All Chapters of Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA): Chapter 91 - Chapter 100
131 Chapters
91. Misi Para Perempuan
Ivory sudah menceritakan apa saja yang ia alami selama beberapa hari berada di tempat yang kini mengungkung dirinya adan Mirielle, juga Max yang hingga kini tidak juga kembali. Ia tak mengerti apa yang terjadi sebenarnya dan ke mana perginya Max, karena Jester tidak memberikan informasi yang jelas mengenai keberadaan Max. Hanya keterangan ambang yang ia berikan dan itu sama sekali tidak bisa membuat Ivory tenang. “Aku masih tak mengerti, bagaimana bisa Max datang padamu di malam hari dan bercinta denganmu tetapi pagi harinya kau tidak mengalami apa pun sama sekali. Apakah mungkin ...” Mirielle tak berani berasumsi, tetapi hanya itu yang ada di benaknya saat ini. Tak hanya dua, melainkan banyak kemungkinan yang terjadi jika itu menyangkut sihir. Memang benar jika Mirielle mengatakan bahwa Jester memang tak jauh berbeda dengan Seth, hanya kasta yang membedakan keduanya. Namun, Jester tidak sehebat itu andai saja Mirielle memiliki seluruh kekuatan alam semesta yang dulu ia miliki. Kin
Read more
92. Cermin Ajaib
Mirielle dan Ivory memasuki ruangan yang telah Ivory katakan sebelumnya. Mirielle sebelumnya telah melindungi mereka berdua agar tak terlihat oleh siap pun terlebih Jester. Mereka harus mencari tahu apa yang ada di ruangan itu. Bisa jadi tempat itu adalah tempat penyanderaan atau memang dijadikan sebagai tempat hukuman. “Apakah kita tidak salah masuk ruangan, Ivy? Kita tidak menemukan apa pun di sini. Dan ... di mana wanita yang kau ceritakan itu?” tanya Mirielle terdengar tak sabar. Namun, Ivory tak langsung menanggapi. Ia tetap berjalan sembari menajamkan telinga dan indra penglihatannya untuk memastikan bahwa mereka berada di tempat yang benar. Ivory tak mungkin salah meski di ruangan tersebut tak banyak cahaya untuk membantu merak melihat lebih jelas. “Aku yakin dia ada di sekitar sini. Kau lihat? Ada beberapa ruangan yang tak terlalu jelas karena pintu besi yang beberapa sudah berkarat. Cobalah kau sentuh.” Ivory menarik tangan Mirielle untuk dapat merasakan permukaan benda yan
Read more
93. Banjir
Max dan kawanan lain masih bergelut dengan Jester yang tetap tak ingin menyerah. Bahkan ketika Alegria ikut turun tangan, ia masih saja tak mau menyerah dan membiarkan Ivory serta Mirielle bebas dan menghirup udara segar di luar Southernshore. Jester masih terus mengeluarkan kekuatannya, juga sihir ilusinya yang membuat Max dan lainnya cukup kewalahan. “Kita tidak bisa seperti ini terus, Ron. Kita harus menghubungi Elle dan Ivory agar mereka melakukan sesuatu di dalam sana,” ujar Max pada Ronan yang mulai kelelahan karena segala perlawanan mereka berakhir dengan kebuntuan. Jester bukanlah serigala yang hanya mengandalkan kekuatan fisik, melainkan juga kemampuan sihirnya. “Aku hanya cemas kalau Elder Elle dan Luna Ivory kini tengah mengalami kesulitan yang sama, Alpha. Apa yang harus kita lakukan sekarang?” Jeremiah tak sabar. Ia yang sejak tadi mendengar perbincangan antara Ronan dan Max, pada akhirnya bergerak menuju ke gedung yang di sana menjadi portal dimensi antara bagian luar
Read more
94. Misi Kedua
Air bah yang sejak tadi menghempas seluruhnya yang ada di sekitarnya, kini menyatu dengan air laut dan menjadi sebuah tsunami yang menyapu daratan. Bukan sapuan besar melainkan hanya sekadar menyapa daratan setelah seharian ia menjadi air tenang yang mengamuk karena ulah salah seorang yang tidak bertanggung jawab. Ivory dan Marion telah berhasil menghancurkan cermin tersebut, tetapi yang terjadi, keduanya justru tersedot ke dalam cermin tersebut dan dilemparkan ke luar daerah ilusi hingga tubuh keduanya jatuh berdebum di tanah. Dan ketika menyadari bahwa mereka sudah berada di sekitar para anggota kawanan yang berkumpul karena baru saja melawan bayangan Jester, Marion dan Ivory kemudian berpelukan. “Terima kasih karena telah membantu kami, Luna Marion,” ujar Ivory yang kemudian dibalas dengan pelukan oleh Marion. “Aku senang kau selamat, Ivy. Kau tidak tahu betapa kami mencemaskanmu.” Ivory mengangguk, kemudian menoleh ke arah lain dan menemukan Max yang sejak tadi menanti giliran
Read more
95. Mencari Lyra
Mirielle sudah berada di istana sang dewi bulan untuk menemuinya seperti yang ia minta dan ia sampaikan pada Max. Namun, belum ada tanda-tanda wanita itu berkehendak untuk menemuinya. Hanya beberapa sinyal dari penjaga yang mengatakan bahwa Mirielle harus menunggu karena sang dewi bulan tengah melakukan ritual. Mirie3lle menunggu cukup lama hingga kemudian dirinya dipersilakan masuk dan dikawal oleh beberapa pengawal yang tampaknya disiapkan khusus untuk menemaninya hingga tiba di hadapan Amethyst. Dewi bulan kala itu tengah memejamkan mata, duduk di singgasananya yang terang benderang sembari terpejam. Entah terlelap ataukah itu yang mereka sebut sebagai ritual. “Akhirnya kau datang juga, Elle,” ujar Amethyst kemudian membuka matanya dan menatap gadis yang berdiri agak jauh darinya, tepat di hadapannya. “Kau datang sendiri, kan?” “Ya, aku datang seorang diri. Ada apa memanggilku? Biasanya kau justru menolak kedatanganku.” Amethyst tersenyum, lantas bangkit dari kursinya dan mengh
Read more
96. Tempat Baru, Taktik Baru
Max sudah meletakkan barang-barang yang mereka bawa di sudut ruangan. Mereka akhirnya menemukan tempat untuk memulai kehidupan baru. Bukan tanpa alasan mereka melakukan itu, karena tujuannya adalah mendekati tempat di mana Linea mungkin berada. Max dan Ivory sengaja membeli sebuah rumah untuk tempat mereka tinggal sementara anggota kawanan lain yang turut serta akan menjadi penjaga. Bagaimana dengan Benjamin? Tentu saja tak sulit baginya untuk menemukan miliknya sendiri. Ia juga memutuskan untuk tinggal tak jauh dari tempat Ivory dengan syarat ia tidak akan mengganggu Ivory atau dirinya tidak kan pernah lagi mereka libatkan dalam pencarian Lyra. Benjamin tidak akan mengingkari janjinya, karena yang ia inginkan adalah bertemu putrinya. Dan bagaimana selanjutnya nanti, itu urusan belakang baginya. Yang terpenting sekarang dirinya dan Ivory adalah sekutu yang akan bekerja sama mencari Lyra, putri mereka. “Apa yang akan kita lakukan pertama kali untuk me
Read more
97. Mimpi Buruk
Benjamin terbangun di malam hari karena mimpi buruk yang baru kali pertama ia alami. Selama ini ia tak pernah terlelap di malam hari, dan ini pertama kalinya dirinya begitu terlena hingga tak sadar tertidur di sofa kediaman Ivory dan Max. Keduanya sengaja membiarkan Benjamin terlelap di sana, karena mereka tahu benar bahwa vampir tak mungkin akan tertidur di malam hari. Namun, ketika mimpi buruk itu hadir, Benjamin tak kuasa untuk menahan emosinya yang tiba-tiba mencapai ke ubun-ubunnya. Ia menghancurkan semua yang ada di meja tempatnya berada hingga menimbulkan suara gaduh yang membuat Ivory dan Max terbangun dan memastikan ke ruangan tersebut. Benjamin tampak terengah, dengan tatapan nanar ke depan, seolah dirinya menyaksikan secara langsung kejadian itu tepat di hadapannya. “What the hell, Ben?! Apakah kau sadar dengan yang kau lakukan ini?” sergah Max yang membuat Benjamin melesat tepat ke hadapan Max dan menarik kerah piamanya. “Katak
Read more
98. Diskusi Cinta
Ivory bergerak sendiri seperti yang sudah ia katakan pada Max. Bahkan sebelum Benjamin menyadari kepergiannya, ia sudah meninggalkan rumah dan menelusuri jalanan yang baru pertama kali ia kunjungi demi menemukan titik ordinat seperti yang ditunjukkan oleh sahabatnya di lautan. Ia dengan sengaja meminta bantuan beberapa sahabat yang di laut, daratan, maupun di udara. Titik yang ditunjukkan oleh sahabatnya tampaknya tak jauh lagi, tetapi Ivory tidak menemukan pemukiman apa pun di sekitarnya. Hanya hutan yang dihuni oleh sekelompok hewan buas dan selebihnya, ia tak menemukan tanda-tanda kehidupan. Namun, ia ingat kalau dirinya berurusan dengan makhluk yang menguasai sihir jauh lebih baik dibanding dirinya. Karenanya, ia kemudian menghubungi Mirielle dengan menggunakan telepati untuk memastikan apakah ia memilih jalan yang tepat atau sebaliknya. Ivory menghentikan langkahnya, memakai tudung jubahnya kemudian bersembunyi di semak-semak di mana titik koordinat yang i
Read more
99. Perpisahan (3)
Max sejak tadi menanti kedatangan Ivory yang pergi sejak pagi buta dan hingga petang belum juga menunjukkan kemunculannya. Max bahkan meminta bantuan Mirielle untuk memeriksa kondisi Ivory karena ia sangat mencemaskannya. Dan ketika Mirielle memberi informasi bahwa Benjamin mengikuti Ivory ke mana pun Ivory pergi, Max mulai geram. Ia berniat untuk menyusul sang istri, tetapi Mirielle melarang, karena hal itu hanya akan memperumit keadaan. Ivory membutuhkan waktu untuk mengatur siasat, dan Max hanya perlu percaya pada wanita itu. Sudah banyak hal yang Ivory lalui dan Mirielle yakin wanita itu akan bisa mengatasi dan mengatur strategi terbaik yang nantinya akan memungkinkan keberhasilan misi mereka. Max masih menanti, tetapi beberapa kali menghubungi Mirielle yang tengah duduk berdua dengan Ronan di ruangannya untuk membicarakan masalah mereka. Dan setiap kali Mirielle hendak memulai perbincangan dengan kekasihnya, Max pasti akan menghubungi. “Damn! Ap
Read more
100. Misi 'A': Gagal!
Ivory sudah menyelesaikan misi pertama di mana dirinya harus menemukan tempat persembunyian Linea dan Seth. Namun, sayangnya, tak ada satu pun tanda-tanda keberadaan kedua serigala penyihir itu di mana pun, meski Ivory telah mengikuti titik yang disebutkan oleh sahabatnya di lautan. Ia menanti hingga petang dan tak ada kemungkinan mereka akan bertemu dengan Linea atau setidaknya Seth. Ivory tak ingin membuang waktu, ia bergegas kembali ke tempat di mana dirinya mengikat Benjamin dan berniat membebaskannya. Namun, setibanya di sana, ia tak melihat keberadaan Benjamin yang ia ingat benar di mana ia telah mengikat lelaki itu. Ivory tertegun sejenak sebelum mengambil keputusan untuk kembali ke rumah dan mengabarkan semua pada Max dan Mirielle yang sejak tadi pasti telah menantikan kabar darinya. Ia tiba di rumah dan Benjamin ada di sana bersama Max yang nyaris saja terjadi baku hantam di antara keduanya. “Hey! Apa yang kalian lakukan?!” Ivory berdiri di
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status