All Chapters of IZINKAN IBU TINGGAL BERSAMAMU NAK: Chapter 21 - Chapter 30
54 Chapters
Kabar Bahagia
Terpaksa Wirya keluar setelah Nella berteriak mengusirnya. Lelaki itu tidak mau istrinya terus berteriak yang dapat mengganggu pasien lain. Wirya mengambil ponsel milik Nella di saku celana lalu mencari nama Arum. Namun rupanya Nella tidak menyimpan nomor adik iparnya itu. Lalu ia berinisiatif menghubungi Erwin untuk meminta nomornya. Wirya segera menghubungi nomor Arum agar dapat berbicara dengan ibu mertuanya itu. "Bu, Nella jatuh dan ini semua karena Ibu!" kata Wirya langsung. Dahi Utami berkerut. "Apa? Nella jatuh? Di mana? Dan apa hubungannya dengan Ibu?"Wirya menghela napas mendapat rentetan pertanyaan dari sang mertua. "Tentu saja ada hubungannya, lah, Bu. Jika Ibu tidak lapor ke Nella apa yang kalian lihat waktu itu di mall, pasti Nella tidak akan curiga dan dia tidak akan kepo dengan ponselku sehingga semua ini tidak akan terjadi!" kata Wirya dengan nada tinggi. Tangannya mengepal dan rahangnya mengeras. Utami menggelengkan kepala. "Kamu yang salah, tetapi menyalahkan o
Read more
Keputusan
Air mata bahagia tiada henti membasahi pipi seiring rasa haru dan syukur saat keluarga Nasrul berkemas untuk pindah ke rumah Nur. Terutama Utami yang merasa semua ini seperti mimpi baginya. Nasrul tidak mendapatkan apa-apa darinya, tetapi sekarang Allah memberikan yang lebih banyak. "Ya Allah, sungguh janji--Mu akan memberikan kemulyaan pada orang yang sabar dan ikhlas itu sungguh nyata adanya." Utami berucap lirih. Pipi wanita itu memang basah oleh air mata karena cairan bening itu terus mengalir meski sudah ditahan dengan sekuat tenaga, tetapi itu bukan air mata kesedihan melainkan air mata kebahagiaan.Rumah yang dulu ia tinggali bersama suaminya tidak ada apa-apanya jika dibanding rumah Nur. Sawah yang seharusnya menjadi hak Nasrul, tetapi tidak pernah ia terima, kini lelaki itu mendapat ganti berupa kios di pasar dan toko sembako yang tentu saja nilainya jauh lebih banyak. "Ibu, do'a apa yang telah Ibu panjatkan untukku sehingga aku bisa dapat karunia sebesar ini?" tanya Nasr
Read more
Sadar
Kepala Diana terasa panas, dadanya bergemuruh hebat. Wanita itu merasa sangat lelah membujuk anak-anak agar mau pulang bersamanya. "Bawa sini hapenya kalau nggak mau nurut sama Mama!" Diana mengambil paksa ponsel dari tangan Fara dan Deva. Bukannya menurut, dua anak yang usianya berjarak lima tahun itu malah menangis kencang memekakkan telinga. "Ada apa, sih, Di? Anak-anak anteng dari tadi, tapi saat kamu datang malah jadi ribut," ucap Ambar dengan muka masam. Wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah lebih dari setengah abad itu mengerucutkan bibir. "Aku kesel, Bu. Mereka nggak mau pulang kalau bukan papanya yang jemput seperti biasa," "Itu salah kamu sendiri, sudah tahu kalau anak-anak hanya mau sama Erwin, tapi malah kamu jemput sendiri." Ambar menatap wajahnya di depan cermin kecil di atas meja. "Aku mau menginap sini bersama anak-anak. Boleh, kan, Bu?" tanya Diana dengan suara bergetar. Sejak menikah dengan Erwin, ia memang jarang, bahkan tidak pernah menginap
Read more
Janji
"Kamu yakin nggak mau pulang, Mas?" tanya Jenny dengan menggelayut manja di lengan Wirya. Wirya mengambil bajunya yang berceceran di lantai lalu memakainya. "Malas. Lebih baik di sini saja agar bisa terus berduaan dengan kamu, Sayang. Di rumah, Nella terus marah-marah karena bayi yang dikandungnya tidak dapat diselamatkan. Padahal aku biasa saja. Toh, kami sudah punya dua orang anak, kan?"Wirya membungkuk lalu mendaratkan bibirnya di bibir Jenny yang sedang duduk di atas ranjang dengan berselimut untuk menutupi tubuhnya yang polos. Kedua insan yang baru saja memadu kasih tanpa memiliki hubungan yang sah sebagai suami istri itu kembali larut dalam adegan panas. "Aku sama sekali tidak sedih Nella kehilangan anaknya. Yang penting aku masih memiliki kamu yang selalu membuatku puas. Sekarang kita makan dulu, yuk." Wirya bangkit dari duduknya. "Makan?" tanya Jenny. "Aku pikir kamu sudah kenyang dengan memandangku, Mas?" Wirya tertawa lalu menjulurkan tangan mencubit hidung Jenny yang
Read more
Rumah Baru
Erwin dan Nella akhirnya mendapatkan alamat dari wanita itu setelah berjanji tidak akan menyakiti ibunya lagi. Iya, mereka ingin bertemu dengan wanita yang sudah melahirkan mereka berdua itu memang karena ingin minta maaf bukan karena ada tujuan lain. Panggilan dari ibunya agar segera pulang karena anak-anak mulai mencarinya tidak ia hiraukan. Yang ada di pikiran Nella saat ini hanyalah ingin bertemu Utami dan minta maaf. Dua kakak beradik itu telah sampai di depan sebuah rumah besar dan mewah dengan halaman yang sangat luas. Aneka tanaman bunga yang sedang bermekaran begitu memanjakan mata serta ditumbuhi rumput gajah mini yang tertata rapi laksana karpet hijau. Rumah berlantai dua dengan cat warna cokelat itu tampak sepi, tetapi beberapa jendelanya terbuka dan terlihat ada besi sebagai pengaman. Dahi Nella berkerut melihat pemandangan di depannya yang sangat jauh dari ekspektasi. Wanita itu mengambil secarik kertas dari tetangga Nasrul yang berisikan alamat itu. "Benar nggak si
Read more
Buah dari Kesabaran
Tangisan Erwin dan Nella menular pada Utami hingga menjadi pusat perhatian banyak orang, termasuk Nasrul dan Arum serta Nur.Utami meraih pundak Nella dan membimbingnya untuk berdiri. Posisi keduanya kini berhadapan. "Ibu sudah memaafkan kamu, La. Jauh sebelum kamu minta maaf," ucap Utami dengan suara parau. Tangan wanita tua itu terulur ke atas untuk mengusap pipi Nella. Ia harus sedikit mendongak karena badan sang anak lebih tinggi darinya. Nella meraih tangan ibunya yang sedang berada di pipinya. "Ibu sekarang tinggal di mana? Aku dan Mas Erwin mencari-cari dari tadi. Minta alamat sama tetangga kontrakan lama Nasrul malah dibohongi dengan memberikan alamat palsu," ucap Nella dengan bibir mengerucut. Dahi Utami berkerut. "Alamat palsu? Siapa yang tega memberi alamat palsu?" "Itu, Bu. Tetangga kontrakan Nasrul. Kami diberi alamat dan tenyata kami malah sampai di sebuah rumah besar dengan halaman yang sangat luas." Nella cerita dengan semangat. Utami dan Nasrul saling pandang.
Read more
Ada Apa dengan Diana
"Aku mohon maafkan aku, Sayang," ucap Wirya dengan mata berkaca-kaca. Nella menatap lelaki yang sudah memberinya dua anak itu. Dilema mulai melanda hatinya. Wanita itu mende s@h pelan. Dimainkannya jari tangannya sendiri. "Yang kamu lakukan itu fatal, Mas. Kamu telah menodai pernikahan kita. Luka ini begitu dalam dan menganga. Tentu butuh waktu untuk bisa sembuh." Wirya meraih tangan Nella dan wanita itu hanya bisa pasrah saat tangannya dici um oleh suaminya itu. "Aku mohon beri aku kesempatan kedua, Sayang. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi dan akan menjadi suami yang baik untukmu dan ayah bagi anak-anak kita," ucap Wirya penuh harap. Nella menggeleng. "Beri aku waktu untuk memikirkannya, Mas. Wirya mengangguk. "Baik. Berapa lama waktu yang kamu butuhkan untuk memikirkannya. Satu jam, satu hari, satu minggu, satu bulan, asal jangan sampai satu tahun. Aku pasti akan sabar menunggu."Nella tersenyum sinis. "Seperti luka yang juga butuh waktu untuk sembuh, Mas. Aku nggak bis
Read more
Belum Sadar Juga
Hati Diana merasa sangat kesal karena mendapat penolakan dari Utami. Namun, sesaat kemudian ia tersenyum karena mendapat ide cemerlang. "Baguslah kalau Nasrul tinggal di rumah besar begitu. Itu artinya ia punya uang dan aku bisa minta uang pada Ibu untuk mengganti ruang dapurku yang kebakaran," ucap Diana sambil senyum-senyum sendiri. "Sekarang aku harus bertemu Mas Erwin agar dia mau membujuk Ibu untuk merayu Nasrul agar memberikan uang padaku." Diana kembali bermonolog. Diana memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi. Ia ingin cepat sampai tujuan dan tidak sabar bertemu dengan Erwin. "Hati-hati, Ma. Aku takut," ucap Fara saat Diana mulai tidak terkendali dalam mengemudikan mobilnya. Emosi yang sudah menguasai jiwa membuat wanita itu tidak mempedulikan kedua anaknya yang mulai panik apalagi saat mobil yang mereka tumpangi menyalip kendaraan lain secara asal sehingga tidak jarang mendapat omelan dari pengguna jalan yang lain. "Hati-hati, woy!" teriak salah seorang pengendara yang
Read more
Aku Menyesal
Semenjak Diana dirawat di rumah sakit, Deva dan Fara ikut tinggal di rumah Nasrul untuk sementara waktu. Keduanya langsung akrab dengan Salsa. Mereka sangat senang tinggal di sana, pun dengan Salsa. Gadis kecil itu sama sekali tidak keberatan kedua sepupunya itu ikut tinggal bersama. Justru ia senang karena punya teman sehingga tidak kesepian lagi. "Enak?" "Enak banget, Bi. Ini siapa yang masak?""Bibi lah, dengan bantuan Mbak Sarah." "Kalau kayak gini aku bisa minta nambah berkali-kali tanpa harus nunggu dimarahi." Fara bersemangat mengambil ayam goreng lagi. Arum tersenyum melihat dua keponakannya itu makan dengan sangat lahap, bahkan Deva sampai minta tambah. Bukan hanya ayam goreng yang dilahapnya, tetapi tumis kangkung dengan saus tiram itu juga tidak luput dari jangkauannya. "Aku baru tahu, lho, Bi, kalau ternyata kangkung itu sangat enak. Aku mau lagi, boleh?" tanya Fara seraya menunjukkan isi piringnya yang hanya menyisakan sedikit nasi. "Iya, aku juga mau!" sahut Deva d
Read more
Terima Kasih
"Aku mohon maafkan aku, Bu. Tolong restui aku untuk kembali pada Nella. Demi anak-anak." Wirya mengulangi karena Utami masih diam saja. Dalam posisi menunduk, Wirya memutar bola mata dan tersenyum sinis sambil berkata dalam hati. 'Kalau bukan karena terpaksa mana mau aku minta maaf sambil nangis kayak gini. Untung mata ini bisa diajak kerja sama sehingga bisa meneteskan air mata dan drama menyebalkan ini berjalan lancar.'Utami meraih pundak menantunya itu dan memintanya untuk berdiri. "Nella, ajak cucu-cucuku masuk dulu. Biarkan mereka istirahat di dalam," ucap Utami. Nella mengangguk lalu menggandeng dua anaknya masuk. "Setelah itu kamu ke sini lagi," imbuh Utami. Di dalam rumah, Anak-anak diminta untuk duduk sambil menonton televisi bersama Sarah. Setelah memastikan anak-anak tidak ikut mendengarkan pembicaraan para orang dewasa itu, Utami kembali melanjutkan berbicara dengan Wirya yang masih sesenggukan. Utami lalu mengajak Wirya dan Nella duduk di kursi teras menghadap tan
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status