All Chapters of Bukan Pewaris Biasa: Chapter 41 - Chapter 50
168 Chapters
Kau & Aku Tak Bisa Bersama
"Sepupu pertama? Apa maksud ucapan kalian berdua?" Dannis tampak bingung. "Ada hal yang belum aku ceritakan padamu. Ini sehari sebelum kau terjun dari jurang. Cucu pertamaku, alias sepupumu, ia mendatangiku dan bilang baru saja mengakuisisi sebuah perusahaan. Ia mengatakan dengan jelas nama pemiliknya adalah Arya Diningrat," ungkap Aji Kartanegara."Bila sepupu pertama adalah dalangnya, maka kita harus berhati-hati. Mungkin saja ada udang di balik batu," tambah Gilang. Dannis benar-benar bingung. Ia tidak mengira bila keluarga besarnya akan menambah beban pikirannya. Ia tidak bisa berkata lagi. Wajahnya tertunduk, menatap pola di selimutnya dengan pikiran yang kosong. Ada rasa khawatir di hatinya bila Luna tahu siapa pelakunya. "Juna, apa kita bisa pergi ke acara pemakaman ayahnya Luna?" tanya Dannis."Kau ingin pergi? Lihat keadaanmu! Kau seperti mumi kucing yang penuh perban!" sahut Gilang. "Aku harus bertemu dengan Luna. Bila dia sampai salah paham dengan keluarga Kartanegara,
Read more
Semuanya Pergi?
"Bos, kau tidak apa-apa?" Juna merangkul kembali lengan Dannis dan membantunya berdiri lagi. "Jun, dia bilang akan memutuskan hubungannya denganku." Dannis tertunduk ke bawah. Pikirannya dihebohkan oleh semua ucapan Luna. Perempuan itu berhasil membuat Dannis terpuruk dalam waktu beberapa menit saja. Bahkan ia tidak bisa menoleh ke makam ayahnya Luna untuk memberikan salam perpisahan. "Apa salahku? Apa ini karena kebohonganku, atau karena perusahaan ayahnya?" Dannis terus saja bertanya-tanya dalam benaknya. "Hentikan. Kau hanya salah dibagian berbohong padanya soal statusmu. Namun untuk persoalan perusahaan, sudah jelas bila orang lain yang salah. Ditambah lagi, saat ini Luna masih dalam keadaan terguncang hebat. Masalah kecil akan menjadi besar bila dia tidak bisa mengontrol emosinya sendiri," pikir Juna. "Jelaskan padaku siapa sebenarnya sepupu pertama itu. Ulik semua informasi mengenai dirinya. Dan aku mem
Read more
Pertemuan Setelah Wisuda
"Bagaimana wisudanya? Apa menarik?" tanya Juna. Ia duduk dibawah pohon bersama dengan beberapa orang lain. Mereka semua adalah keluarga dan kerabat para mahasiswa yang sedang wisuda."Lumayan … sayangnya aku hanya mendapat IPK 3,00 saja," balas Dannis. Lelaki itu duduk di samping Juna, di tempat yang kosong dekat tong sampah. Melepas topi hitam wisudanya dan melonggarkan baju hitam yang ia kenakan saat upacara. Juna memberikan sebotol air mineral kepadanya. Terlihat Dannis begitu lelah hingga ia menghabiskan seluruh air di dalam botol itu."Sudah sekitar dua bulan berlalu, bagaimana menurutmu? Yang tersisa dari musuh dan temanmu hanyalah dirimu sendiri." Juna menyindir kembali, sebuah kisah di saat pemakaman ayahnya Luna."Entahlah … mungkin saat ini Luna sedang berbahagia di negara pizza bersama dengan ibunya. Aku bersyukur bila dia benar-benar bahagia. Karena dia pantas mendapatkan hal itu," ungkap Dannis. 
Read more
CEO Baru
"Kakek, sedang apa kau di tempatku?" Dannis yang baru saja tiba bersama Juna langsung dikejutkan dengan kemunculan kakeknya di ruang pribadinya. "Kau sudah menghias ruangan ini dengan baik. Apa gedung ini dikhususkan untuk mengkoordinasikan semua cabang bisnis milik ayah dan ibumu?" tanya Aji Kartanegara yang memuji keindahan interior ruang kantor cucu kelimanya. "Aku hanya membuatnya terlihat lebih seperti suasana rumah saja. Ditambah lagi, aku harus merangkum banyak hal sejak ayah meninggalkan semua ini padaku. Aku belajar banyak dari Juna selama dua bulan ini." Dannis yang masih lelah dengan urusan wisuda memilih untuk merebahkan dirinya di sofa panjang berwarna putih keabu-abuan.Gedung yang dibeli oleh Dannis sekitar dua bulan lalu, tepatnya setelah beberapa hari sejak kejadian pemakaman ayahnya Luna, memang diperuntukkan untuk menjadi pusat komando seluruh bisnis milik Alex Kartanegara. Dannis menjadikan gedung berlantai dua puluh it
Read more
Seperti Ular Dan Elang
"Lihat di arah jam 11, tepatnya di barisan meja VVIP. Sepertinya perempuan yang kau kenal ada di sana," bisik Juna. Ia dan Dannis baru saja kembali ke posisi belakang, berbaris kembali dengan jajaran direksi lainnya setelah selesai memberikan pidato singkat serta pengukuhan Dannis sebagai CEO. Tampak Dannis menoleh ke arah yang ditunjukkan pengawalnya itu. Wajahnya langsung berubah pucat. Ia tidak menyangka bila ada perempuan gila itu lagi. Dannis benar-benar seperti terjebak oleh sihir Airin Kartanegara."Kenapa dia ada di situ?""Dia datang bersama kakak tirinya. Coba kau lihat di sampingnya.""Tunggu dulu! Apa itu cucu pertama kakek?" Dannis dan Juna terus saja berbisik satu sama lain di saat ada direksi lain yang sedang memberikan sambutan selamat kepadanya. "Berapa umurnya?" tanya Dannis. "Ketika kau kecil, dia sudah berumur lima tahun. Artinya saat ini umurnya s
Read more
Sekretaris Pribadi Dannis
"Maaf, tolong turun dari sana." Dannis merasa canggung ketika dihadapkan dengan situasi itu. Panas, membara, dan hampir membuatnya hilang akal. "Oops, maaf … apa aku membuat senjatamu memanjang?" bisik Airin Kartanegara. Lirih suara yang ia lontarkan ke telinga Dannis membuat lelaki itu tampak merinding. Setelahnya, perempuan itu berdiri dari pangkuan Dannis. Namun sebelum pergi,  ia memberikan kecupan singkat di pipi kanan lelaki di depannya. Sontak saja ketiga kepala direksi dan juga Juna langsung melongo ketika menyaksikan adegan dewasa 21++.Wajah Dannis tampak memerah. Itu adalah momen pertama yang dirasakan olehnya dalam hidup. Namun sebenarnya ia ingin memilih kepada siapa dirinya harus mendapatkan atau melakukan kecupan itu. Airin yang sudah berhasil menggugah sisi emosional Dannis langsung berlalu menghilang di tengah kerumunan. Ia berjalan bagaikan kucing Persia di atas karpet merah. Memang benar, tubuhnya begitu e
Read more
Perjalanan Bisnis
Dua hari telah berlalu."Aku serahkan Pak Dannis padamu." Juna memberikan berkas dokumen yang harus ditandatangani oleh pihak resort ke tangan Nina. "Dengan senang hati," ungkap perempuan itu. Setelah menerima semua berkas, ia menghampiri Dannis yang sedari tadi sedang sibuk mengobrol di telepon. Sepertinya panggilan itu sangat penting hingga ia sangat bersemangat ketika menjawabnya. "Pak Dannis, kita harus segera pergi." Nina sudah memberi peringatan. Namun Dannis masih mengoceh di saluran teleponnya. Ia tampak gusar karena orang yang ia ajak bicara agak sedikit mengesalkan. ["Beb, nanti aku nyusul ke sana, yah?"]"Untuk apa?! Jangan lakukan! Ingat itu!" ["Aku rindu. Kata orang, kalau rindu itu berat. Takutnya nanti aku malah melampiaskan rinduku ke laki-laki lain?"]"Bodo amat! Tidak ada urusan denganku!"["Ada, dong! 'Kan kamu ayang bebeb aku."]Semakin Dannis mempertahankan panggilan telepon itu, semakin dirinya merasa muak. Mendengar ocehan Airin Kartanegara yang entah sedan
Read more
Tatap Muka Pertama 
Setelah selesai dengan penyambutan di lobi bawah, keduanya memutuskan untuk segera menuju ke kamar masing-masing. Tampak Dannis membuat jarak ketika berjalan di samping Nina. "Aku akan menunggumu di lobi bawah." Nina segera membuka pintu kamarnya setelah selesai berbicara dengan Dannis.Kedua kamar mereka saling berhadapan satu sama lain. "Um … aku mengerti." Lelaki itu segera masuk ke dalam kamar setelah memberi jawabannya. Tampak wajahnya begitu lelah karena masalah yang ia hadapi di pesawat. Pertama kali menggunakan transportasi udara membuat dirinya terlihat seperti orang udik. Padahal ia adalah seorang CEO dan pewaris Alex Grup. "Lelah sekali …." Ia memilih untuk duduk sesaat di sofa. Memejamkan kedua matanya untuk mengistirahatkan pikirannya. Pertemuan yang akan dilakukannya nanti telah mengambil sebagian pikirannya. Ia tampak sedikit stres. "Sebaiknya aku mandi, sebelum sekretaris itu memanggilku lagi," pikir Dannis. Tanpa berlama-lama, Dannis memutuskan untuk segera men
Read more
Rencana Gila Si Sekretaris 
"Maaf, kau siapa?" Sejujurnya Dannis belum pernah bertemu dengan Andika Kartanegara, si paman pertamanya. Ia terkejut dengan sosok asing yang tiba-tiba langsung memeluknya. "Kau tidak mengenalku? Oh, maaf, bodohnya aku. Kukira CEO Alex Grup sudah belajar banyak tentang keluarga Kartanegara," sindir Andika Kartanegara.Nina langsung menyela, "Pak, dia adalah Andika Kartanegara, anak pertama dari tuan Aji Kartanegara, CEO utama dari Kartanegara Grup." Mendengar ucapan perempuan di sampingnya, Dannis tampak gugup. Ia tidak menyangka bila orang yang ada di depannya adalah paman pertamanya sendiri. Dannis merasa beberapa ucapan pria di depannya sangatlah tajam menusuk. Ia sempat berpikir untuk menghindarinya, namun posisi penting yang dimiliki Andika Kartanegara malah membuat Dannis tidak bisa menyingkir darinya. "Apa kau sekretarisnya?" tanya Andika Kartanegara."Benar, saya sekretarisnya," ungkap Nina. Ia menjawab
Read more
Mengisi Perut Di Warung Bebek
"Bagaimana? Apa kau mau melakukannya?" tanya Nina. "Baiklah, aku akan mencobanya." Dannis menyerah. Akhirnya tanpa adanya pilihan, ia mengikuti rencana gila Nina. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 6 sore, sedangkan acara makan malam yang akan dihadirinya sekitar pukul 8 malam. Dannis yang baru mengunjungi pulau Dewata berpikir untuk mencari camilan ringan di sepanjang jalan. "Anda ingin langsung kembali hotel, Pak?" tanya Nina. "Tidak … aku ingin mencari makanan khas daerah sini. Aku mau bebek betutu. Kau mau ikut atau mau menunggu di hotel?" tanya Dannis balik. "Kau langsung ingin makan sekarang? Lalu saat makan malam bagaimana?" Nina sampai menggelengkan kepalanya. "Aku bisa mencicipi sedikit makanan di acara nanti. Lagi pula kedatanganku ke sana hanya untuk memenuhi undangan paman, bukan untuk menumpang makan seperti di acara hajatan orang," pikir Dannis. Akhirnya mereka berdua masuk ke dalam mobil. Mini Van yang sedari tadi menunggu mereka selesai mengobrol telah terpark
Read more
PREV
1
...
34567
...
17
DMCA.com Protection Status