All Chapters of ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN: Chapter 221 - Chapter 230
277 Chapters
221. Bertemu Dengan Seseorang
 “Kamu masih marah sama aku Rin?” tanya Mas Bara sembari meletakkan tangannya pada kedua pundakku dan setelah itu dia mulai memutar tubuhku untuk menghadap ke arahnya. Dengan terpaksa aku menentang tatapannya meski setelah itu aku memilih menundukkan wajahku karena terlalu enggan untuk bersitatap dengan suamiku yang selama ini tak pernah mampu untuk aku tentang. Saat melihat sikapku yang enggan untuk membalas tatapannya, Mas Bara malah mengulas senyumnya, sebuah senyuman yang sebenarnya sudah menggetarkan hatiku, tapi sekuat tenaga aku harus menegarkan hati agar tak terbawa dalam suasana yang sengaja dia ciptakan penuh kemesraan demi bisa meluluhkan hatiku. Aku sudah terlalu lelah dengan kekangan Mas Bara selama ini hingga hatiku menjadi sulit untuk bisa takluk saat melihat kelembutannya, yang sebelumnya selalu mampu membuatku luluh. “Tiga hari lagi kita akan berangkat
Read more
222. Bertemu Dengan Karso Lagi
 Setelah selesai berpakaian dan berhias sekedarnya aku lalu melangkah turun untuk memastikan tentang tamu yang dikatakan Mas Bara sudah menungguku. Aku langsung terperangah ketika sosok berkumis tebal itu sudah duduk di ruang tengah bersama dengan suamiku yang ternyata juga sudah berada di sana. Aku menjadi terlalu bingung saat mendapati sosok antagonis di dalam hidupku itu berada di dalam rumah ini. Setelah apa yang sudah dilakukannya dengan mengungkapkan rahasia Mas Bara padaku, rasanya terlalu ganjil bagiku mendapati Karso malah mendatangi suamiku. “Sayang, duduklah di dekatku,” ucap Mas Bara ketika aku sudah mulai berada di dekat mereka. Aku masih saja menampilkan aura kekagetanku meski aku mulai duduk di samping Mas Bara yang kini bahkan sudah meraih tanganku. “Kamu pasti kaget kan melihat Karso berada di sini?” Masih
Read more
223. Mulai Berlibur
Ketika mendengar pertanyaanku yang terdengar sangat lugas dan mendesak, Karso mulai terlihat gamang. Lelaki berwajah sangar yang selama ini selalu menampakkan kegarangannya di hadapan kakak perempuanku itu, menampakkan sisi lain dirinya yang sangat jarang aku lihat. “Aku terpaksa mengungkapkan rahasia itu karena Nyonya Lina sudah menjebakku, dan dia mengancamku untuk berpihak padanya dengan memaksaku untuk menemui kamu dan mengatakan rahasia yang sudah aku janjikan untuk aku simpan kepada Pak Bara.” Karso terlihat jujur membuat pengakuan. Aku terpekur memandangnya berusaha untuk menelaah kata-katanya demi bisa menemukan kebenaran yang sedang ingin aku cari. “Tapi aku benar-benar ingin tahu kalau Pak Bara melakukan semua itu sesungguhnya demi kebaikan kamu.” Karso kembali menatapku lurus dan aku menentangnya dengan lebih lugas. “A
Read more
224. Godaan Abe
Kedua mata Mas Bara langsung menatap nyalang ketika melihat sosok Abe telah berdiri di hadapannya sembari menggandeng Nico yang sedang mengembangkan senyum lebarnya ke arahku. “Abe?!” sergah Mas Bara seakan tak percaya. Sementara Nico kemudian malah menghambur mendekat padaku. “Mama!” seru anak lelaki itu dengan sangat girang. Aku menyambut tubuh anakku ke dalam pelukanku untuk beberapa saat, meski sekarang tatapan Mas Bara menyergapku dengan sangat tajam. Jelas suamiku sama sekali tidak senang dengan kehadiran bapak dan anak yang sebenarnya adalah teman baiknya sendiri itu. “Apa yang kamu lakukan di sini?” tukas Mas Bara kemudian dengan tatapannya yang masih saja terunggah lugas. Abe malah mengedikkan bahu sembari tersenyum lebar. “Tentu saja kami sedang menikmati masa liburan kami di sini,&rdquo
Read more
225. Bermain Salju
“Rindu!” sergah Mas Bara dengan melontarkan kemarahannya yang begitu lugas. Aku sontak memalingkan pandangan ke arah suamiku sendiri yang langsung menyajikan gurat kecewanya saat aku sempat melirik pada Abe yang baru saja melakukan latihan di ruang olahraga ini. “Jaga mata kamu Rin,” sergah Mas Bara semakin tegas yang membuatku malah memejamkan mata dan menyesali lirikan singkatku pada lelaki lain yang memantik amarah suamiku. “Kalian nggak ikut olahraga dulu?” Abe tetap saja mendekat dan malah menawarkan kepada kami untuk ikut berolahraga. “Aku nggak ada waktu,” sergah Mas Bara kesal lalu segera menarik tanganku dan membawaku menjauh dari pria itu yang malah mengulas senyuman lebar, sama sekali tak menjadi tersinggung dengan sikap antipati Mas Bara yang malah dianggapnya lucu. Dengan sangat tegas Mas Bara lalu
Read more
226. Makan Malam Romantis
 “Telepon dari siapa Mas?”Nyatanya Mas Bara malah mengacuhkan aku lebih memilih menjauh untuk menjawab panggilan yang telah merusak suasana kebersamaan kami yang penuh bahagia ini. Aku tak mau mengusik suamiku yang memang seringkali menyembunyikan beberapa persoalan dariku, terutama soal pekerjaan yang pada dasarnya aku juga tak terlalu paham. Aku berpikir tak seharusnya untuk mencampuri urusan suamiku dan memutuskan untuk melanjutkan permainan bersama anak-anak, membuat bola-bola salju lalu saling melempar dan tertawa bersama. Sampai akhirnya Mas Bara menyelesaikan pembicaraannya bersama seseorang dari seberang sana yang aku tak tahu siapa itu, dan kembali bergabung bersama kami. Mas Bara tampak bersikap biasa tanpa mengulik sedikitpun dengan apa yang sudah dibicarakannya tadi. Aku menjadi enggan untuk bertanya lebih jauh karena aku tak mau menghancurkan
Read more
227. Meminta Untuk Pulang
{“Hallo, Pak Bara?!”} {“Bagaimana Pak, apa Rindu dapat Pak Bara ijinkan untuk menengok ibu? Sekarang keadaan ibu kami semakin payah dia terus menanyakan Rindu.”} Saat mendengar suara kecemasan Mbak Murni aku menjadi terusik untuk bertanya. {“Kenapa dengan ibu, Mbak?”} tanyaku menjadi sangat khawatir. Nyatanya aku tak langsung mendapatkan jawaban. Aku bisa merasakan kalau Mbak Murni seperti terkejut saat mendengar suaraku yang pasti tidak diduganya. {“Mbak apa ibu sakit?!”} Aku semakin mendesak karena mendapati Mbak Murni yang terdengar enggan untuk berterus terang.b {“Iya Rin, Ibu memang sedang sakit dan dia terus menanyakan kamu, apa kamu bisa menjenguknya Rin?”} {“Apa Ibu sudah dibawa ke rumah sakit?”} {“Ibu memang sed
Read more
228. Kembali Ke Indonesia
Mas Bara mendesah jengah ketika melihat sosok Abe yang sedang berjalan mendekat ke arah kami. “Kalian akan ke mana? Ini sudah sangat larut? Apa kalian tidak bersama anak-anak?” tanya pria yang selalu saja mengikuti acara liburan kami, sesuatu yang masih belum aku mengerti. Kini tatapan Mas Bara menjadi sangat tegas sembari tetap menggandeng tanganku. “Aku tidak punya waktu untuk menjawab pertanyaanmu, kami sedang terburu-buru,” tegas Mas Bara sembari kembali melanjutkan langkahnya yang membuatku harus mengikutinya. Nyatanya Abe memang tak mengikuti kami dan hanya memandang kepergianku bersama Mas Bara dari ambang pintu hingga kami masuk ke dalam mobil yang sudah menunggu. Sepanjang perjalanan Mas Bara diam membeku bahkan tampak tak tertarik sama sekali untuk membahas tentang Abe yang tadi sempat mengesalkan karena seperti selalu mengikuti ke manapun kami p
Read more
229. Rahasia Yang Disembunyikan Suamiku
Baru juga satu jam aku menemani ibu, Mas Bara sudah memintaku untuk meninggalkan rumah sakit. Jelas aku menolak meski aku tegaskan penolakanku dengan nada yang tidak terlalu lugas. “Mas, aku ingin menggantikan Mbak Murni sebentar karena selama ini Mbak Murni sudah menemani ibu sekian lama.” Aku mengungkapkan alasanku. Sementara aku lihat saat ini Mbak Murni malah menjadi gelisah. “Rin, sebaiknya kamu beristirahat dulu, bukankah kamu baru saja menempuh perjalanan sangat jauh? Pasti kamu sangat letih,” ucap Mbak Murni sembari memandangku lurus. “Benar kata Mbakmu, kamu itu masih lelah jadi jangan memaksa berada di sini, aku tak mau kalau kamu sakit.” Ibu menyahut sembari meraih tanganku dengan lembut. “Kamu dengar kan kata mereka, jadi ayo kita pergi dulu, nanti setelah kamu beristirahat aku akan me
Read more
230. Cinta Bertarung Dengan Kecewa
 Aku masih saja menunggu berharap jika pembicaraan mereka nantinya akan mengungkap apa yang selama ini sudah mereka sembunyikan dariku. Dadaku sudah berdebar tak tenang, tapi aku tetap bertahan. “Walau dia sudah memberikan kita banyak uang, tapi tetap saja fakta itu tidak berubah bahwa nyatanya lelaki yang sudah menikahi adik kita Rindu adalah pembunuh bapak kita.” Kalimat yang baru saja diungkapkan oleh Mas Rahmat benar-benar mengagetkan aku hingga aku tak lagi bisa menahan diri untuk langsung masuk ke dalam ruang perawatan demi bisa mendapatkan segala penjelasan atas apa yang sudah aku dengar. “Apa yang kamu bilang Mas?!” sergahku mencecar ke arah saudara tertuaku yang sekarang terlihat sangat menyedihkan daripada yang aku ingat saat terakhir kali kami bertemu di desa tempat asal kami. Semua orang langsung terperangah memandang ke arahku den
Read more
PREV
1
...
2122232425
...
28
DMCA.com Protection Status