244. Terulang Lagi
“Memangnya dari siapa kalian mendengar semua fitnah ini?” Aku mulai mencecar mereka dengan sengit walau saat ini aku dikeroyok banyak wanita berdaster yang menyimpan pandangan picik tentang diriku. “Kami mendengarnya dari Yuni, kakak ipar kamu sendiri. Kalau kamu cuma ingin membuat kemesuman di desa ini lebih baik kamu pergi saja, karena wanita genit seperti kamu, hanya akan membawa bencana di desa ini.” Atin, temanku yang bertubuh agak dempal dan bulat itu sungguh tak aku sangka menyerangku dengan sangat bengis seperti ini. Kata-katanya benar-benar sangat menyakitkan hati. “Semua ini bukan fitnah karena itu memang fakta buktinya sudah lebih dari dua minggu kamu dan anak-anak kamu tinggal di desa ini, dan suami kamu yang dari kota, yang dulu kami panggil Pak Mandor itu nggak juga datang menjemput.” Kali ini Mekar ikut angkat bicara semakin menyudutkan
Read more