Semua Bab Dipaksa Mengaku Mandul: Bab 21 - Bab 30
34 Bab
Bab 21
KEVIN"Wi! Tiwi!" Aku memanggil nama itu meskipun ku tahu mungkin Pertiwi sudah tidak di rumah lagi karena kakek sudah menyuruh istriku itu pindah ke rumahnya. Tak ada sahutan. Artinya dia memang sudah pergi. Untuk memastikannya adalah lantai dua di mana kamarnya berada.Aku pun naik ke lantai dua dan langsung menuju kamarnya. Tak banyak perubahan. Tapi memang beberapa barang sudah tidak ada di tempatnya lagi. Pertiwi sepertinya hanya membawa barang-barang tertentu. Yaitu barang yang dibelikan oleh kakek dan meninggalkan yang pemberian dariku.Apakah karena kejadian ini dia jadi sangat membenciku sehingga tidak sudi memakai barang pemberian dariku? Entahlah. Tapi mungkin saja memang begitu mengingat saat kami bersama aku tidak pernah memberinya cinta dan malah memfitnahnya.Lelah setelah seharian ini banyak emosi yang tersulut, aku mengambil duduk di tepi tempat tidur di kamar Pertiwi ini. Termenung. Memikirkan apa yang sudah terjadi pada hidupku selama dua tahun ini.Dua tahun lalu,
Baca selengkapnya
Bab 22
PERTIWI"Bagaimana tempatnya? Bagus?" tanya Wilson. Saat ini kami sedang berada di sebuah tempat yang bakal kami sewa sebagai tempat usaha nanti."Bagus. Aku suka," jawabku. Wilson ini sangat bisa diandalkan. Dia bisa merealisasikan sebuah tempat yang ada dalam benakku."Syukurlah. Kita tinggal tunggu Mas Aji datang." Mas Aji adalah arsitek yang akan merancang tempat makan seperti yang aku impikan.Sambil menunggu Mas Aji datang, kami duduk di sebuah bangku yang ada di bawah pohon."Boleh aku tanya sesuatu tidak?" tanyaku pada Wilson."Boleh. Tanya saja.""Kenapa kamu selalu mau membantuku? Padahal saat ini kamu lumayan banyak menguras tenaga dan pikiran untuk perusahaan yang sedang kamu bangun."Wilson menatap lurus ke depan. Keningnya mengerut seperti memikirkan sesuatu. "Karena apa ya? Karena menolong orang menyenangkan kali ya? Selain itu karena kamu cucu kesayangan kakek sih. Barangkali saja aku juga bisa dapat kasih sayangnya kakek juga.""Memang kamu merasa kakek tidak sayang s
Baca selengkapnya
Bab 23
KEVINProses perceraianku dengan Pertiwi sudah selesai tanpa sekali pun dia datang. Pertiwi melimpahkan perceraian sepenuhnya pada pengacaranya. Lalu aku pun mengikuti maunya kakek. Yaitu menikahi Julia meskipun perasaanku pada Julia sudah tidak sedahsyat dulu lagi. Aku mau menikahi Julia adalah demi menarik simpati kakek lagi. Aku masih sangat berharap kakek akan memberikan kepemimpinan perusahaan padaku.Dan hari ini adalah hari pernikahanku dengan Julia. Tak banyak yang aku undang, hanya orang-orang perusahaan. Itu pun semua yang mengurus undangan adalah Julia. Aku sendiri tak bersemangat dengan pernikahan ini. Karena apalagi yang mau disemangati? Malam pertama? Aduh, aku sudah tahu bagaimana rasanya Julia. Malah cenderung bosan.Aku mengedarkan pandangan pada para tamu undangan. Tidak ada satu pun dari pihak kakek yang datang. Termasuk kakek sendiri. Tapi kalau keluarga dari pihak Julia, semuanya datang. Jelas saja, keluarganya sangat bangga pada Julia yang bisa menikah dengan ak
Baca selengkapnya
Bab 24
WILSON"Tidak, kek. Aku tidak setuju kalau kakek melepaskan kepemimpinan perusahaan pada orang lain sekarang. Sekali lagi aku tekankan kalau kakek masih gagah, masih pintar, dan kakek masih mampu." Aku menegaskan pada kakek sekali lagi."Terus bagaimana caranya agar kamu mau menikahi Pertiwi? Apakah kamu punya syarat lain?" Kakek tampak memelas. Rasa berhutang budi kakek pada kakeknya Pertiwi membuat hidupnya jadi tidak tenang."Aku akan menikahi Pertiwi seperti keinginan kakek tanpa kakek harus melepaskan kepemimpinan perusahaan," jawabku kemudian yang membuat wajah kakek langsung berubah sumringah. "Benarkah?" Kakek masih membutuhkan penegasan atas jawabanku untuk menyakinkan dirinya tidak salah mendengar."Iya. Aku akan menikahi Pertiwi seperti keinginan kakek.""Alhamdulilah...." Kakek tampak sangat bahagia dan lega. Tapi sedetik kemudian, dia menatapku lekat. "Kamu tidak merasa terpaksa bukan menerima permintaan kakek ini?""Tentu saja tidak. Kenapa aku harus merasa terpaksa. Ak
Baca selengkapnya
Bab 25
PERTIWI"Wi, kakek sudah mempersiapkan calon suami buat kamu." Baru selesai sarapan, kakek sudah mengatakan ini. Aku pun hanya bisa mengangguk. "Iya, kek.""Jadi persiapkan dirimu untuk pernikahan yang akan segera datang," tambah kakek.Aku mengangguk lagi. "Baik kek. Tapi sebelum menikah, bolehkah aku meminta satu permintaan?""Boleh. Katakan saja.""Aku ingin mengobrol-ngobrol dulu dengan calon suamiku. Aku harus tau tentang dia dan dia harus tau tentang aku."Kakek angguk-angguk. "Kakek tidak yakin apakah kamu perlu melakukan obrolan untuk saling mengenal karena kalian kan sudah sering mengobrol dan saling kenal. Tapi kalau itu keinginan kamu, silahkan saja. Kamu bisa bicara kapanpun dengannya."Aku cukup terkejut dengan perkataan kakek yang bilang kalau aku mengenal pria itu dan sering mengobrol dengannya. "Aku sudah sering mengobrol dengannya, kek? Aku sudah mengenalnya?""Iya." Kakek mengalihkan pandangan dari aku ke Wilson. "Semalam kakek suruh kamu untuk mengatakan ini pada T
Baca selengkapnya
Bab 26
‘Sudah aku bilang aku sudah pasrah dengan keputusan kakek. Aku akan menerima siapa pun pria yang kakek berikan kepadaku,’ jawabku kemudian.‘Tapi menurutku ada baiknya kamu mengetahuinya sekarang. Jadi kalau kamu tidak setuju, kamu bisa protes pada kakek. Aku yakin kakek tidak akan memaksa. Jika kamu tidak mau dengan pria itu, kakek tidak akan menikahkan kamu dengannya.‘Aku mau, Wil. Aku mau dengan pria itu bagaimana pun dia.’‘Ah, ya sudah.’Obrolan via pesan kemudian berakhir. Aku kembali mengarahkan pandang pada layar komputerku untuk melihat pemasukan hari ini. Tapi memang pernikahan ini membuat fokusku agak terganggu.Sore hari, Wilson menjemputku. Dia masuk ke dalam ruanganku tanpa mengetuk pintu dan salam. Begitulah kami. Masuk ke ruangan satu sama lain tanpa ada yang mengetuk dan permisi. Langsung ‘slonong’ aja.“Sudah siap pulang atau masih mau di sini?” tanyanya sembari menatap layar computer yang masih menyala. Posisinya sekarang berada di sampingku.“Pulang dong. Ini aku
Baca selengkapnya
Bab 27
PERTIWITok! Tok! Tok!Ketukan di pintu membuatku yang sedang menatap diri di cermin, terperanjat. Apalagi setelah mendengar panggilan yang mengikuti ketukan tersebut. "Wiiii! Sudah siap belum?!"Aku menoleh ke pintu. "Sudaaah! Tunggu sebentar!" Aku langsung menyambar tas bahuku dan kemudian aku berlari untuk membuka pintu. Begitu pintu terbuka, kudapati Wilson yang berdiri di depanku tersenyum."Kamu semangat sekali sampai berlari begitu? Suaranya terdengar sampai sini. Mentang-mentang mau pacaran," ucapnya mencandaiku. Biasalah Wilson. Tiada hari tanpa bercanda. Mungkin dunianya sepi tanpa bercanda. Dan sejak tinggal di rumah kakek, aku adalah satu-satunya orang yang jadi sasarannya. Entah kalau sudah menikah nanti."Tau aja." Dan aku sepertinya sudah mulai terbiasa menghadapi candaannya.Kami pun berjalan beriringan turun ke lantai satu. Kami dapati kakek duduk menghadap meja makan. Pandangannya terlihat aneh pada kami. "Lho, kalian mau kemana?" tanya kakek dengan kening yang men
Baca selengkapnya
Bab 28
PERTIWI"Mbak, ada tamu."Pagi-pagi aku sudah terkejut."Tamu? Siapa?" "Dia mengaku bernama Kevin mbak."Bagai tersambar petir aku mendengar itu. Hati bertanya-tanya. Kenapa Mas Kevin datang ke sini? Apa dia tidak ke kantor?Aku menatap karyawanku itu. "Aku akan segera menemui dia. Tolong kamu buatkan minuman ya."Karyawanku itu mengangguk. "Baik mbak." Dia berbalik dan kemudian pergi dari ruangan ini. Aku tak takut manusia. Sungguh aku tidak takut. Tapi untuk berhadapan dengan Mas Kevin, aku butuh kesiapan mental. Setelah menarik nafas beberapa kali, aku pun meninggalkan ruanganku. Dan benar, ada Mas Kevin di salah satu meja. Di depannya terhidang segelas minuman yang dibuatnya oleh karyawanku."Ada apa Mas datang ke sini?" Sapaku sembari mengambil duduk di salah satu kursi yang mengisi meja tersebut. Kevin tersenyum samar. "Aku mau meminta maaf kepadamu, Wi."Kurasakan kedua alisku bergerak ke atas. "Minta maaf? Minta maaf untuk apa, mas?""Untuk kesalahanku di masa lalu.""Aku
Baca selengkapnya
Bab 29
KEVIN"BANGSAT!" Kupukul kemudiku dengan kemarahan yang rasanya ingin aku ledakan. Bagaimana tidak, Pertiwi malah membalikkan omonganku. Sombong sekali dia! Aku doakan pernikahannya nanti tidak akan berjalan bahagia!Dengan kemarahan ini, aku tidak ada tenaga untuk berangkat ke kantor. Moodku sudah jelek. Aku pun memilih pulang. Begitu kakiku menginjak lantai ruang tengah, kudapati Julia duduk memegang ponsel sembari makan cemilan. Kakinya naik ke atas meja. Rambutnya dikuncir tidak sempurna. Dan dia masih mengenakan pakaian tidur yang pertanda belum mandi. Oh God! Inilah yang aku benci dari dirinya sekarang. Di rumah kerjanya hanya main hp, nonton televisi, dan tidur. Kalau keluar langsung menghabiskan uang. Tak ada sedikit pun sikap yang berusaha untuk membahagiakan aku sebagai seorang suami. Minimal menyiapkan aku baju sebelum kerja atau membuatkanmu minuman. Bahkan untuk mengambil air putih saja dia harus menyuruh pembantu. Kelewatan kan?"Lho, kok kamu pulang lagi, Kev?" tanya J
Baca selengkapnya
Bab 30
PertiwiHari-hariku dengan Wilson disibukkan dengan mengurus pernikahan kami. Hati kamu diliputi kebahagiaan yang tak terperi. Kami berniat menjadikan pernikahan ini sebagai pernikahan yang berkesan tak hanya bagi kami tapi bagi siapa pun meskipun tidak digelar begitu mewah. Pernah kakek bertanya kenapa tidak digelar sangat mewah karena banyak pihak yang akan membantu. Wilson menjawab dengan: "Yang penting ijab sah, kek. Dan halal halal."Kakek hanya tertawa mendengar itu dengan tatapan kagum. Ya, kakek sepertinya mulai mengagumi Wilson sebagai mana aku mengagumi calon suamiku itu. Jika di awal-awal ada rasa ragu dan khawatir, sekarang tidak ada lagi. Aku sangat yakin pernikahanku kali ini diliputi kebahagiaan dan rasa cinta yang banyak."Apa ada dari luar kota yang mau kamu undang, Wi?" tanya Wilson suatu ketika.Aku mengangguk tegas. "Ya. Tentu saja paman, bibi, dan keponakanku.""Kalau begitu kita akan siapkan kamar di hotel tempat acara kita digelar untuk mereka."Aku tersenyum
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status