All Chapters of IZINKAN IBU TINGGAL BERSAMAMU NAK: Chapter 41 - Chapter 50
54 Chapters
Penjara
Wirya tersenyum kegirangan saat membuka dompet panjang berwarna hitam yang baru saja ia ambil secara diam-diam dari seorang wanita yang sedang membeli buah-buahan di pinggir. "Ternyata enak juga ya jadi Pencopet. Nggak perlu pendidikan tinggi, keterampilan, penampilan yang menarik, yang penting pandai membaca situasi. Kalau lagi beruntung bisa dapat banyak begini." Wirya mengipasi wajahnya dengan hamparan uang berwarna merah yang ia ambil dari dompet. setelah itu benda persegi panjang berwarna cokelat itu dibuangnya ke semak- semak-semak. Iya, hanya uang yang ia butuhkan. Identitas dan kartu lainnya tidak penting apalagi dompetnya. Lelaki bertubuh tinggi itu tertawa sendiri dan menggelengkan kepala. Dia pernah menyelamatkan Sindi dari pencopetan, tetapi kini dia malah ikut menjadi pencopet juga. "Sungguh aneh dunia ini." Wirya menghela napas panjang. "Tapi aku terpaksa melakukan ini. Dan ini semua karena Nella dan anak-anaknya. Seandainya dia tidak datang pasti saat ini aku sudah
Read more
Jodoh untuk Nella
"Aku seneng, deh, akhirnya Papa kembali di tengah-tengah kita lagi. Rumah kita menjadi ramai dan aku tidak diolok teman karena tidak punya ayah," ucap Tiara seraya mengambil potongan apel dan memasukkan ke dalam mulutnya. "Papa juga senang, Sayang. Terima kasih, ya, karena sudah mau memaafkan Papa dan mau menerima Papa tinggal di rumah ini lagi." Wirya merangkul anak gadisnya yang garis wajahnya mirip dengan dirinya. Hidung dan mata Tiara adalah duplikatnya. Orang tidak akan mengelak jika Tiara adalah darah dagingnya. "Berterima kasihlah pada Nella yang tidak pernah menanamkan kebencian di hati anak-anak untukmu terlepas dari apa yang pernah kamu lakukan pada mereka," ucap Hanum yang baru saja muncul dari dapur dengan membawa kue bolu yang baru saja ia angkat dari atas oven. Mata Kirana berbinar melihat sesuatu yang dibawa neneknya. "Wah, terima kasih, Oma. Kue ini pasti lezat, baunya saja harum." Wanita yang memakai kerudung instan warna coklat mocca itu tersenyum. "Iya sebentar
Read more
Harapan Baru
"Ini kamu yang masak, Di?" tanya Utami seraya membuka rantang susun yang dibawa sang menantu. Bau harum menguar ke udara begitu rantang putih bergambar bunga itu dibuka. Ayam bumbu kecap dan tumis jagung muda plus telur puyuh dengan cabai hijau membuat Utami menelan ludah. "Iya, Bu. Ini aku yang masak spesial buat Ibu." Dengan semangat Diana mengambil nasi hangat yang dimasak Arum lalu menambahkan lauk serta sayur di atasnya kemudian mengulurkan pada sang mertua. "Terima kasih, Di. Sebenarnya kalau mau ke sini nggak usah bawa apa-apa. Kehadiran kalian saja sudah cukup membuat Ibu bahagia." Utami menyendok nasi beserta lauk lalu memasukkan ke dalam perutnya. Wanita tua itu sebenarnya masih kenyang karena Arum belum lama menyuapinya bubur ayam, tetapi dia tidak mau membuat Diana kecewa jika makanan yang sudah dibuat dengan kesungguhan dan penuh kasih sayang itu tidak dimakan. "Masakanmu enak, Di. Ibu langsung merasa sehat setelah makan ini. Terima kasih,ya, kedatangan kalian ini
Read more
Pertemuan
"Bisa diam nggak! Nyebelin banget. Ganggu orang yang mau istirahat aja," ujar Baron seraya menatap tajam Wirya yang sedang berteriak memanggil nama Nasrul. Akan tetapi, Wirya sama sekali tidak peduli. Dia tidak takut dengan ancaman Baron yang hendak melayangkan tinju seperti biasanya. Yang ada di pikirannya hanya satu, Nasrul mendengar seruannya dan membantunya keluar dari tempat yang seperti neraka baginya itu. Sementara itu, Ridwan segera memeluk Nasrul begitu bossnya di tempat ia bekerja itu datang. "Tolong saya, Pak. Saya tidak bersalah. Saya tidak mungkin menabrak orang itu dengan sengaja. Saat saya lewat, perempuan itu berdiri di tengah jalan seolah sengaja memang ingin mengakhiri hidupnya," ucap Ridwan dengan muka tegang. Bayangan dirinya harus merasakan dinginnya tidur di balik jeruji besi membuatnya bergidik ngeri. Belum lagi dengan kesedihan yang harus ditanggung anak dan istri.Nasrul menepuk pundak lelaki itu. "Iya, nanti saya akan mencoba menemui keluarganya. Semoga ad
Read more
End
"Mama bisa membantuku keluar dari tempat jahanam ini, kan?" tanya Wirya seraya mengusap pipinya yang basah oleh air mata. Seberkas cahaya harapan muncul di benaknya. Dalam hati ia berjanji akan memperbaiki diri setelah bebas nanti."Membantu mengeluarkan kamu dari sini?" tanya Hanum dengan nada tinggi. "Bagaimana caranya?"Wirya tepuk jidat. "Aduh, Mama. Mama, kan, bisa mencari pengacara yang hebat?"Hanum mengusap pundak Wirya dengan lembut. "Mama memang ingin sekali bertemu denganmu, bahkan hingga terbawa mimpi. Iya, orang tua mana yang tidak rindu dengan anak kandungnya.Tetapi, setelah melihat kamu ada di sini, Mama tidak ada niat sedikitpun untuk mengeluarkanmu dari sini. Tempat ini adalah tempat yang cocok bagimu, Wirya." Ucapan Hanum terdengar lembut, tetapi terasa menusuk hingga ke relung hati Wirya hingga membuat lelaki itu terkesiap. Ia sama sekali tidak menduga mamanya tidak mau membantunya. "Jadi, Mama tidak mau mencari pengacara agar aku bisa bebas dari sini?" tanya W
Read more
Hari Bahagia
Hanum duduk terpekur di samping gundukan tanah merah yang masih basah dengan taburan bunga mawar di atasnya. Bulir bening ia biarkan jatuh membasahi pipinya yang sudah mulai berkeriput. Angin sepoi-sepoi yang berembus menerbangkan kerudung panjang yang ia pakai. Kain yang tadinya menutupi kepala itu jatuh di pundaknya. Wanita itu memejamkan mata. Ucapan polisi yang menemuinya saat ia sampai di kantor polisi itu kembali terngiang di kepala. "Wirya kehilangan banyak darah setelah menyayat pergelangan tangannya dengan pecahan gelas kaca, Bu," Bayangan wajah Wirya yang pucat dengan mata tertutup rapat dan tubuh kurus kering kembali hadir dalam ingatannya. Anak lelaki yang dulu menjadi rebutan para wanita karena ketampanannya itu telah berubah.Hanum tergugu. Diusapnya tanah yang di bawahnya terbaring jasad anak yang sangat ia sayangi itu. "Kenapa pikiranmu begitu pendek, Wir. Padahal Mama hanya ingin kamu menjadi orang yang lebih bertanggung jawab dengan mendekam di penjara sebentar
Read more
Jangan Buang Dia
Nasrul dan Utami serta Nur bergegas beranjak dari duduknya begitu pintu terbuka bersamaan dengan munculnya seorang dokter wanita serta perawat di belakangnya. "Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Nasrul. Lelaki itu sesekali mengusap keringat yang membasahi pelipisnya. Bayangan Arum yang berwajah pucat dan tubuhnya lemah akibat mengeluarkan banyak darah akibat terjatuh di kamar mandi membuat tubuhnya menggigil ketakutan. Wanita cantik berbaju putih dengan name tag Ana itu menghela napas sebelum menjelaskan pada Nasrul. "Maafkan kami, Pak. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi kami selaku dokter dan perawat di sini hanya mampu berusaha selebihnya Allah yang menentukan. Janin yang ada di dalam rahim Bu Arum tidak dapat kami selamatkan." Pandangan Nasrul mengabur mendengar penjelasan dokter. Tubuhnya seakan lemas tidak bertulang. Bayangan percakapan antara dirinya bersama Salsa dan Arum kembali terbayang dalam ingatannya. "Alhamdulillah, Salsa akan memiliki adik lak
Read more
Tolong
(Mas Wirya, tolong beri nama anak kita Alvarendra. Aku ingin dia menjadi anak yang beruntung dan bijaksana meski dia terlahir dalam keadaan yang menyedihkan saat mamanya berada dalam penjara. Aku akan mengambilnya kembali setelah keluar dari penjara nanti. Aku janji tidak akan mengganggu kehidupanmu lagi) Tertanda Jenny. Hanum membaca surat yang diberikan wanita itu dengan mata berkaca-kaca. Bahkan tulisan tangan yang berantakan karena ditulis dengan tangan gemetar itu terlihat memburam. Wanita bertubuh gemuk bernama Mira itu mengusap sayang kepala bayi yang tertutup topi rajut itu. "Sebenarnya saya juga kesal dengan anak ini, Bu. Jenny yang kukira sedang bekerja di kota untuk mencari uang nyatanya malah di penjara dan punya anak tanpa suami. Kemarin saya sempat ingin mem bu nuhnya, tetapi syukurlah saya masih waras dan berpikir jernih. Saya bisa masuk penjara bersama Jenny jika membunuh bayi tidak berdosa ini." Hanum tergugu. Air matanya jatuh membasahi selimut yang menutupi
Read more
Secuil Harapan
"Apa? Mas Wirya sudah meninggal?" tanya Jenny dengan nada tinggi dan mata melebar sempurna. Mira mengangguk lemah. Ditatapnya lekat-lekat anak perempuan satu-satunya itu.Anak perempuan yang ia gadang-gadang dapat mengangkat derajat orang tuanya saat lima tahun lalu minta izin berangkat ke kota untuk mengadu nasib dengan harapan dapat mengubah keadaan. Manusia memang boleh berencana dan meminta, tetapi tetap Yang Maha Kuasa lah yang menentukan segalanya. Dulu, Mira berharap hidup bahagia dan berkecukupan di hari tua jika Jenny menjadi orang sukses di kota. Namun, melihat kondisinya sekarang, harapan itu musnah sudah. "Ibu jangan khawatir, setiap bulan aku akan mengirim uang yang banyak karena aku sudah diterima kerja di sebuah perusahaan besar," kata Jenny saat pertama kali menelepon ibunya yang selalu mengkhawatirkan dirinya. Ucapan Jenny bukan hanya isapan jempol belaka. Setiap bulan ia rutin mengirim uang pada wanita yang sangat berjasa dalam hidupnya itu. Mira sangat senang
Read more
Kesanggupan
"Tidak ada pilihan lain, Bu. Cucu ibu tidak bisa menerima makanan selain ASI," ucap dokter Ana setelah memeriksa kondisi Alfa. Alva sudah diberi susu soya, tetapi masih muntah juga. Tubuhnya semakin lemah sehingga terpaksa dimasukkan ke dalam inkubator untuk menunjang kehidupannya. Hanum meremas-remas jari tangannya sendiri. Rasa iba merajai hati melihat cucu laki-lakinya yang lemah, sementara dia sendiri hanya mampu melihatnya dari balik kaca tanpa bisa memeluknya. "Menurut perkiraan saya, bayi ini sempat mendapatkan ASI sebelum diserahkan ke Ibu." dokter paruh baya Itu kembali menjelaskan. Mata Hanum melebar sempurna. "Diberi ASI? Jenny mau menyusui anaknya ini?" Hanum menggeleng. "Itu tidak mungkin, Dok,"Dalam bayangan Hanum, Jenny sangat membenci bayi yang ia lahirkan itu. Jangankan menyusui layaknya seorang ibu pada umumnya, melihat pun wanita itu pasti sudah sangat muak karena teringat dengan lelaki yang telah menanam benih di rahimnya tanpa mau bertanggung jawab. Bisa
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status