All Chapters of Pernikahan Kontrak dengan sang Pria Pengganti: Chapter 21 - Chapter 30
85 Chapters
Bab 21 Tersadar dan Penyesalan
Pria itu termangu, tubuhnya terasa lemas, tidak berdaya. Dunia terasa runtuh seketika, ia menduga bila wanita yang telah menghilang dari pandangan mata itu memiliki persepsi buruk tentang dirinya. "Semua tidak tampak seperti yang kamu lihat, Dik Nggar." Pramudita meremas rambutnya. Ia sudah tertinggal jejak sang istri, wanita itu buru-buru menjalankan mobilnya. Melesat meninggalkan parkiran, seperti ingin segera enyah dari pemandangan yang cukup menusuk mata. Siapa saja tentu memiliki pemikiran buruk atas apa yang dilihatnya. "Maafkan aku," lanjut Pramudita. Lantas Pramudita memutuskan untuk kembali ke ruangannya. Pikiran dan hati semakin tak tenang dibuatnya, seolah ada banyak cabang masalah yang mengisi kepalanya. "Pram, kenapa kamu tidak cerita bila sudah menikah? Bukankah kemarin itu pernikahan adikmu?" Pria yang berdiri di depan ruanganya, membuka suara. Sang asisten sekaligus sekretarisnya, Senopati Pamungkas, mengamati wajah bosnya lamat-lamat. Rasa gelisah dan khawatir
Read more
Bab 22 Kemarahan
Rinjani melambaikan tangannya. "Hati-hati ya, Mbak Enggar."Linggar tersenyum di dalam mobilnya, kemudian melanjutkan tujuan terakhirnya. Berat hati untuknya kembali ke rumah Pramudita, terlebih masalah di antara mereka tak kunjung bertemu titik terangnya.Banyak cara Linggar lakukan untuk mengubah kondisi di antara mereka berdua, sayang sekali langkah yang ia lakukan berujung kegagalan malah menambah masalah baru. Pramudita seolah angkat tangan dengan masalah yang tengah mereka hadapi, acuh akan semua permasalahan. Semakin lama masalah semakin merembet ke mana-mana."Apa yah harus aku lakukan?" Linggar membuang napas, pandangan matanya terlihat sayu dan sendu. Mustahil untuknya berpikir positif saat ini, terlebih dengan kedua matanya sendiri melihat kejadian yang tak pernah ia sangka.Air mata mengajak sungai di pipi, tak dapat ia cegah kembali. Hati terasa semakin sesak, sekuat tenaga berusaha untuk menepis pikiran buruk itu malah fakta terkuak semakin besar. "Harus apa yang aku la
Read more
Bab 23 Pagi Yang Asing
"Enggar." Suara pria bermanik cokelat itu menginterupsi, langkah Linggar kemudian melambat.Pria itu duduk di ruang keluarga, tatapan teduh tertuju pada wanita yang baru turun dari lantai dua. Ia memasang senyuman, meski terlihat aneh di wajahnya. Kemudian berdiri, menghampiri sang istri. "Kamu mau ke mana?" Pria itu membuka suara kembali.Tangan kanan masuk ke dalam saku celana pendek selutut itu. Bajunya pun santai, kaos berwarna krem polos. Tak seperti hati biasanya yang terlihat rapi dan formal. Bahkan rambutnya pagi ini sengaja tak ditata rapi.Tak mendapat jawaban, pria tiga puluh dua tahun itu kembali bertanya, "Enggar, aku bicara dengan kamu. Kamu mau ke mana?" Linggar berdehem. "Ke toko."Wajah wanita itu datar, tak seperti pagi sebelumnya yang selalu penuh dengan senyuman dan sambutan hangat. Bahkan untuk pertama kalinya, tak ada sarapan yang tersaji di meja makan. Wanita itu sengaja turun dari kamarnya saat matahari tergelincir sembilan puluh derajat. "Kamu ke sana sendi
Read more
Bab 24 Hasutan
"Enggar." Suara berat yang tak asing di telinga Linggar menginterupsi langkah kakinya untuk terhenti.Linggar menoleh, memperhatikan pria yang berdiri tak jauh dari tempatnya. Senyuman lebar itu menghiasi wajahnya, berbanding terbalik dengan Linggar, memasang wajah datar dan dingin. Pria itu berjalan mendekati, aroma parfum yang dulu menjadi favoritnya itu kini tercium asing."Kamu kenapa bisa di sini?" Nada suara pria itu renyah, senang bertemu dengan wanita yang masih menjadi pujaan hatinya.Tak ada jawaban, bibir Linggar terlihat terkunci. Ia bersedekap, memandang sengit pria itu. Masih tersimpan rapi seluruh kenangan manis antara mereka berdua selama ini. Banyak suka dan duka yang telah mereka lewati bersama, hingga akhirnya pria itu mengkhianati dirinya."Enggar, kenapa kamu tak menjawab pertanyaanku?" Pria itu berusaha menyentuh tangan Linggar, sayangnya buru-buru ditepis."Tidak sopan!" Linggar menatap sang adik ipar dengan tatapan garang.Pria dua puluh tujuh tahun itu mengemb
Read more
Bab 25 Diserbu
"Jadi, kamu masih cinta dengan dia, Mas?" Wanita itu berkaca-kaca, tatapannya nanar, penuh harap akan mendapat jawaban sesuai dengan keinginan hatinya.Pria itu hanya diam, bibirnya tak mampu menjawab. Ia menatap wanita yang terus menundukkan kepalanya, menatap sepatu di bawah sana yang beradu dengan rumput di taman. Rasa tertariknya cukup tinggi dengan wanita yang kini menjadi kakak iparnya."Mas Dipta, dengarkan aku!" Gendhis menggeram kesal, tangannya menggenggam tangan suaminya erat. "Jawab pertanyaan aku, Mas!""Mas Dipta," panggil Gendhis lirih. Kini air matanya telah luruh, membasahi pipinya. Pria itu hanya diam, tak menjawab apa pun."Mas," panggil Gendhis. Suaranya terdengar semakin kecil, tenggelam.Tak ada jawaban, hening. Pradipta menatap dalam wanita yang pernah menjadi masa lalunya. Mengabaikan istrinya sendiri yang berdiri tepat di sampingnya. Tentu hal ini menimbulkan kecemburuan akut pada hati Gendhis.Tatapan mata Gendhis berubah menjadi tajam, menatap sengit ke arah
Read more
Bab 26 Menyesal
"Mas bekalnya, jangan lupa dibawa." "Aku taruh bekal di mobil kamu ya, Mas.""Bekalnya ada di mobil, jangan lupa dimakan ya, Mas."Suara yang selalu mengalun merdu di telinga Pramudita di setiap paginya. Wanita yang selalu tersenyum manis kala ia turun dari kamar, bahkan menatapnya dengan lembut bagaimanapun tingkah yang sudah ia lakukan.Semua telah sirna kala ia tak mau menurunkan ego dan gengsi di dalam pikirannya. Entah mengapa ia selalu menuruti isi kepalanya, tanpa mendengarkan nasihat bisikan hati kecilnya. Sebenarnya ia merasa menyesal, wanita itu menjadi memberikan jarak di antara mereka. Bahkan perhatian kecil yang selalu diberikan tanpa ia minta, kini malah menjadi memudar. Tak ada lagi seluruh perhatian wanita tersebut yang ia dapatkan.Pramudita menggeram. "Kenapa aku selalu mengedepankan ego dan emosiku? Apa yang sebenarnya aku inginkan? Apa kurang dari Linggar selama ini? Dia sempurna, aku menyukai kemampuan yang ia kuasai."Kilasan bayangan wanita tersebut menimbulkan
Read more
Bab 27 Membaik Meski Sesaat
Melihat tubuh pria itu basah kuyup, membuat hati Linggar tersentuh. Ia merasa bersalah atas apa yang terjadi pada sang suami. Sekesal apa pun hatinya saat ini, tak tega bila harus membiarkan Pramudita begitu saja. Tentunya pria itu pun membutuhkan perhatian kecil darinya, meski tak terlalu diharapkan.Mulai dari membuat wedang jahe, menyiapkan obat masuk angin, hingga memasak nasi goreng. Linggar menata rapi di meja makan. Ia menanti pria tersebut turun dari kamarnya. Sebelum naik ke atas, Linggar terlebih dahulu berpesan untuk kembali ke bawah, makan bersama.Meski perut Linggar tak begitu keroncongan, ia tak ingin Pramudita makan sendirian di meja makan tersebut. Duduk manis, menatap anak tangga terakhir yang menjadi tempat Pramudita berdiri di sana. Hingga derap langkah mulai terdengar semakin dekat, Linggar menegakkan tubuhnya. Ia memasang wajah datar, tak berekspresi sama sekali. Melempar tatapannya ke gawai yang tak jauh dari tangannya, berusaha tak terlihat tengah menunggu pri
Read more
Bab 28 Hari Tanpamu
Lima jam semenjak Linggar naik ke lantai dua, wanita itu tak terlihat jejaknya kembali. Bahkan lantai dua pun lengang, tak ada suara sedikit pun. Pramudita sengaja berkali-kali naik turun tangga untuk memastikan kondisi Linggar di dalam kamar. Dari luar tampak sepi, tak ada tanda-tanda wanita tersebut melakukan aktivitas. Hal ini membuat Pramudita sedikit khawatir dibuatnya. Takut bila terjadi sesuatu hal dengan Linggar. Sayangnya tangan Pramudita tak memiliki keberanian untuk mengetuk daun pintu itu. Ia hanya sebatas memandang dan berjalan mondar-mandir. "Apa aku ketuk saja ya?" Pramudita bimbang, pasalnya langit telah berubah warna, sedangkan wanita itu tak kunjung keluar. Lagi dan lagi, pikirannya mengembara ke berbagai kilasan peristiwa yang mengakibatkan hubungan antara dirinya dan Linggar menjadi semakin renggang. Sebelum hal ini terjadi, komunikasi di antara keduanya telah buruk. Bahkan Pramudita seolah menutup diri dan akses dari siapa saja termasuk Linggar. Ditambah adanya
Read more
Bab 29 Tidak Fokus
Tidak seperti hari sebelum-sebelumnya, permasalahan dengan Linggar nyatanya berdampak buruk hingga ke ranah pekerjaannya. Pramudita tak bisa fokus dengan pekerjaan yang sedang ia pegang. Isi kepalanya tersita dengan wanita yang tak kunjung keluar dari kamar.Pukul tujuh pagi, Pramudita baru menginjakkan kaki di kantornya. Meski keluar dari rumah masih subuh, ia memilih berhenti di jalan. Menepikan mobilnya dan merenungkan masalahnya. Ia bingung tak temu titik terangnya, tentu saja ia menyadari akan kesalahannya sendiri.Wajahnya kusut, tak ada gurat senyum sedikit saja di wajahnya. Beberapa sapaan karyawan tak ia tanggapi, jalannya cepat, setiap hentakkan langkah terlihat penuh amarah. Datar dan dingin, seperti Pramudita kembali ke mode semula. "Kamu kenapa, Bos?" Senopati mengerutkan keningnya. "Ada masalah?"Pramudita menghempaskan tubuhnya ke atas kursi kerjanya. Ia memijat keningnya yang terasa berdenyut kencang. Pikiran kembali bercabang banyak. "Jadwalku hari ini apa? Jika tid
Read more
Bab 30 Perang Bersaudara
"Apa maksudmu?" Otot leher Pramudita seketika mengencang, matanya pun melebar. Di saat pikirannya tengah kalut Pradipta datang membuat suasana semakin rumit.Pradipta terkekeh. "Kenapa kamu marah, Mas? Apa ada yang salah dari ucapanku? Apa kamu tidak tahu bila selama ini Dik Enggar itu tidak pernah bahagia hidup satu atap denganmu? Hatinya itu setiap hari pasti terasa kelabu, Mas.""Lagi pula mana ada wanita yang bisa hidup bahagia dengan pria kaku seperti kamu, Mas. Dia juga tidak kenal dekat denganmu sebelumnya, 'kan? Bahkan pernikahan kalian itu terjadi hanya karena desakan dua pihak keluarga, Mas." Pradipta melipat kedua tangannya di depan dada."Kamu itu opsi kedua dari Linggar, Mas. Ibaratnya kamu ini adalah pemain cadangan." Kepala Pradipta menggeleng perlahan."Yang namanya perasaan tidak ada yang tahu, Dip. Kita hanya menjalani saja setiap harinya, seperti air mengalir." Pramudita membela diri.Alis Pradipta terangkat sebelah. "Oh ya? Kamu yakin Linggar akan jatuh cinta denga
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status