All Chapters of Mendadak Gila Karena Mertua: Chapter 41 - Chapter 50
59 Chapters
Pekerjaan Baru Sari
Tidak seperti dulu, saat kedatangan tamu di rumah itu, Sari lah yang bertugas untuk menghidangkan minuman di meja. Namun, saat ini Lian benar-benar merasa rendah di depan Sari dan juga Damar yang datang bersamanya."Kenapa repot-repot, Lian? Kami hanya mampir sebentar untuk mengambil surat panggilan dari pengadilan yang kamu maksud," ucap Damar membuat Lian melirik malas.Lian hanya tidak ingin terlihat makin buruk di depan kedua orang itu karena tak memperlakukan tamu dengan baik."Setidaknya aku masih punya adab untuk menjamu tamu," jawab Lian seraya mendudukkan diri di kursi miliknya.Sari merasakan atmosfer yang tak mengenakkan di ruangan itu. Tatapan kedua laki-laki itu seperti yang pernah Sari lihat beberapa tahun yang lalu."Ibu, Ibu kenapa pergi lagi? Kia mau tidur sama Ibu sama Ayah," cicit Kia yang berada di atas pangkuan Sari."Kia, duduk sini sama Ayah!" ucap Lian dengan nada memerintah, namun, Kia justru menggelengkan kepalanya enggan.Lian hendak berdiri untuk mengambil
Read more
Kedatangan Keluarga Hesti
"Ha ha ha ... jangan berkhayal terlalu tinggi, Nak. Aku tahu, kamu hanya ingin membela Sari karena kamu masih ada rasa sama dia, kan? Lantas, apa perlu kamu membohongi kami hanya demi agar Sari terlihat lebih baik di depan kami?" ucap bu Tri merasa lucu dengan apa yang Damar sampaikan.Bu Tri sampai tertawa terbahak-bahak saat Damar mengatakan bahwa saat ini Sari bekerja sebagai seorang asisten manager di sebuah rumah makan."Terserah kalau anda tidak percaya, Bu. Toh, Sari juga tidak menginginkan pengakuan dari anda.""Sudah, Mas. Lebih baik kita pulang saja sekarang," ajak Sari yang mulai tak enak hati pada Damar."Ibuuu! Ibu mau kemana lagi?" tanya Kia yang baru saja kembali dari rumah tetangganya. Ia yang melihat Sari keluar dari rumah bersama Damar, dengan segera menghampiri ibunya itu."Ibu mau kerja dulu, Sayang. Nanti, kalau uang Ibu sudah cukup, kita pergi sama-sama, ya?"Kia langsung menubruk kedua kaki sang ibu dan dipeluknya erat."Mau ikut Ibu. Kia mau ikut Ibu sama om ba
Read more
Gunjingan di Puskesmas
Lian bertambah pusing saja saat keputusan pada akhirnya telah mau tidak mau ia ambil. Karena desakan ibunya sendiri dan juga ibu dari calon isterinya."Tapi, Bu, biaya pernikahan yang diinginkan Hesti itu tidaklah sedikit. Ibu tahu sendiri, saya hanyalah seorang sekuriti. Meski gaji UMR, tapi kebutuhan saya dan anak saya juga tidak sedikit."Itu yang Lian katakan di depan semua orang yang pada akhirnya mendapatkan tatapan tak mengenakkan dari kedua orang tua Hesti, terlebih ibunya."Oh, jadi masalah uang? Kenapa tidak jujur saja dari awal? Kalau masalah itu, kita bisa patungan, Lian. Seharusnya, biaya-biaya itu sepenuhnya jadi tanggung jawab kamu. Tapi, karena kami berbaik hati, kami mau menyumbang separuh dari seluruh biaya-biaya itu."Bu Tri seperti tak punya muka di depan orang tua Hesti saat Lian mengatakan hal demikian. Lian tanpa sadar sudah merendahkan dirinya sendiri dan juga ibunya dengan mengatakan tidak punya uang."Tenang saja, bu Astuti. Saya sendiri yang akan menjamin ka
Read more
Bergunjing di Tempat Kerja
"Eh, Pak Damar. Enggak, kok, Pak. Cuma lagi sharing masakan tadi pagi aja. Iya, kan, Bu-Ibu?"Staf bernama Erni itu mengedipkan sebelah matanya pada staf dan bidan yang lain. Mereka tentu tak mau dicap sebagai tukang gosip oleh Damar.Apalagi, Damar ini termasuk incaran para pegawai lajang di puskesmas itu."Beneran, nih? Kok, tadi saya dengar pakai sebut-sebut nama bidan Hesti?"Erni salah tingkah, tapi buru-buru ia ubah wajahnya menjadi tertawa. Ibu-ibu yang lain pun mengikutinya."Cuma tanya aja nih, Pak, kita-kita. Penasaran sama calon suaminya bidan Hesti.""Apa, nih, sebut-sebut nama saya?"Tiba-tiba saja Hesti datang. Puskesmas memang sedang sepi. Hanya ada beberapa pasien yang datang. Karena ini juga siang hari, tepat setelah jam istirahat telah usai."Gak apa-apa, Bu Hesti. Tadi, kan, Bu Hesti sendiri yang bilang kalau nikahnya mau diadain di hotel Sun Palace, kan? Nah, kita ini cuma salut sama Bu Hesti. Hebat banget nikahannya bisa diadain di hotel mewah gitu," ucap seorang
Read more
Kritis
"Mas Damar ngapain malam-malam begini ke restauran? Gak mungkin kalau belum makan, kan?" tanya Sari saat mereka berdua sudah berada di dalam mobil.Ya, seseorang yang Sari lihat tadi adalah Damar. Rupanya, Damar memang sengaja menunggu Sari di sana."Udah, sih. Tapi tadi mendadak pengen nyemil onion ring. Ibu mana bisa bikin, aku apalagi," ucap Damar dengan dibubuhi sedikit tawa."Tadi juga kebetulan ketemu sama om Yahya, katanya kamu masih di dalam. Jadi, sekalian aja aku tungguin kamu.Sari mendadak terdiam. Sebenarnya ia merasa tak enak pada Damar dan orang-orang yang tahu akan kisah hidupnya. Meski sudah ditalak oleh Lian, tapi di mata hukum negara, dirinya masih sah menjadi isteri Lian."Mas, maaf sebelumnya. Bukannya aku gak mau nerima semua kebaikan kamu. Tapi, rasanya kurang etis saat kita sering keluar berdua seperti ini di saat aku belum sah cerai dengan mas Lian di mata negara."Damar berdehem singkat. Ia tiba-tiba merasa gugup saat Sari mengutarakan kegundahannya selama in
Read more
Sadar
Mata bu Tri terbelalak saat Damar menyelesaikan kalimat panjangnya. Ingin sekali bu Tri bertanya maksud Damar mengatakan hal itu. Tapi, saat ia berteriak memanggil Damar kembali, sambungan telepon itu rupanya sudah diputus secara sepihak oleh Damar."Apa maksudnya? Lian kritis? Jangan-jangan ini hanya akal-akalan Sari saja."Bu Tri mencoba mengeyahkan segala pikiran buruk. Tapi, hati kecilnya mengatakan jika ada sesuatu yang terjadi. Tadi, setelah perdebatannya dengan Lian, Lian memutuskan untuk mengajak Kia kembali ke rumah.Padahal, tadi rencananya Lian dan Kia akan menginap di rumah bu Tri. Tapi karena bu Tri merajuk dan Lian yang merasa pusing dengan semua yang terjadi, ia memilih untuk tidur di rumahnya sendiri.Pada akhirnya, bu Tri bangkit dari pembaringan. Ia tidak yakin dengan pikirannya sendiri yang beranggapan bahwa Damar hanyalah mengada-ada."Dikunci, kok. Pasti Lian ada di dalam," gumamnya sendiri. Saat ini, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Untuk memastikan ba
Read more
Dibegal
Diberondong pertanyaan oleh ibunya di saat dirinya baru saja membuka mata. Lian mengerang merasakan pusing pada kepalanya, ditambah lagi dengan rasa nyeri tepat di luka bekas tusukan itu."Hesti, panggil dokter. Lian kesakitan, itu!" pekik bu Tri yang membuat Hesti segera berjalan cepat untuk memanggil perawat."Mana yang sakit, Lian? Katakan sama Ibu."Bu Tri tak tega melihat anaknya kesakitan seperti itu. Sedewasa apapun seorang anak, bagi ibunya, ia tetaplah seorang anak kecil.Perawat sudah datang bersama dengan Hesti. Karena semakin lama, rintihan Lian semakin kuat, sang perawat pun akhirnya memberikan obat pereda nyeri yang disuntikkan melalui selang infus di tangan Lian."Istirahat saja ya, Pak. Jangan terlalu banyak bergerak. Atau nanti luka Bapak bisa terbuka dan mengalami pendarahan."Menurut dengan ucapan si perawat, Lian hanya mengangguk lemah. Bu Tri merasa lega saat Lian terlihat tenang. Tak lagi merintih seperti beberapa saat yang lalu."Syukurlah kalau kamu sudah siuma
Read more
Hikmah di Balik Musibah
Sari mencoba menenangkan Kia yang tengah menangis. Tadi, saat Sari berhasil masuk ke dalam rumah, lebih tepatnya kamarnya dan Lian dulu, Sari dikejutkan dengan kondisi Kia yang tengah duduk di lantai dengan kedua kaki menekuk.Bocah itu memeluk kedua kaki dan menenggelamkan wajahnya di antara kedua lutut. Kia takut, ia takut karena saat bangun tadi pagi, tidak ada orang di rumah. Pintu pun terkunci dan tentu Kia tak kuat memindahkan batu besar yang menjadi kunci sementara pintu bagian belakang."Ibu di sini, Kia. Kia jangan takut, ya?""Kenapa ayah gak ada pas Kia panggil-panggil, Bu? Kia takut," cicit Kia dalam pelukan ibunya.Dada Sari teremas melihat kondisi Kia yang demikian. Baru saja ia meninggalkan Kia belum genap satu bulan, tapi lihat saja. Pasti ada saja yang anaknya itu alami."Ayah sakit, Sayang. Ayah sedang dirawat di rumah sakit," jawab Sari lembut. Tangannya tak berhenti mengusap pucuk kepala sang anak. Berharap agar dengan cara itu, Kia merasakan ketenangan.Sari pun t
Read more
Menuntut
"Mas Damar? Kok, kamu bisa masuk ke sini?"Sari celingukan, was-was jika ada orang yang melihat Damar berada di dalam ruangannya. Apalagi, saat ini pak Yahya tidak sedang di tempat."Kamu gak usah takut gitu, dong, Sari. Aku ke sini bukan sebagai penyusup, kok. Tadi, aku udah ketemu sama om Yahya dan aku diijinin buat nemuin Kia di sini.""Kia?" Sari membeo. Damar hanya mengangguk dengan senyuman. Kini, arah pandang laki-laki itu kembali pada sosok anak kecil yang tengah bermain di lantai beralaskan karpet."Gimana, Kia? Kia mau, gak, makan es krim sama Om?"Kia yang semula asik dengan mainnya itu segera berdiri. Ia melonjak kecil karena merasa sangat senang. Dulu, ia jarang sekali dibelikan es krim. Tapi, jika dengan Damar, Kia selalu bisa merasakan makanan manis nan dingin itu."Mau ... mau! Ibu, Kia mau makan es krim sama Om baik, boleh, ya?""Om Damar, Sayang. Nama Om baik ini, Om Damar. Ayo salim dulu sama Om Damar."Kia berlari kecil menghampiri Damar dan Damar dengan senang hat
Read more
Keluh Kesah Kia
"Tensi pak Lian turun drastis dan itu yang membuat dia kehilangan kesadaran. Apa mungkin pak Lian sedang memikirkan sesuatu?" tanya dokter laki-laki itu pada bu Tri dan Sandi yang kini berhadapan dengannya.Bu Tri bingung harus menjawab apa karena sejatinya, ia mungkin tahu apa yang menjadi beban pikiran Lian."Anak saya habis dibegal, Pak. Motor, HP sama uang-uangnya hilang. Mungkin itu yang buat dia kepikiran."Mungkin benar, mungkin juga salah. Sebetulnya, yang menjadi puncak beban pikiran Lian adalah Hesti yang merajuk dan tak mau tahu keadaannya. Yang ada dalam pikiran perempuan itu hanyalah ego dan gengsinya "Saya turut prihatin ya, Bu. Semoga, setelah ini pak Lian bisa segera pulih kembali dan menjalani aktivitasnya seperti sedia kala."Sepeninggal dokter dan perawat, bu Tri menghempaskan tubuhnya ke atas kursi. Sandi hanya bisa memandang iba pada kakak satu-satunya itu."Semua ini gara-gara Sari dan pacar barunya itu."Sandi mengerutkan dahi tak mengerti dengan apa yang ibuny
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status