Semua Bab Fragile Heart : Bab 31 - Bab 40
80 Bab
Bab 31. Keluar dari Kamar!
Liburan Jasmine di kota New York telah usai, dengan sedikit drama dirinya menghilang dan juga terluka karena hampir dicopet. New York sangat indah. Sayangnya dia tak benar-benar menikmati liburannya.Impian Jasmine adalah liburan tenang dan damai, demi menyegarkan isi kepalanya yang luar biasa penat. Akan tetapi, sayangnya Impian itu merupakan angan semata. Ketenangan jiwa raganya telah terguncang, karena Xavier selalu mengusiknya.Hari ini adalah hari di mana Jasmine kembali ke London. Seperti biasa kembali pada kenyataan memang membuatnya merasa jenuh. Tapi inilah yang harus dia jalani. Mana bisa dia memiliki pilihan?Setibanya di Bandar Udara Heathrow London, mereka disambut oleh Bernard yang sudah menunggu kepulangan mereka. Rasanya seperti label ‘single’ yang dibawa-bawa Jasmine selama tiga hari liburan luruh seketika. Wajar saja, karena dia berada di tengah sepasang suami istri dan sepasang kekasih yang sudah bertunangan.“Jasmine,” Bernard segera memeluk kekasihnya. “Tiga hari
Baca selengkapnya
Bab 32. Berani Sekali Dia!
Jasmine memijat pelipisnya sambil menghela napas berat. Setelah hari di mana dia bertengkar dengan Bernard, mereka tidak berkomunikasi lagi hingga sekarang. Tidak hanya sekali Bernard mencoba untuk menyentuhnya.Selama ini setiap kali Jasmine menolak tidak pernah jadi masalah besar dalam hubungan mereka. Tetapi kemarin ini, mendadak pertengkaran pertama mereka terjadi. Pertengkaran panas yang memojokan dirinya.“Jasmine? Are you okay?” tanya Ivy yang pada saat itu sedang makan siang bersama Jasmine. Melihat raut wajah sahabatnya yang lesu membuat dia khawatir.Jasmine seketika menatap Ivy, menyadari kalau dirinya sejak tadi melamun. “I’m okay, Ivy. Jangan mengkhawatirkanku.” Jasmine tak akan bercerita pada Ivy tentang apa yang terjadi, pada dirinya dan Bernard. Jika dia bercerita, maka Ivy akan berpikir bahwa hubungannya dan Bernard selama ini tidak baik-baik saja.“Kau tidak menyentuh makan siangmu lagi seperti waktu itu,” singgung Ivy soal mereka yang dulu makan siang bersama untuk
Baca selengkapnya
Bab 33. Pertanyaan Jasmine
Dalam suasana yang penuh ketegangan, Xavier perlahan mengusap bibir Jasmine dengan ujung jari. Cemburu telah membara di dalam dada, perasaannya tak terkendali. Bayangan ketika Bernard mencium Jasmine membuat dia benci pada kemesraan mereka berdua. Bukan hanya sekarang saja, tetapi sudah sejak lama dan bertumpuk-tumpuk.“Aku tidak suka pria sialan itu mencium bibirmu, Jasmine.” Xavier berkata begitu menekankan dan tajam, penuh kobaran amarah cemburu.Jasmine tersenyum sinis, dengan tatapan mata tajam. “Jika kau tidak lupa ingatan, Bernard adalah kekasihku. Jangan bercanda. Kau tidak memiliki hak untuk marah.”“Aku marah, karena kau hanyalah milikku.” Xavier mendekatkan wajahnya perlahan, hendak mencium Jasmine agar noda dari pria lain dapat menghilang. Namun, sebelum bibir mereka dapat bertemu, Jasmine dengan cepat mengangkat tangannya dan mendorong dada Xavier sambil menatapnya dengan mata penuh ketegasan—wanita itu melayangkan tamparan keras di wajah Xavier.PlakkkJasmine mendaratka
Baca selengkapnya
Bab 34. Ajakan Makan Malam
“Aku bertanya padamu, kenapa malah kau balik bertanya?” Jelena meletakan gelasnya di atas meja, wajahnya sedikit merona di kala Jasmine ingin tahu tentang pertemuannya dengan Xavier. Tentu saja, otak Jelena langsung mengingat akan moment manis itu. Moment di mana yang akan selalu dia ingat.“Alasannya sama sepertimu. Aku juga ingin tahu tentang pertemuanmu dan Xavier. Kau selama ini belum menceritakan padaku tentang itu.” Jasmine mengulas senyuman di wajahnya. Entah kenapa, dia memutuskan untuk menanyakan hal ini pada Jelena. Pun memang selama ini Jasmine sama sekali tidak tahu tentang pertemuan pertama Jelena dan Xavier.Jelena kian merona. “Kau yakin ingin mendengarkan kisah pertemuan pertamaku dan Xavier?” Jasmine mengangguk berusaha tersenyum. “Tentu saja. Aku ingin sekali mendengarkan ceritamu dan Xavier.”“Saat itu, aku sedang duduk di sebuah kafe. Kesibukanku membuatku memutuskan pergi ke kafe langgananku yang ada di Brooklyn. Aku masih ingat dengan jelas, di mana aku sedang
Baca selengkapnya
Bab 35. Harus Memilih
Jasmine memarkirkan mobilnya dan berjalan ke ruang kerjanya sambil sesekali menanggapi sapaan orang-orang kantor. Sebuah senyuman tidak kunjung menghilang dari wajahnya, merespon semua staff yang menyapa dirinya. Meski sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja, tapi Jasmine tak ingin orang tahu.Jasmine duduk di kursi kerjanya, mengambil laporan yang sudah ada di atas meja. Wanita cantik itu melihat beberapa laporan penjualan yang berkembang dengan pesat dan baik. Setidaknya, beban pikiran tentang pekerjaannya—mulai sedikit membaik.“Knock … knock …” Ivy mengetuk pintu, sambil melirik Jasmine.Jasmine mengalihkan pandangannya, menatap Ivy yang muncul. “Hey, morning. Masuklah, Ivy.”Ivy masuk, memberikan dokumen yang dia bawa ke hadapan Jasmine. “Aku membawakan laporan baru. Di Irlandia, permintaan kosmetik meningkat. Kita harus menambah stock, dan mengirimkan mereka lebih banyak lagi.”“Great. Aku akan meminta team untuk mengurusnya.” Jasmine menerima laporan itu, dan membaca seksama
Baca selengkapnya
Bab 36. Pria Tampan Bernama Dave
Gaun berwarna merah dengan model tali spaghetti membalut indah tubuh Jasmine. Rambut cokelatnya tergerai sempurna. Riasan bold di wajahnya semakin membuatnya begitu indah, anggun, dan elegan. Sayangnya, raut wajah Jasmine tidaklah cerah dan bahagia. Malam ini Jasmine harus ikut hadir dijamuan makan malam. Benar-benar menyebalkan! Dia tak ingin hadir di acara jamuan makan malam itu, tapi dia tak memiliki pilihan lain. Jelena dan kedua orang tuanya bisa marah jika sampai dirinya beralasan tak hadir. Pun Jasmine sudah berjanji akan datang.“Jasmine, kau sudah siap belum?” Jelena menatap Jasmine, lalu seketika matanya melebar kagum. “Oh, My god! Kau cantik sekali.”Jasmine tersenyum samar. “Kau berlebihan. Kau jauh lebih cantik, Jelena.”Jelena menggeleng. “No, no. Malam ini kau sangat cantik. Kau cantik dan seksi.”“Kalau begitu kita sama-sama cantik.” Jasmine kembali melukiskan senyuman. “Gaunmu indah. Xavier pasti menyukai penampilanmu.”Jelena mengangguk dengan raur wajah riang. “Ini
Baca selengkapnya
Bab 37. Kau Bisa Menemaniku, kan?
“Jasmine, sepertinya Dave menyukaimu.”Jelena berkata di kala dia bersama adik dan juga orang tuanya tiba di rumah. Dia langsung mengutarakan apa yang tadi dia lihat selama makan malam berlangsung. Terlihat jelas bagaimana Dave mengagumi adiknya itu.“Jelena, kau jangan berbicara konyol.” Jasmine melepaskan heels-nya, membalas ucapan Jelena.Johan menggeleng-gelengkan kepalanya. “Jelena, kau kan tahu adikmu sudah memiliki kekasih. Kau malau bicara yang aneh-aneh saja.”“Iya, Jelena. Kau jangan bicara aneh-aneh. Jika Bernard dengar, nanti dia bisa salah paham.” Mila memperingati.Jelena terkekeh. “Iya-iya, Mom, Dad. Aku hanya menggoda Jasmine.”“Kami ingin ke kamar. Lebih baik kalian istirahat.” Johan dan Mila mengecup pipi kedua putri mereka—lalu melangkah masuk ke dalam kamar. Jelena menoleh menatap Jasmine. “Tadi aku hanya bercanda. Jangan diambil serius. Andai kau single, pasti aku akan menjodohkanmu dengan Dave. Tapi karena kau sudah memiliki Bernard, nanti aku akan mencarikan t
Baca selengkapnya
Bab 38. Kebakaran di Mall
Jasmine terpaksa harus izin demi bisa mengantarkan Jelena. Untungnya, Direktur Utama di perusahaannya tidak pernah mempersulit dirinya. Bagi sang Direktur Utama adalah segala urusan pekerjaan selasai dengan baik. Pendapatan perusahaan selalu meningkat. Di mana keberadaan Jasmine tak peduli, asalkan perusahaan selalu mendapatkan pendapatkan yang besar. “Jasmine, hari ini kau pulang cepat?” tanya Ivy melihat Jasmine sudah bergegas ingin pulang.Jasmine mengangguk. “Ya, Ivy. Aku ingin mengatar Jelena ke mall. Kalau ada pekerjaan tertunda, tolong kau letakan saja dokumen pekerjaan di atas meja kerjaku. Besok aku akan periksa.”Ivy tersenyum samar. “Baiklah, Jasmine. Jangan mencemaskan pekerjaan.”Jasmine membalas senyuman Ivy. Detik selanjutnya, dia melangkah pergi meninggalkan temannya itu—menuju halaman parkir. Wanita itu ingin segera menemui Jelena, lalu segera pulang. Dia berharap bisa pulang cepat, agar bisa istirahat.Di halaman parkir, langkah kaki Jasmine terhenti melihat Bernard
Baca selengkapnya
Bab 39. Rasa Curiga yang Berusaha Ditutup
Xavier mondar-mandir tidak jelas di depan ruang pemeriksaan. Embusan napas kasar bercampur dengan umpatan. Dia merutuki dirinya yang terlambat menyelamatkan Jasmine. Jika saja dia tahu Bernard seorang pengecut, dia akan menyeret secara paksa Jasmine agar bisa keluar dari kebakaran mall.Jasmine memang sudah tidak waras. Wanita itu berkorban menyelamatkan orang lain, tanpa pikir panjang tentang dirinya sendiri. Dia bahkan tak memedulikan nyawanya sendiri. Itu yang sejak tadi membuat emosi dalam diri Xavier terpancing.Xavier menyugarkan rambutnya seraya memejamkan mata berat. Benaknya memikirkan keadaan Jasmine yang masih diperiksa oleh dokter. Entah kenapa dokter lama sekali memeriksa keadaan Jasmine.“Xavier?” Jelena berlari di koridor rumah sakit, dan berjalan cepat menghampiri sang kekasih yang menunggu di depan ruang rawat. Dia tidak hanya sendiri saja, tapi ada Bernard yang pastinya khawatir tentang kondisi Jasmine.Xavier mengalihkan pandangannya, menatap Jelena yang datang bers
Baca selengkapnya
Bab 40. Mata dan Hatiku akan Tetap Berpusat Padamu
Raut wajah Jasmine berubah mendengar apa yang Jelena katakan. Xavier menggendongnya di hadapan kakaknya dan kekaksihnya? What the hell! Pria itu benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya.“J-Jelena, aku yakin Xavier khawatir padaku, karena aku ini adik iparnya.” Jasmine segera menjelaskan. Ya Tuhan! Jasmine takut sekali kalau Jelena salah paham. Hal gila Xavier menggendongnya di hadapan kakaknya sendiri, dan juga kekasihnya.Jasmine yakin pastinya ada sesuatu hal terbesit di dalam pikiran Jelena tentang dirinya dan Xavier. Namun, Jasmine tak membiarkan itu sampai terjadi. Dia tak akan pernah membiarkan Jelena tahu tentang dirinya dan Xavier.Jelena membelai pipi Jasmine dengan lembut. “Iya, Jasmine. Aku tahu itu. Ya sudah, kau istirahat dulu. Aku harus menghubungi Mom dan Dad. Mereka harus tahu tentang kondisimu.”“Jelena, apa lebih baik kau tidak usah beri tahu Mom dan Dad?” pinta Jasmine.Jujur, Jasmine lebih memilih kedua orang tuanya tidak tahu akan kondisinya. Pasalnya, dia tak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status