All Chapters of Pawang Cinta Presdir Misterius: Chapter 11 - Chapter 20
47 Chapters
11. Pria Misterius
Erin pusing tujuh keliling mendengar pertanyaan Vije. Belum sempat memberi jawaban, Erin ditelepon oleh pak Edo. Hal itu membuat Erin pamit keluar sebentar dari kamar Vije. Di luar kamar, Erin mengangkat telepon dari pak Edo. "Halo, Pak. Ada apa?""Erin, tolong segera siapkan tuan muda. Rapat di kantor akan dimulai empat puluh menit lagi.""Masalahnya, sekarang Edward sedang berganti kepribadian menjadi Vije, Pak. Saya bingung harus bagaimana membujuknya untuk pergi ke kantor.""Aduuhhh! Bisa gawat kalau seperti ini. Karena rapat yang akan diadakan merupakan rapat penting. Kalau tidak datang, kesempatan tuan muda untuk bisa mengelola perusahaan akan jatuh ke tangan sepupunya."Erin mengigit kukunya. Ia harus berpikir keras. "Pak, sebenarnya Vije mau ke kantor dengan dua syarat.""Apa itu? Pertama minta dimandikan dan kedua minta naik kereta pulang dari kantor.""Turuti saja.""Ta ... tapi ... Pak. Saya kan wanita. Tidak mungkin memandikan Vije yang merupakan pria dewasa, Pak.""Keing
Read more
12. Huru-Hara
Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Vije. Erin terkejut dengan tindakan pria yang ada di depannya itu. Tindakan tersebut membuat Vije menatap dengan air mata yang tertahan."Anak sialan! Kenapa kau ke kantor dengan seperti ini!" Pria di hadapan Vije dan Erin meninggikan suara. Vije berlari menjauh dari sana. Erin langsung menyusul Vije. Tidak mungkin Erin membiarkan Vije sendirian. Namun langkah Erin kalah dengan langkah Vije yang lebih cepat hingga pintu lift tertutup. Erin harus menunggu lift naik kembali. Suasana sepi di lantai dua memberikan keuntungan bagi Vije. Erin bisa memastikan jika rapat memang akan diadakan lebih lambat dari perkiraan. Sepertinya memang disengaja. Ting!Pintu lift terbuka. Erin segera masuk ke dalam lift. Sebuah doa terus dipanjatkan Erin agar Vije tidak pergi jauh. Sampailah Erin di lantai dasar. Ia menatap ke sana kemari untuk mencari Vije. Terlihat di sana ada pria lain yang menghentikan Vije. Erin berlari mendekati Vije. "Tolong lepaska
Read more
13. Didatangi Orang Tak Dikenal
Erin pergi dari taman bermain bersama Edward. Tujuan mereka tentu saja kembali ke kantor. Harapan Erin, semoga saja Edward tidak berganti kepribadian pada saat yang penting. "Kau memikirkan sesuatu?" tanya Erin yang sempat menangkap Edward menatap jalanan dengan serius. "Hanya penasaran dengan apa yang akan dibicarakan di kantor sampai memanggilku kembali. Padahal jelas tadi aku membuat kekacaun." "Jangan buat dirimu tertekan. Penting untuk menjaga dirimu yang sekarang sebagai kendali penuh atas tubuhmu."Edward mengangguk. "Lakukan apa saja yang bisa membuatku tidak berganti kepribadian." Erin meminta pak Edo untuk memutarkan musik. Tidak ingin memaksakan kesukaan dirinya pada Edward, maka Erin bertanya tentang lagu kesukaan Edward. Deretan lagu diberikan Edward pada Erin. Sepanjang perjalanan menuju ke kantor diiringi dengan lagu bahasa Inggris yang disukai Edward. Sesekali Erin juga memastikan ekspresi wajah Edward. "Ehem! Tidak perlu setiap menit juga kau menatapku." "Oh, m
Read more
14. Tangisan Gerbong
Orang yang memanggil Erin langsung menyeret tangan Erin. Sementara Erin yang ditarik hanya diam saja. Kemungkinan besar Erin diam karena berada di rumah sakit atau orang yang menarik Erin adalah orang baik. "Aman sekarang." Pria yang menarik tangan Erin berbicara yang sekarang berada di kantin rumah sakit. "Terima kasih, Andi. Tapi ... kau tau dari mana kalau aku menghindari orang itu?" Erin terlihat penasaran, karena tidak pernah mengatakan pada orang lain soal dirinya yang dikejar oleh anak buah tante Desi."Aku tadi sempat bertemu dengan orang tadi. Aku tanya tentang kepentingannya kemari. Ternyata ingin bertemu denganmu. Dari tatapannya saja sudah tidak bersahabat. Apalagi sempat melihat sekilas reaksimu tadi."Erin tersenyum sekilas. Dari dulu Andi tidak pernah berubah. Selalu saja Andi cepat membaca situasi dan menjadi penolong Erin. "Sekali lagi terima kasih. Hanya itu yang bisa aku lakukan sampai sekarang padamu. Maaf tidak bisa membalas setimpal.""Tidak apa-apa. Santai sa
Read more
15. Sesuatu yang Seru
"Vije gak suka naik gerbong yang itu!" Vije akhirnya berbicara di sela-sela tangisnya. Erin yang masih mencari cara agar Vije tenang, berusaha mendudukkan Vije. Ia tidak tahu jika Vije suka gerbong tertentu. Jadi, Erin memesankan kereta asal saja. Tidak mempedulikan eksekutif, bisnis, atau ekonomi. Kebetulan kereta yang dipesan sekarang adalah kereta ekonomi."Kalau gitu, kita pulang ya." Erin tidak bisa memaksa Vije menaiki apa yang tidak disukai."Vije mau ganti gerbong aja! Bisa kan, Kak?"Erin melihat jam tangannya. Masih ada waktu. Biasanya pihak kereta api menjual tiket kereta secara mendadak dengan harga miring. Hanya saja harus berebut dan belum tentu dapat."Ayo kalau begitu! Tapi, kalau tidak dapat ... jangan menangis heboh lagi. Karena mendadak. Lalu, kalau tidak bisa duduk bersama juga jangan protes, ya. Karena yang dijual nanti hanya sisanya saja." Erin menarik tangan Vije. Vije menahan dirinya agar tidak mudah ditarik Erin. Akhirnya Erin pasrah."Kenapa lagi?""Vije te
Read more
16. Jantung Ingin Copot!
Erin mendapatkan bisikan berupa rencana memisahkan Edward dengan Celine. Tentu saja Erin menolak. Ia tugasnya bukan penghancur hubungan, melainkan seorang pengasuh. "Vije tidak perlu ikut campur dengan urusan kak Edward. Karena kita tidak tahu bagaimana perasaan kak Edward pada kak Celine. Menyebalkan menurut kita, belum tentu menyebalkan juga pada orang lain." Erin sesekali menanamkan cara menghargai orang pada Vije.Vije hanya mengangguk-anggukkan kepala. "Iya, ya. Contohnya saja seperti papa. Vije suka sekali sama kereta api. Tapi, papa berapa kali diberitahu tetap saja tidak suka.""Nah, itu ada contohnya. Jadi, sekarang mengerti kan?" Vije mengangguk dengan semangat. Aktivitas Erin dengan Vije diperhatikan oleh orang-orang yang ada di kereta makan. Ada yang menatap aneh dan ada yang menggunjing kondisi Vije. "Ayo pergi, Kak!" Vije mengajak Erin pergi dari kereta makan setelah menghabiskan makanan. Erin akan pergi dari kereta makan bersama Vije. Namun perkataan seorang wanita
Read more
17. Pertemuan Maut
Perlahan Erin membelah kerumunan. Erin harus menjadi orang pertama yang memastikan keadaan Vije sebelum pak Edo datang. Namun Erin belum memberi kabar pada pak Edo. Jarak Erin dengan taksi yang kecelakaan cukup dekat sekarang. Hanya saja, untuk melihat di kaca mobilnya tidak bisa karena telah ada petugas yang berwenang. Erin tanpa sengaja menangis. Ia segera mengusap air matanya yang terjatuh. Pikiran negatifnya harus dihilangkan.Puk!Tepukan didapatkan Erin dari belakang. Wajah sembab Erin berubah lega saat melihat Vije ada di depannya. Bahkan Erin refleks memeluk Vije. Bukan karena memanfaatkan kesempatan, melainkan Erin mengungkapkan rasa syukur tak terhingga. Ketika ada kecelakaan pasti Erin langsung trauma teringat sang ayah yang sekarang masih koma akibat kecelakaan.Vija yang sempat termenung, kemudian membalas pelukan Erin. Ia juga perlahan membawa Erin membelah kerumuman agar keluar dari sana. "Maaf." Erin melepaskan pelukannya saat merasakan Vije membawa ke tempat yang
Read more
18. Kau Harus Melakukan Ini!
Wanita yang bersama kekasih Edward adalah wanita yang sangat dikenal oleh Erin. Baru saja Erin akan menyapa, wanita itu menghadap ke arah lain. Rasanya perih sekali hati Erin melihat sikapnya. Namun Erin harus menahan tangis agar tidak terlihat memalukan."Sayang, dia siapa?" tanya Celine pada Edward. "Dia asisten pribadiku." Edward memberikan istilah lebih baik daripada seorang pengasuh. "Seharusnya jangan wanita, Sayang." Celine lagi-lagi protes.Erin merasa tidak enak berada di antara mereka. Ia berinisiatif pergi dari sana. Namun Edward memberi tatapan pencegahan pada Erin, seolah-olah mengerti keinginan Erin."Iya lho, Edward. Seharusnya jangan wanita. Hargai Celine." Wanita paruh baya yang ada bersama Celine ikut protes.Erin yang mendengar protes dari wanita yang merupakan ibu kandung Erin, merasa tercabik-cabik luka di hati. Seharusnya seorang ibu lebih membela anak kandung daripada anak sambungnya. Namun itulah faktanya, Erin tidak dianggap anak oleh sang ibu."Eh! Ada Bu S
Read more
19. Sekarang Giliranmu!
Malam hari pun tiba. Erin mondar-mandir di kamarnya. Rasa takut melingkupi wajah Erin saat membayangkan bertemu dengan Alex. Permintaan Edward yang menginginkan Alex diusir membuat Erin cemas. Tok! Tok! Tok!Erin segera membuka pintu. Ketika pintu terbuka, tubuh Erin membeku di tempat. Orang yang ada di depannya adalah Alex. Padahal tadi Erin dan Edward telah berusaha mencegah ayah Edward pulang. Nyatanya tidak berhasil mencegah Alex muncul."Kenapa kau tidak datang ke kamar?" tanya Alex dengan tatapan menyelidik."Maaf, aku baru saja membersihkan diri dan akan ke sana."Alex tiba-tiba mendekati tubuh Erin. Ia mencium aroma tubuh Erin lebih dekat. "Tidak seperti baru saja mandi. Kau berbohong.""Tentu harus ada persiapan lagi.""Tidak peduli! Pakai ini!" Alex melemparkan paperbag pada Erin. "Apalagi ini?" Erin melihat isi paperbag berupa pakaian."Cepat ganti baju! Bajumu ini tidak cocok dengan acaraku." Alex sedikit mendorong tubuh Erin, lalu menutup pintu kamar Erin. Erin bergant
Read more
20. Jangan Ganggu Milikku!
Erin meneguk ludahnya susan payah. Ia tidak bisa menuruti permintaan Alex. Apalagi untuk memenangkan sebuah balapan. Sementara Alex masih saja bersikap santai dan optimis kalau Erin tidak akan menolak."Aku tidak bisa." Erin mengutarakan penolakan dengan tegas. "Kau jangan macam-macam ingin mempermalukanku!" Alex tampak kesal hingga nada bicaranya cukup tinggi."Aku tidak bisa mengemudi pada medan seperti ini." Erin takut terjatuh dan berakibat mobil rusak hingga membuat orang lain repot akan kondisinya. "Sama saja dengan mengemudi seperti biasa.""Aku bukan pembalap Alex! Apalagi untuk medan sulit seperti ini." Erin masih bersikeras dengan pendiriannya. Suara aba-aba terdengar. Alex menyeret Erin dengan sekuat tenaga. Walaupun Erin memberontak keras. Tubub Alex yang jauh lebih kuat dari Erin membuat menang telak. Pintu mobil terbuka, lalu Erin didorong masuk ke dalam. Ketika Erin akan keluar dari mobil, Alex menahannya agar tidak bisa keluar."Kalau kau keluar sekarang. Maka, kau
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status