All Chapters of Menjadi Tawanan Mafia: Chapter 141 - Chapter 150
172 Chapters
Seprai yang Basah
“Apa yang sebenarnya aku lakukan?” Selena menyembunyikan wajahnya di balik bantal sambil menatapi kasurnya yang basah. Dia seperti baru saja dihipnotis oleh Damian untuk melakukan hal seperti itu, yang tidak pernah dia lakukan sama sekali sebelumnya. Ini membuatnya meneguk ludah dan merinding. “Dasar pria mesum...” umpatnya seraya memijat pelan ujung keningnya sendiri. Yang benar saja. Orang yang pertama kali menghubungi adalah Selena. Dan Selena dengan sengaja mengangkat telepon Damian. Dia sendiri yang mendatangi pria iru seperti sedang membutuhkannya. Dan bahkan mereka berakhir dalam panggilan telepon yang sangat menggairahkan bagi keduanya. “Bagaimana sekarang? Aku harus mencucinya sendiri. Aku harus mencuci seprainya sekarang. Bagaimana jika ini dilihat pelayan? Tunggu, sebenarnya selama ini, jika aku membasahi seprai, siapa yang merapikannya? Aku rasa ini pertama kalinya bagiku...” “Ah, sial! Selama ini pelayan Damian yang mela
Read more
Harapan Derek
Derek saat itu sedang menikmati camilan di ruang rekreasi kantor. Derek tersenyum saat melihat Selena tiba. Selena memaksakan dirinya untuk tersenyum juga saat bertemu dengan ayahnya lagi. Dia jarang bertemu dengannya walau untuk interaksi cukup sering. Dan dalam interaksi mereka, biasanya Selena yang meminta sesuatu pada ayahnya tersebut. “Bagaimana kabarmu?” Derek memperhatikan saat Selena mendekat dan duduk di depannya. Sekretaris Derek yang mengantarkan Selena sekarang pergi lagi. Dan Selena yang sebenarnya kesal dengan wanita tadi, tidak berniat untuk mengatakan apa pun pada ayahnya. Toh, dia tahu wanita itu tampak terkejut dan syok saat dia menyebut atasannya sebagai ayah. “Aku baik,” jawab Selena, tanpa berniat bertanya balik sama sekali. “Terang kejadian itu... Ayah sudah mendengar semuanya dari Axel. Axel meminta ayah menyampaikan maafnya kepadamu, namun ayah sudah memintanya untuk meminta maaf langsung kepadamu. Kau tahu, berada di p
Read more
Sleep Call
Selena merenungkan ucapan Derek. Yang mana kadang dia juga derung berpikir berlebihan tentang omongan orang lain terhadapnya. Itu membuatnya sedikit memikirkan ucapannya tadi, yang mungkin terlalu kasar pada ayahnya sendiri yang cenderung menyudutkan ayahnya. Toh, ayahnya sudah memberikannya kehidupan yang jauh lebih baik dari kata layak. “Aku harus bicara dengan Jian.” Selena hendak menghubungi Jian untuk sekedar bicara dan melampiaskan semua yang ada di pikirannya. Namun, begitu memegang handphone dan mencari kontak Jian, dia justru bertemu dengan kontak Damian lebih dulu. Yang membuat jantungnya tiba-tiba berpacu lebih cepat dari biasanya lagi. Nafasnya tiba-tiba memberat saat mengingat bagaimana panggilan mereka sebelumnya. Dan tanpa dia sadari, wajahnya memerah lebih dari biasanya, diikuti dengan jantungnya yang berpacu lebih cepat dan kegelisahan tak berujung. Selena menggelengkan kepalanya, berusaha menyangkal. “Bodoh, jangan memikirkan
Read more
Salah Tingkah
Selena menatapi handphonenya saat bangun, telepon di antara dirinya dengan Damian sudah terputus. Namun, dia menyadari jika Damian memutuskan sambungannya setelah dia tertidur. Dia tersenyum, karena pria itu begitu memperhatikannya dan membuatnya sedikit salah tingkah. Seperti gadis remaja yang sedang dimabuk asrama, dia menyembunyikan wajahnya di bantal dan memukul bantal dengan tangannya untuk melampiaskan sesuatu yang tidak bisa diutarakan begitu saja olehnya. Perasaan yang entah bagaimana dia bisa mengekspresikannya. Dia bangun dalam keadaan segar. Hatinya berbunga-bunga dan kupu-kupu memenuhi perutnya. Dia turun dari tangga dengan cepat dan ceria. Itu membuat suara gaduh yang tak bisa. Yang berhasil mencuri perhatian para pelayan yang menyiapkan sarapan hari itu. Selena menghampiri dapur untuk mendapatkan sarapannya, dia duduk dengan suasana hati yang lebih ceria. “Ya ampun, apa yang membuat nona begitu terlihat ceria pagi ini?” Pelayan terkekeh me
Read more
Bersama Axel
Hujan turun saat Selena dan Axel bicara saat itu. Yang membuat Selena celingukan dan permintaan maaf Axel yang tulus tak bisa dia dengarkan dengan baik. Dan hujan yang tiba-tiba itu juga membuat Axel melupakan sesaat obrolan mereka dan memilih untuk menghentikannya dulu. “Hujan. Ayo berteduh!” ujar Axel seraya menutup bagian kepala Selena dengan tangan besarnya. Tanpa pikir panjang dan secara spontan, mereka menuju ke minimarket itu dan berteduh di bagian depan minimarket. Selena menepuk jaketnya sendiri, ada beberapa butir air hujan yang belum meresap ke jaketnya dan untuk meminimalisir jaketnya basah. Begitu pula dengan Axel. “Ah, ini karena kau,” gumam Selena seraya cemberut karena harus kehujanan. “Karena aku?” Axel mengerutkan dahinya, tak mengerti atas apa yang diucapkan  Selena. “Kita jadi kehujanan, karena aku banyak bicara. Coba saja kau tidak menghentikanku pergi, mungkin sekarang kau dan aku tidak akan terjebak hujan, dan
Read more
Tangan yang Menyusup
Selena sedikit terkejut mengetahui Damian dengan sengaja melacaknya. Dan menemuinya secara langsung seperti memergoki dirinya yang sedang selingkuh. Selena dengan kesadaran penuh menyadari hubungannya dengan Damian. Hari ini, menurutnya hanya sebuah kecelakaan.“Kau hanya akan diam saja, Selena?” Damian menatap Selena dengan tajam, sudah jelas jika dia terlihat tidak senang melihat Selena yang sedang berduaan dengan Axel saat dirinya tidak ada. “Dia punya hak untuk diam. Bahkan tersangka dalam sebuah kasus hukum pun tetap punya hak untuk diam. Kau tidak bisa memaksanya untuk bicara jika dia tidak mau bicara,” balas Axel. Damian menatap ke arah Axel. Ini bukan pertama kalinya, mereka ada di posisi ini. Dan ini juga bukan pertama kalinya, Selena harus menghadapi ini. Ini membuatnya menghela nafasnya dalam-dalam seperti biasa dan menatap kedua pria itu bergantian. “Aku tidak sengaja bertemu dengannya di sini beberapa jam yang lalu. Dan kami menedu
Read more
Pemanasan
Damian tak menghentikan aksinya untuk mengusap paha bagian dalam Selena, dia hanya terkekeh kecil saat tangan Selena mencengkeram pergelangan tangannya sementara jarinya bisa menari di dalam rok pendek yang Selena gunakan. Menyentuh sebuah kain lain yang melindungi area terlarang tersebut. Dan seolah tak puas jika tak menggodanya, jemarinya menyentuh kulit pahanya lagi. “Hik!” Tubuh Selena menegang dan tangannya terlihat gemetar, yang getarannya bisa dirasakan Damian karena tangan Selena masih memegangi pergelangannya, bak mengantarkan aliran listrik. Sementara tangan Damian yang satunya memegang pinggang Selena, diusapnya pelan yang membuat Selena menegakkan tubuhnya secara spontan karena rasa geli yang dia rasakan. Kedua tangannya sekarang berusaha menahan kedua tangan Damian juga. Dia sangat berusaha keras agar hal itu tidak terjadi di dalam mobil yang mana ada sopir yang sekarang bersama mereka. “Jangan di sini, kumohon,” pinta Selena dengan berbisi
Read more
Tentang Menikah
Keduanya berakhir di sebuah hotel. Damian dan Selena saat itu sudah terpaut akan satu sama lain dalam sebuah ciuman panjang yang penuh gairah. Keduanya meraup untuk memenuhi gairah mereka masing-masing. Berjalan di dekat pintu kamar yang baru saja dikunci dengan sedikit tergesa-gesa. Selena berjalan mundur saat Damian terus berusaha untuk memojokkannya. Tangan Damian melingkar di pinggang dan sekitar kepala Selena untuk menjaga keseimbangan Selena. Sementara tangan Selena berpegangan kuat pada bahu Damian, dia benar-benar menggantinya dirinya pada Damian saat itu. Keduanya hanyut mendekap satu sama lain dengan bibir mereka yang tak terputus sama sekali. “Hmph!“ Selena juga kadang kehabisan nafasnya, dia tidak punya nafas sebanyak Damian. Pakaian Selena sudah berantakan secara tak sadar. Vest yang dia gunakan sudah tergeletak di lantai dan kemeja bagian atasnya sudah terbuka. Kancing kemejanya yang telah lepas membuat salah satu bahu Selena terekspos, ya
Read more
Rencana Selena?
Selena berbaring dalam keadaan terengah-engah. Pakaiannya telah dilucuti oleh orang yang sekarang terbaring di sebelahnya. Dadanya naik turun dengan cepat, dia kelihatannya lelah dan cukup kewalahan atas Damian yang sekarang menyeringai ke arahnya. Wajah pria itu pun sama kelelahannya. Keduanya melampaui batas mereka masing-masing. “Kau seperti sudah menahannya cukup lama,” ucap Selena, terdengar berusaha untuk menggodanya. Dan itu membuat Damian terkekeh pelan, menganggukkan kepalanya, baru saja mengiyakan apa yang dikatakan Selena. Di sisi lain, dia juga agak bingung dengan sikap Selena, dia yang terdengar berusaha menggodanya membuat gadis itu terlihat semakin menggairahkan. “Aku sudah menantikan ini lama sekali. Aku merindukanmu, seperti yang aku katakan dari tadi. Terakhir kali aku mengeluarkannya adalah saat aku mendengar suaramu dari panggilan telepon. Kau begitu menggairahkan,” ucap Damian, wajahmu menunjukkan kesungguhan dalam kalimatnya.
Read more
Calon Suami
“Aku tidak bisa mengantarmu pulang hari ini. Tapi aku telah menyiapkan mobil untukmu pulang. Aku akan berkunjung saat aku punya waktu,” ucap Damian seraya merapikan kemejanya. Damian melirik Selena yang masih menggunakan mantel mandinya, duduk di atas kasur. Selena tampaknya tak mendengarkan perkataannya dan justru sedang menatap ke layar handphonenya dengan serius. Damian mengernyitkan dahinya, penasaran dengan apa yang membuatnya begitu. “Ada apa?” Damian mendekat dan tangannya terulur hendak merebut handphonenya. Namun, pikirannya bekerja dengan cepat. Selena mungkin tak akan suka jika dirinya menyentuh batangnya tanpa izin apa lagi secara paksa. Damian mengurungkan niatnya dan hanya menatap Selena dari dekat. Toh, Selena juga langsung menoleh ke arahnya dengan cukup cepat. “Kau terlihat terganggu karena sesuatu,“ ucap Damian. “Ya, sedikit. Axel mengirimkan beberapa pesan. Dia bertanya di mana aku dan dengan siapa. Dia bilang jika
Read more
PREV
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status