Semua Bab Mendadak Gila Karena Mertua: Bab 11 - Bab 20
59 Bab
Kecewa
Sandi buru-buru menggendong Kia yang masih menangis. Apalagi, ditambah dengan ia yang terjatuh sebab diam-diam Sandi menarik tubuh Sari dari belakang hingga menyebabkan Sari dan Kia terjatuh secara bersamaan."Mas, cepat bawa mbak Sari pulang!" teriak Sandi saat mendapati kakaknya itu masih terpaku di tempatnyaMungkin Lian juga sama terkejutnya.Sedangkan, Sari sudah menangis meraung dengan posisi masih duduk di atas tanah yang berumput itu. Ia meracau tidak jelas.****"Nyusahin banget isteri kamu itu Lian," gerutu bu Tri yang saat ini berada di ruang tamu rumah sang anak.Lian hanya mampu mengusap wajahnya kasar. Sari sudah tidur di kamarnya. Tadi, ia sempat pingsan ketika sampai di rumah dan mendapati kedua anaknya tengah menangis. Terutama Kia. Bocah itu sampai menolak untuk Sari dekati, membuat pukulan besar terhadap diri Sari sendiri."Ya, mau gimana lagi, Bu. Kayanya, Sari emang beneran sakit," jawab Lian lesu.Pikirannya kini benar-benar kacau. Melihat Sari yang kian hari kia
Baca selengkapnya
Diagnosa Dokter
"Kamu mau kemana, Lian?" tanya bu Tri saat Lian beranjak dari duduknya "Mau ke poli kandungan sebentar, Bu. Mungkin sudah waktunya Sari dipanggil.""Kamu mau ninggalin Ibu sendirian di sini, begitu?"Wajah bu Tri sudah tampak khawatir. Ia takut jika Lian meninggalkan dirinya sendirian di ruang rawat itu. Tadi, saat bu Tri buru-buru masuk ke dalam rumah, ia tak melihat jika Kamila sedang mengepel lantai.Lantai yang masih basah membuat bu Tri terpeleset dan jatuh hingga berakhir pingsan. Lian yang memang sudah bersiap untuk pergi mengantarkan Sari itu pun segera membawa sang ibu ke rumah sakit. Ia meminta bantuan tetangganya yang memiliki mobil untuk mengantar bu Tri ke rumah sakit. Sari diminta oleh Lian ikut dengan mobil, sedangkan ia sendiri pergi dengan membawa motor. Gavin dan Kia mau tidak mau ia titipkan kepada Kamila meski awalnya adik iparnya itu keberatan.Bu Tri terpaksa dirawat karena tensi darahnya tiba-tiba naik. Kaki kirinya juga terkilir cukup parah, membuatnya kesuli
Baca selengkapnya
Melawan Dengan Kata
Kamila terkesiap saat mengetahui Sari sudah berdiri di hadapannya. Setelah melempar tatapan tajam kepada Kamila, Sari buru-buru berjongkok untuk menghampiri Kia yang masih menangis. Kini, tubuh anak itu pun basah sebab Kamila yang baru saja mengguyurnya dengan satu gayung penuh air."Apa yang sudah anakku lakukan sampai kamu tega guyur Kia kaya gini, Mil?"Kamila sebenarnya takut, tapi, ia berusaha untuk menutupi semua itu. Ia berdehem kecil dan memasang wajah garang di hadapan Sari."Anak kamu itu nyusahin tahu, Mbak! Cerewet banget. Minta makan, dikasih ini gak mau, itu gak mau. Malah makanan yang udah susah payah aku masakin di hancurin semuanya sama dia," ujar Kamila seraya menunjuk ke arah Kia yang masih menangis.Sari berusaha menenangkan sang anak dengan cara memeluknya, namun, apa yang ia dapati sungguh membuat hatinya berdenyut sakit. Kia menolak pelukannya dan berlari menuju rumahnya."Aku gak mau sama Ibu. Ibu jahat, mau lempar Kia ke dalam sungai."Sari mematung. Otaknya m
Baca selengkapnya
Mengantarnya Pulang
"Bu Hesti?"Seseorang yang disebut namanya itu pun menoleh. Bu Tri yang tadinya berwajah masam, seketika menampilkan senyum manisnya, dibarengi dengan sambutan hangat kepada anak sulungnya itu."Eh, udah balik kamu, Lian. Ini, lho, ada bidan Hesti tadi mampir ke sini. Bawain Ibu buah, sekalian disuapin pula."Hesti yang dipuji-puji itupun menampakkan senyum malu-malu. Pipinya memerah entah karena malu atau memang ia yang menggunakan perona pipi."Pak Lian, Mas Sandi," sapa Hesti dengan sedikit menganggukkan kepala."Bu Hesti, kok, tahu kalau ibu saya dirawat di rumah sakit ini?" tanya Lian penasaran. Bagaimana bisa bidan muda itu sampai di sana dan tengah menyuapi ibunya saat ini."Oh, saya tidak sengaja bertemu Bu Tri di sini. Tadi, saya habis jenguk rekan sejawat saya yang sedang sakit. Itu, rekan saya dirawat di ranjang paling ujung," jawab Hesti sembari telunjuk lentiknya mengarah ke arah di mana ranjang paling ujung berada.Bu Tri memang dirawat di ruangan kelas dua yang berisi t
Baca selengkapnya
Bisikan
Selepas magrib, Sandi memutuskan untuk pulang ke rumah. Bu Tri tidak mau jika Sandi yang menemaninya di rumah sakit. Ia ingin agar Lian yang menginap di sana. Sekalian, bu Tri juga ingin membicarakan banyak hal pada sulungnya itu tanpa gangguan si bungsu."Gimana kondisi ibu, Mas?" tanya Kamila seraya menyuguhkan secangkir kopi kesukaan Sandi."Sudah jauh lebih baik. Hanya saja, kakinya masih sulit untuk digerakkan. InsyaAllah, besok sudah boleh pulang."Kamila tak lagi menanyakan apapun tentang ibu mertuanya itu. Ia hanya fokus pada televisi di depannya sebelum ia teringat suatu hal. Kamila merapatkan diri ke arah Sandi."Mas Lian seharian ini apa gak pulang, Mas?"Sebenarnya, pertanyaan yang Kamila ajukan pada Sandi hanyalah untuk memastikan suatu hal saja. Sandi terlihat menyeruput kopi yang sudah menghangat."Pulang, kok. Tadi siang, mas Lian pulang bareng sama bidan Hesti.""Bidan Hesti? Kok, bisa?"Rupanya Kamila tak salah dengan penglihatannya. Yang ia lihat tadi siang memang b
Baca selengkapnya
Kegelisahan Lian
Lian mengalami mimpi buruk sehingga membuat ia terjaga lebih cepat. Jam pada dinding menunjukkan pukul tiga pagi. Padahal, semalam ia baru saja tidur ketika jam dua belas malam."Kenapa perasaanku gak enak, ya?"Berusaha mengenyahkan berbagai pikiran buruk, Lian kembali membaringkan tubuhnya di atas tikar tipis dengan bantal kecil itu. Hingga tak lama, Lian kembali terlelap."Bu, kata dokter, nanti siang Ibu sudah boleh pulang. Nunggu cairan infusnya habis dulu.""Iya. Dan kamu jangan lupa pesan Ibu kemarin ya, Lian.""Iya, Bu," jawab Lian sedikit enggan.Pasalnya, dari kemarin sang ibu terus saja meminta Lian untuk mendekati Hesti. Rencananya, saat sudah pulang nanti, bu Tri ingin agar kakinya terus mendapatkan perawatan dari bidan muda nan cantik itu."Kamu udah urus administrasinya?""Belum, Bu. Aku mau pulang dulu sebentar. Kartu ATMku kayanya ketinggalan di rumah, Bu. Nanti aku juga sekalian mau minta patungan sama Sandi. Tanggal gajianku masih lama soalnya, Bu."Bu Tri tampak me
Baca selengkapnya
Kematian Gavin
Lian menangis sembari memeluk tubuh Gavin yang telah kaku. Betapa terkejutnya Lian saat mendapati Gavin masih dalam posisi tidur di ranjangnya tapi dengan bibir yang sudah membiru."Ayah, adik kenapa, Yah?" tanya Kia masih dengan isakan-isakan kecil yang keluar dari bibirnya.Sebenarnya, Kia tahu apa yang terjadi pada adiknya. Tapi, anak sekecil itu tidak akan paham akibat dari sebuah kejadian. Semalam, Kia melihat saat adiknya menangis keras dan sang ibu berusaha mendiamkannya dengan cara menggendong dan memberinya susu.Namun, Gavin tak kunjung diam sampai akhirnya, Sari meletakkan Gavin kembali ke atas ranjang. Tangannya bergerak mengambil bantal besar miliknya, lalu, meletakkannya di atas tubuh Gavin.Bantal sebesar itu tentu saja mampu menutup seluruh tubuh termasuk wajah bayi yang mungil. Persis seperti malam kemarin dan Kia berusaha menolong sang adik. Namun, Sari justru mendorong tubuh Kia hingga tubuh bocah empat tahun itu terjatuh dari atas ranjang.Kia berusaha lari keluar,
Baca selengkapnya
Titik Terang
Semua yang berada di dalam ruangan itu, terlebih Lian dan Sandi sangat terkejut dengan kedatangan Kamila. Wanita itu lantas menghampiri meja petugas, di mana sang suami dan kakak ipar berada."Kamu ngapain kesini, Mila?" tanya Sandi dengan nada lembut. "Aku disuruh ibu, Mas, untuk memastikan bahwa mbak Sari harus dihukum seberat-beratnya karena sudah membunuh Gavin."Sandi lantas berdiri lalu sedikit menyeret Kamila agar sedikit menjauh dari meja petugas. Sandi merasa malu dengan tindakan Kamila barusan. Menurutnya, hal itu bukanlah menjadi kewenangannya. Sari menjadi tersangka, sedangkan korban adalah anak kandung Sari sendiri. Tentu saja dalam hal ini, Lian yang menjadi penanggung jawab penuh atas apa yang terjadi pada Sari dan Gavin."Kamu jangan memperkeruh suasana di sini, Mila.""Memperkeruh apa sih, Mas? Aku cuma membawa amanah dari ibu aja, kok. Sebagai seorang nenek, ibu gak rela cucunya dibunuh oleh mbak Sari," jawab Kamila tegas. Ia sangat mendukung pemikiran bu Tri karen
Baca selengkapnya
Pengakuan Hesti
"Bu Hesti, tolong, Bu!" teriak Lian saat dirinya baru saja turun dari motor Sandi. Kebetulan, saat itu Hesti baru saja selesai memeriksa seorang pasien di dalam tempat praktiknya. Seakan ikut merasakan kepanikan Lian, Hesti lantas segera menyuruh Lian untuk membaringkan Kia di atas tempat tidur periksa."Miringkan, Pak Lian. Agar Kia tidak tersedak air liurnya sendiri. Saya ambilkan obat dulu."Hesti bergerak cepat. Tubuh Kia masih kejang dengan Lian yang terus memegangi tubuh sang anak. Tak sampai satu menit, Hesti datang dan segera melepas celana dalam milik Kia."Apa itu, Bu?""Obat kejang, Pak. Harus dimasukkan melalui anus," jawab Hesti seraya memasukkan obat berbentuk pil itu ke dalam anus Kia.Perlahan, kejang yang Kia alami mulai berhenti. Hesti memulai pemeriksaan. Namun, bidan muda itu terkejut saat tubuh Kia kembali mengalami kejang dan terlihat semakin parah. Kedua bola mata Kia berputar ke atas hingga hanya terlihat bagian putihnya saja."Kita harus segera membawa Kia ke
Baca selengkapnya
Penyesalan Lian
"Alhamdulillah, kamu sudah bangun, Sayang?"Pertanyaan yang sungguh klise dan tak perlu lagi untuk dijawab saat Sandi melihat Mila sudah membuka matanya dan tengah mengedarkan padangannya ke seluruh ruangan."Aku dimana, Mas?""Kamu di klinik sekarang. Tadi, kamu pingsan dan Mas mau bawa kamu ke tempat bidan Hesti. Tapi, bidan Hesti sedang tidak ada di tempat."Mila mengingat apa yang terjadi padanya sebelum gelap menguasai dunianya. Tadi, ia merasa tiba-tiba pandangannya menghitam dan kepalanya terasa begitu sakit. Kini, ia justru merasa sangat lemah. Padahal, tadi ia tidak merasakan apapun. Hanya lelah biasa karena harus melayani keinginan ibu mertuanya."Aku kaya gini pasti karena kelelahan kan, Mas?"Sandi tersenyum lalu mengangguk. Ada satu hal lagi yang tidak Mila ketahui tentang penyebab ia tumbang hari ini."Kalau gitu, setelah dari sini, aku mau tetep pulang ke rumah mama papa. Ngerjain kerjaan rumah aja udah buat aku capek, Mas. Sekarang malah ditambah ngelayani ibu. Pokokny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status