Kamu ini sok polos atau memang benar-benar b*doh!" Sinta menundukkan kepalanya dan memegang dadanya, mungkin dia merasakan sakit karena kata-kata ibu kepadanya terlalu kasar."Sudah Bu, jangan salahkan Sinta atas semua yang terjadi kepada Tari. Ini semua sudah Takdir." Ujarku menenangkan ibu agar tidak terus menerus menyalahkan Sinta."Matamu sudah d
Baca selengkapnya
BAB 22 - Gangguan dari Ferdi
POV SintaKejadian di kafe pesona membuatku merasakan takut yang luar biasa, namun aku sadari bahwa apa yang di lakukan oleh Indri dan Vina sudah umum dilakukan terhadap wanita yang di cap sebagai pelakor.Perbuatanku kepada Tari memang tidak bisa di benarkan, aku menikah dengan suaminya dan tidak bisa hidup tanpa Mas Redra sekarang. Namun Aku tetap merasa tidak merebut sesuatu dari siapapun, kami berdua saling mencintai sudah selayaknya kami bersama bukan?Setelah vidio di kafe itu viral aku semakin merasa takut, bahkan untuk ke luar dari apartemenku aku tidak berani. Hingga telepon panggilan dari orang yang tak ku kenal meneleponku dan memberikan kabar bahwa Mas Rendra kecelakaan, tanpa fikir panjang atau menghubungi Mas Rendra dulu aku bergegas keluar dari apartemenku. Saat Aku sedang menuju halte bus tiba-tiba ada segerombolan ibu-ibu dengan wajah penuh amarah menarikku ke tempat yang sepi. Sepertinya mereka memang dengan sengaja menungguku.Hinaan dan cacian untukku keluar dari
Baca selengkapnya
BAB 23 - Beri kesempatan terakhir
"Tari.." ucap Mas Rendra tertahan.Sejenak Mas Rendra terdiam ,terlihat seolah sedang memikirkan sesuatu. Aku menggertaknya, selama pernikahan kami baru kali ini Aku meninggikan suara di hadapannya."Kenapa, Mas? Apa kamu pikir Aku bisa terus diam dan menurut apa yang kamu katakan dan perbuat?" "Maafkan Aku. Aku mungkin sudah terlalu menyakiti dirimu sehingga membuatmu berubah seperti ini." "Aku juga ingin tahu, Mas. Salahku apa? Hingga kamu bisa setega ini kepadaku? Apakah selama pernikahan kita ada ucapanku yang menyinggungmu? Apakah ada perbuatanku yang tidak menyenangkanmu? Ataukah pelayananku kepadamu yang kurang Mas?" Ucapku dengan bibir bergetar semua isi hatiku aku curahkan kepadanya."Tidak, Tari. Sepanjang kamu menjadi istriku, kamu dengan baik dan sempurna menjalankan peranmu sebagai istri. Kamu sama sekali tidak memiliki kesalahan apapun." "Lalu kenapa kamu menduakan cinta kita, Mas? Kenapa kamu membawa Sinta ke dalam bahtera rumah tangga kita? Hah, jawab!" Mas Rendra
Baca selengkapnya
BAB 24 - kedekatan Sinta dan Nada
Sudah 25 hari Mas Renda dan aku bersama, namun tetap tak ku lihat sinar cinta untukku di matanya itu. Entah aku harus melakukan apa agar bisa mengembalikan lagi cinta suamiku untukku. Semenjak kami bersama hanya 1 kali kami melakukan hubungan suami istri, di hotel malam itu.Kami memutuskan pulang setelah menghabiskan waktu berdua di vila keluarga kami, vila keluarga kami yang ada di daerah Bogor, dengan udara yang masih sejuk dan banyak pohon rindang sangat bisa menyegarkan pikiran."Mas, kita mampir dulu beli oleh-oleh untuk ibu dan anak-anak.""Hmmm.." Mas Rendra hanya menjawab dengan gumaman sambil terus menyetir mobil.Setelah selesei membeli oleh-oleh kami bergegas untuk segera ke kota, kami berdua merindukan Nada dan Rangga. Dalam perjalanan tidak ada pembicaraan di antara kami, Mas Rendra hanya fokus menyetir.Rumah 2 lantai bercat putih itu akhirnya terlihat, kami sudah sampai di rumah. Ibu sedang sibuk bermain dengan si kecil Rangga. Melihat mobil kami yang memasuki pekara
Baca selengkapnya
BAB 25 - jauhi Anakku!
"Jauhi Anakku!"Sinta menatapku ketika aku mengatakan agar dia menjauhi Nada. Nada sudah tenang duduk di ruang tamu sambil menonton tv dan memakan coklat. Aku berusaha setenang mungkin berbicara kepada maduku ini yang sudah terlihat tabiat aslinya."Bukankah anak-anak Mas Redra bearti menjadi anak-anakku juga?" "Jangan seenaknya bicara, kamu tidak ada hak untuk mereka berdua!" "Aku juga istrinya Mas Rendra, Tari. Aku juga ibu dari kedua anak Mas Redra.""Heh.. kamu hanya istri siri, jangan banyak bertingkah, Aku masih sabar. Aku bisa menuntutmu dan Mas Redra kapan saja jika kamu masih mendekati anakku!" Sinta terdiam mendengar jawabanku, dia tidak menjawab lagi seperti sebelumnya, wajahnya terlihat kalah. Wajah polosnya itu kembali dia tampakkan, sungguh sangat memuakkan."Tari... Aku mohon, biarkan Nada bersama denganku dan Mas Rendra, kamu masih memiliki Rangga dan kamu masih bisa hamil lagi. Sedangkan Aku, untuk memiliki anak saja sangat sulit."Aku mendecak dan tersenyum sinis
Baca selengkapnya
BAB 26 - kehamilan ke empat
"Dek, Mas ingin pergi ke rumah Sinta." Mas Rendra langsung mengutarakan isi hatinya yang selama satu bulan ini dia tahan demi menghormati permintaanku."Jadi kamu sudah memutuskan, Mas? Jadi kamu lebih memilih bersama Sinta lalu kita berpisah?""Tidak, Dek. Mas tetap ingin mempertahankan rumah tangga kita.""Aku tidak bisa Mas, jika harus terus mengalah, karena kamu mau bersama Sinta lepaskan Aku dan anak-anak!""Tapi dek.. Mas tidak bisa kehilangan kamu dan anak-anak juga.""Egois sekali ya kamu, Mas!" "Kenapa pagi-pagi sudah meributkan perpisahan?" Tanya ibu mendekati kami yang sedari tadi sedang bersitegang.Mas Rendra kelihatan bingung, melihat ibu yang tiba-tiba masuk karena memang tadi pintu kamar tidak kami tutup."Sesuai perjanjian Bu. Jika selama satu bulan ini Mas Rendra tidak bisa mencintaiku lagi maka kita akan berpisah, karena aku sudah tidak mau di poligami.""Dek.." "Jika harus ada yang berpisah maka itu Rendra dan Sinta, kenapa harus kamu Tari?" Ucap ibu menyela per
Baca selengkapnya
BaB 27 - membawa Nada
"Nada dan Rangga adalah anak-anakku, Mas. Sinta tidak punya hak menjadi ibu mereka meskipun dia gundikmu!" Ucapku begitu emosi."Tari! Jangan hina Sinta seperti itu, dia juga istri Mas yang Sah!""Kamu tidak terima jika Sinta di hina, lalu kamu tidak pernah memikirkan bagaimana terhinanya aku kamu membawa anakku kepadanya, Mas. Tanpa seizinku kamu berani membawa Nada untuk bertemu Sinta. Aku Ibunya, masih sehat dan kuat merawat dan menjaga mereka." Ucapku dengan nafas memburu karena menahan emosi."Perlu kamu ingat , Nada juga anakku, Mas berhak membawanya kemana saja!" Mas Rendra berlalu meninggalkan aku sendiri, Mas Rendra berjalan melewati para tamu menggendong Nada dan pergi."Nada... Mas Rendra, berhenti jangan bawa Nada!" Aku berlari mengejar Mas Redra yang sudah menggendong Nada, tanpa memikirkan kondisiku yang sedang hamil muda aku berlari kencang hingga tersandung dan hampir terjatuh."Kak Tari hati-hati, Kaka bisa membahayakan diri Kaka dan juga bayi yang ada di dalam kand
Baca selengkapnya
BAB 28 - Pertemuan dengan Dokter Mozhaf Anan
"Ini harus segera di operasi!" Jawab dokter kandungan yang sedang memeriksa Tari. Begitu melihat raut wajah dokter yang terlihat panik, Akupun ikutan panik, hanya bisa berdoa agar kami berdua selamat. Semua ku pasrahkan kepada Tuhan yang memiliki diri ini, ibu dan Sherly dengan setia menemaniku, mereka tidak sekalipun meninggalkan aku. Berbeda dengan kelahiran kedua anakku sebelumnya yang ditemani oleh Mas Rendra, sekarang dia tidak ada di sini. "Selamat ya Ibu, anaknya cowo, sehat dan tampan." Ucap dokter yang memperlihatkan bayiku saat baru keluar dari perut. Karena masih terlalu lemah, antara sadar dan tidak karena masih dalam pengaruh obat bius, aku hanya menganggukkan kepala, lalu tertidur. "Kaka istirahatlah dahulu, sudah cukup geraknya, nanti lagi." Protes Sherly padaku yang masih melihatku tidak mau diam. "Kalau banyak gerak bisa cepet pulih, Sher. Biar kita bisa cepat pulang." Begitu aku sadar pasca operasi, suster menyarankan aku untuk segera belajar memiringkan badan
Baca selengkapnya
BAB 29 - Bukan putra wijaya
"Tidak heran bukan, jika selama ini Ibu sangat menyayangimu melebihi seorang menantu.""Kenapa ibu tidak menceritakannya kepadaku? Kenapa hanya kepadamu, Mas?""Mungkin ibu sudah muak atas sikapku yang terus menyakitimu, awalnya ibu akan menyimpan rahasia ini sampai akhir hayatnya tetapi terpaksa harus di ungkap agar aku bisa tahu diri, itu yang ibu katakan kepadaku, Dek."Dengan kedua tangan aku menutup wajahku terasa berat kenyataan ini, ternyata selama ini ibu mertuaku adalah ibu kandungku sendiri."Dek, apakah kamu masih mau menerima, Mas? Dengan kenyataan Mas bukan orang kaya?" "Kenapa kamu bertanya seperti itu? Aku mencintaimu bukan karena harta, Mas. Aku mencintai kamu, kamu yang lembut dan perhatian kepadaku. Saat ini semuanya sudah berubah, sekarang wanita yang kamu cintai bukanlah aku melainkan Sinta, sikapmu yang lembut dan perhatian kepadaku juga sudah tidak pernah aku rasakan!""Aku mencintaimu dan mencintai Sinta juga, Dek."Aku tersenyum sinis, bagaimana bisa lelaki di
Baca selengkapnya
BAB 30 - Memenjarakan Ibu
Sudah seminggu semenjak kejadian pagi itu, Mas Redra belum menengok bayi kami lagi. Tepat hari ini acara pemberian nama dan Aqiqah putra ketigaku. Aku mencoba meneleponnya ataupun mengirimkan pesan singkat agar Mas Redra datang di acara anaknya, namun nihil semuanya tidak dia gubris."Apa aku coba menelepon Sinta saja?" Pikirku dalam hati.Biarlah saja jika Mas Redra tidak ingin menghadiri acara pemberian nama dan Aqiqah putranya, daripada aku harus menghubungi Sinta.Acara berjalan dengan khidmat, ku namai bayiku itu Haris Putra Wijaya, kali ini aku tidak menyematkan nama Mas Rendra di belakang nama anak kami , nama keluarga besarku yang aku sematkan kepadanya.Setelah acara selesei, kami bercengkrama di ruang keluarga, Ayah Sofyan pun turut hadir dalam acara ini, sudah begitu lama aku tidak bertemu dengan Ayah yang membesarkan Aku."Nak, semoga kebahagiaan selalu menghampirimu, masa-masa pahit ini semoga cepat berlalu. Ayah harap rumah tanggamu bisa kembali seperti dulu." Ucap Ayah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status