All Chapters of Perjanjian Menikahi Bilioner Lumpuh: Chapter 41 - Chapter 50
331 Chapters
41. Pertemuan Tak Terduga
William duduk sendirian di sofa. Ia meraih remote dan menyalakan televisi. Menonton berita bisnis yang selama ini ia abaikan.Setelah mengganti-ganti saluran, William memutuskan menonton salah satu tayangan tentang kehidupan alam. Ketukan di pintu membuatnya menoleh. Bastian datang dengan baki makanan di tangan.“Tuan Jaslan meminta Anda minum susu sebelum tidur, Tuan.” Bastian meletakkan gelas susu di meja.“Jaslan memperlakukanku seperti aku ini anak kecil.”“Tuan Jaslan sangat perhatian.”“Perhatiannya membuatku marah.”Bastian tidak menanggapi lagi. “Apa Anda ingin tirainya ditutup, Tuan?”“Tidak. Biarkan terbuka.”“Apa Anda ingin ditemani?”“Tidak apa-apa, aku bisa sendiri. Ke mana putra-putriku?” “Tuan Muda Frederix, Nona Sacha, dan Tuan Muda Louis sedang pergi. Mereka berpikir Tuan akan menginap bersama Tuan Jaslan karena tidak ada kabar akan pulang jam berapa. Apa saya harus menghubungi mereka dan mengatakan Anda sudah pulang?”William menggeleng. “Biarkan saja. Kasihan merek
Read more
42. Bertemu Mantan Lagi
Teriakan anak kecil itu menghentikan tangan wanita yang sudah akan membuka pagar. “Maaf, sebentar, ya. Biar saya bicara dengan anak-anak dulu.”Keyna tersenyum memaklumi. Kepalanya mengangguk menanggapi pernyataan wanita tersebut. Ia memperhatikan wanita itu akhirnya berbicara pada anak yang paling besar.Wanita itu kembali ke pagar. Ia membuka pintu dan mempersilahkan Keyna masuk. Begitu kakinya melangkah, lutut Keyna terasa lemas bisa kembali ke rumah ini lagi.“Kakak bukan orang asing?” tanya anak lelaki di depan pintu.“Bicara yang sopan, Max,” tegur ibunya.“Tidak apa, Nyonya.” Keyna sekali lagi memberikan senyum penuh pengertian.Anak lelaki itu masih menghadang pintu masuk. Keyna terkekeh melihat tingkahnya. Hingga ibu anak tersebut mendorong sedikit putranya agar Keyna bisa masuk.Namun, Keyna segera berjongkok di depan anak lelaki tersebut. “Nama kamu Max?” tanya Keyna.Max mengangguk.“Nama kakak, Keyna. Kamu boleh panggil Kak Key. Kakak dulu pernah tinggal di sini bersama o
Read more
43. Keadaan Terbalik
“Kamu sudah menikah?” sentak Cedric terkejut. Spontan mata lelaki itu menatap jari manis Keyna yang memang terselip sebuah cincin bermata berlian.Entah mengapa, sejak kembali ke kota kelahirannya, Keyna ingin memakai cincin pernikahan tersebut. Cincin bermata berlian yang diberikan William saat pernikahan singkat mereka. Bahkan, sebelumnya cincin itu tidak pernah ia gunakan.William tidak pernah menanyakan perihal cincin tersebut. Selama ia bersama suaminya, tidak sekali pun William memintanya memakai cincin pernikahan mereka. Hingga, Keyna hanya menyimpan benda berharga itu di kotak perhiasan.“Siapa dia?” Nada suara Cedric terdengar getir.“Kamu tidak mengenalnya. Kami bertemu saat aku bekerja. Pertemuan singkat. Ia langsung memintaku menikahinya dan aku menerimanya.” Sekali lagi Keyna menyesali penjelasannya. Buat apa sih ia panjang lebar bercerita tentang pernikahannya dengan William.“Semudah itu? Aku tidak percaya,” ucap Cedric penuh keraguan.“Aku saja percaya kok begitu melih
Read more
44. Dokter Favorit
“Bagaimana menurut Daddy?” tanya Fred.Saat ini mereka sedang berada di ruang kerja. Frederix membawa banyak pekerjaan ke mansion. Berharap dengan bekerja, William bisa teralihkan pikirannya.“Dad? Bagaimana?” ulang Fred saat tidak mendengar jawaban.Fred mendongakkan kepalanya dari berkas yang sedang ia baca. Lelaki itu melihat Daddy-nya yang sedang menatap layar monitor laptop. Namun begitu, Fred tau tatapan itu begitu kosong.Jari-jari Fred menyentuh lengan William. “Dad? Apa Daddy mendengar pertanyaanku barusan?”William bereaksi lambat. Mata lelaki hampir setengah abad itu menatap tangan Fred. Kemudian kedua matanya menutup dengan hembusan napas panjang.“Maaf, Fred. Sepertinya Daddy perlu istirahat sekarang. Daddy mempercayai semua keputusan kepadamu.” William lalu berdiri, menepuk pundak sang putra sulung lalu keluar dari ruang kerja.Frederix hanya dapat menatap pundak Daddy-nya yang menjauh. Kepalanya menggeleng lemah melihat betapa lelaki yang dulunya merupakan sosok yang sa
Read more
45. Cinta yang Sulit
“William mencarimu, Key. Ia ingin memberikan bonus akhir kontrak kalian.” “Tidak perlu, Prof. Apa yang telah William berikan padaku sudah lebih dari cukup.” “Tapi, itu sudah tercantum dalam kontrak perjanjian pernikahan kalian. Kamu berhak mendapatkannya.” “Tidak, Prof. Saya tidak mau.” “Kenapa?” “Sebelumnya, saya menerima pembayaran karena pekerjaan menjadi perawat William. Namun, jika sekarang saya mengambil bonus tersebut, saya merasa bonus itu diberikan karena saya telah tidur dengan William.” “Kau terlalu overthingking, Key!” Jaslan mendengus kasar. Kepala Keyna menggeleng-geleng. Ia tetap pada pendiriannya untuk tidak menerima uang lagi dari William. Biarlah setelah ini ia bekerja dan menghabiskan uangnya untuk membahagiakan orang lain. “Jangan keras kepala. Aku bisa berhitung bahwa keuanganmu sekarang semakin menipis karena kegiatan dermawanmu di rumah sakit ini.” “Saya senang melakukannya, Prof.” “Terserah. Uang itu memang hakmu. Bagaimana kau menghabiskannya, aku tid
Read more
46. Berpamitan
Keyna menatap selebaran kertas yang dipegangnya. Dibacanya lamat-lamat pengumuman tersebut. Dengan sekali hembusan napas, wanita itu menekan nomer telepon yang tertera pada kertas itu.Hampir satu jam Keyna menelepon. Setelah itu ia berkemas. Wanita itu membawa kucingnya ke kandang dan berkendara kembali ke daerah pemakaman.Rangkaian bunga cantik mengganti rangkaian bunga yang telah layu di makam tersebut. Keyna mengusap nisan pualam sang ayah dengan penuh kasih. Matanya berair terharu.“Papa, Maaf Key tidak bisa menepati janji. Key tidak bisa membeli kembali rumah Papa dan Key tidak jadi menetap di kota ini. Key mau pergi, ya. Papa jangan marah. Key ingin ilmu yang Key miliki bermanfaat bagi orang yang membutuhkan,” ucap Keyna pada makam Papanya sambil berderai air mata.Wanita itu berdiri, lalu kembali menatap lama gundukan tanah di bawahnya. Keyna tersenyum dan mengangguk. Pelan, Keyna berjalan kembali ke mobil sewaannya.“Kak
Read more
47. Kemurkaan Jaslan
Keyna memicingkan mata menatap lelaki kekar berpakaian hitam-hitam di depannya. Tanpa banyak bicara, lelaki tersebut menyeret Laura menjauhi Keyna. Istri Cedric itu meronta-ronta.“Lepas! Kau akan aku laporkan pada polisi karena menyakitiku,” desis Laura murka.“Dan Anda akan aku laporkan polisi juga karena telah menyakiti Nyonya Keyna,” sentak lelaki tersebut tak kalah geramnya. “Aku memiliki rekaman CCTV kejadian di lorong ini sebagai bukti bahwa Anda lah yang lebih dulu menyerang Nyonya Keyna.”Laura terdiam. Ia menepis cekalan tangan lelaki kekar itu di lengannya. Dengan angkuh, wanita itu merapikan pakaian, melirik tajam Keyna lalu segera menderap langkahnya menjauhi kamar apartemen Keyna.Lelaki itu kemudian menatap Keyna. “Kita ke rumah sakit sekarang, Nyonya.”Keyna menggeleng. “Kenapa?”“Kita harus visum luka memar Anda agar mendapatkan bukti penyiksaan yang dilakukan Nyonya Laura.”Sekali lagi Keyna menggeleng. “Tidak. Aku rasa tidak perlu. Aku memahami kecemburuannya. Terim
Read more
48. Merajut Kasih Kembali
“Dad, kita bisa minta dihentikan penerbangannya!” teriak Frederix. Lalu, putra sulung William itu sibuk menelepon.“Dad, ayo bersiap. Kita ke bandara, ya,” ucap Sacha sambil menuntun Daddy-nya.Sementara itu, Louis juga sibuk dengan teleponnya. Ia lebih memilih memperhatikan peta pada layar telepon genggamnya. Matanya begitu fokus pada layar kecil di tangannya.“Sial!” maki Frederix.“Ada apa?” tanya Sacha.“Pesawat relawan itu adalah pesawat angkatan udara. Kita tidak mungkin membatalkan pesawat milik negara tersebut,” jawab Fred dengan nada menyesal.“Sudah kubilang kalian terlambat,” desis Jaslan.Lalu, tiba-tiba Louis menarik kursi roda dan mendudukkan William sambil berkata,”Aku bisa membawa Daddy ke bandara dalam waktu lima belas menit!”Fred segera mendorong kursi roda William. Louis telah berlari untuk mempersiapkan mobil yang akan ia gu
Read more
49. Saling Mencintai
Keyna mengerjap-ngerjap. Matanya belum dapat sepenuhnya terbuka. Namun begitu, ia dapat melihat wajah lelaki tampan di hadapannya yang sedang tersenyum."Emm ... apa kamu tidak tidur semalaman?" tanya Keyna pada William"Tidur, kok," balas William."Bohong. Setiap aku membuka mata, kamu masih terbangun dan menatapku."Tangan William terjulur mengusap halus pipi sang istri. "Aku tidak mau tertidur.""Kenapa?""Tentu saja agar aku dapat terus menatapmu. Lagipula, jika aku terlelap, aku takut saat terbangun kamu tidak ada di sisiku.""Kalau kamu tidur, mungkin saja kamu bisa bermimpi indah karena suasana hati yang sedang bersuka cita."William mengerutkan kening lalu menggeleng pelan. "Tidak akan ada mimpi yang lebih indah dari kenyataan bisa kembali bersamamu lagi seperti ini, Key."Keyna tersenyum menatap William. Ternyata seperti ini rasanya bahagia memiliki seseorang yang mencintainya. Sekarang, ia juga merasa senang tidak berada di dalam pesawat relawan itu."Tapi, kamu harus cukup
Read more
50. Bermalas-Malasan
Setelah saling bercerita, mereka membereskan perlengkapan makan bersama. Keyna kembali takjub pada suaminya. Meskipun William seorang bilioner, tetapi ia tidak sungkan mengerjakan pekerjaan rumah tangga.Seperti saat ini, ia sedang mencuci piring dan perlengkapan memasak yang baru saja mereka gunakan. Keyna membantu sambil sesekali bercanda dengan suaminya. Tubuh bagian atas William yang tidak tertutup pakaian basah oleh cipratan air cuci piring.“Kenapa kamu jahil sekali, Baby?” William mendengus geli.“Karena aku suka sekali menjahilimu,” canda Keyna.“Terserah. Yang jelas, sekarang kita harus mandi. Ayo!” William menyeret tangan istrinya masuk ke kamar mandi.Kamar mandi itu pun memiliki jendela besar. Pemandangan di luar terlihat jelas. Keyna langsung merasa risih.“Bagaimana jika ada orang yang lewat? Mereka bisa melihat kita mandi, dong?”“Tenang saja, Baby. Kaca ini mirip de
Read more
PREV
1
...
34567
...
34
DMCA.com Protection Status