Selena diculik atas apa yang dilakukan mantan pacarnya, Axel. Axel mencuri sesuatu dari Damian. Dan Damian ingin agar Axel mau melakukan penukaran jika dia memegang Selena sebagai kelemahan Axel. Akankah Axel mau melakukan penukaran atau mengabaikan mantan pacarnya begitu saja?
Lihat lebih banyakCahaya remang-remang memenuhi ruangan. Seorang gadis yang tersadar dari pingsannya perlahan membuka mata. Selena, yang tengah terikat di sebuah kursi kayu mengerjapkan matanya untuk memfokuskan pandangannya yang buram. Dan wajahnya perlahan terangkat untuk mengenali tempat yang dia rasa asing.
“Kau bangun, Selena?”Suara berat pria membuat Selena yang masih lemas menolehkan kepalanya perlahan ke arah pria itu. Dan menemukan wujudnya yang sedang menikmati secangkir kopi. Selena mendesis pelan, merasakan sekujur tubuhnya pegal. Dia mengedarkan pandangannya lagi ke ruangan itu.“Di mana ini?” tanyanya dengan suara yang lemah, nyaris tak terdengar sama sekali.“Di ruang interogasi yang ada di mansion milikku. Maaf cahayanya remang, karena aku menyukai cahaya yang tidak terlalu terang untuk orang-orang sepertimu.”Selena mendesis pelan dan menegakkan bahunya. Dia terlihat sangat pucat dan terlihat tak sehat saat itu. Belum lagi, tempat ini kelihatannya tak dijangkau matahari sama sekali hingga suhunya dingin karena lembab.“Kau siapa? Kenapa kau menculikku?” Selena bersusah payah bertanya.“Aku Damian, salam kenal.” Pria itu terkekeh pelan, memainkan sedikit jawabannya.“Aku tidak punya uang, dan tidak akan ada yang menebusku. Kau menculik gadis yang salah,” ucap Selena sambil bersandar ke kursi itu dengan lemas, kepalanya terasa berat dan pusing.“Tidak juga. Aku menculik orang yang tepat.” Damian menggeleng pelan dan memperhatikan Selena yang begitu lemah, dipandangnya dengan jijik dan menyedihkan.Selena mengernyitkan dahinya, tak mengerti apa yang dibicarakan Damian. Dia sungguh tak punya uang dalam jumlah besar untuk menebus dirinya sendiri. Dan tak ada juga orang yang akan menebus dirinya. Dia tak punya keluarga, dan pacarnya pergi meninggalkannya begitu saja.Dia gadis sebatang kara yang berjuang untuk bertahan hidup sendirian. Dan sekarang dirinya malah diculik oleh orang tak dikenal secara tiba-tiba. Mungkin untuk diperbudak atau diperjualbelikan. Karena melihat bagaimana pria ini tampaknya bukan orang baik-baik.“Apa yang kau inginkan dariku?” tanya Selena seraya menatapnya, nafasnya terdengar agak berat.“Aku ingin menawanmu untuk memancing keberadaan pacarmu itu,” jawab Damian.“Pacar? Maksudmu Axel? Ah, dia sudah bukan pacarku. Dia tak akan tertarik dengan apa yang aku lakukan, di mana aku, sedang apa, kondisiku bagaimana, semuanya,” balas Selena.“Oh, ya?” Damian menarik ujung bibirnya, dia tak mempercayai apa yang dikatakan Selena.Selena memejamkan mata sejenak. Lehernya terasa sakit, kepalanya pusing tujuh keliling dan badannya juga rasanya sakit-sakit. Damian bangkit dari duduknya dan mendekati Selena. Suara langkahnya tegas dan menggema di ruangan yang tertutup itu.Disentuhnya garis rahang Selena dan dia mengangkat wajah Selena hingga bisa menatapnya. Dan dia mengeluarkan handphone dari sakunya, mengambil gambar Selena yang menengadah ke arahnya. Dia mengabaikan apa yang dikatakan Selena sebelumnya, mengenai pacar atau mantan pacarnya.“Kau sudah mendapatkan briefing untuk ini? Untuk saling menjauh, untuk menjaga dirimu, untuk menutupi kelemahan yang ada di dalam dirinya. Kau... merupakan kelemahannya.”Damian tersenyum dan menaruh handphonenya lagi di sakunya. Setelah memotret wajah Selena, wajah yang ada di genggamannya dihempas begitu ringannya. Selena menoleh ke arah lain karenanya. Selena mengangkat wajahnya lagi dan menatap Damian.“Apa maksudmu? Kenapa aku kelemahannya? Lalu, kenapa kau mengincar aku karena Axel?” Selena mengerutkan dahinya.“Axel mengambil tanpa izin sesuatu dariku. Dan aku melakukan hal yang sama. Untuk itulah, aku ingin Axel melakukan pertukaran atas apa yang masing-masing dari kami ambil. Cukup adil, kan? Kalau kau bertanya kenapa kau kelemahan Axel, karena kau orang yang disayanginya,” jawab Damian.“Kuberitahu, ya. Aku bukan lagi orang yang disayanginya, dan itu sangat tidak mungkin. Aku dan dia sudah tidak ada hubungan apa pun. Jadi percuma saja kau menculikku untuk pertukaran apalah itu. Dia tidak akan tertarik,” sangkal Selena.Selena menyangkalnya, dia sedikit kesal karena baru saja putus dengan pacarnya itu beberapa hari, dia harus terlibat dengan orang lain karena hubungan masa lalu. Apa lagi, pria yang ada di hadapannya ini bukan orang sembarangan jika melakukan penculikan. Ditambah alasan penculikan yang dia lakukan, dia melakukan ini atas dasar sesuatu, berarti dia punya tujuan.“Jangan berusaha membodohi aku!” tekan Damian dengan suaranya yang agak rendah.“Aku tidak berbohong. Sungguh. Usahamu menculikku hanya untuk menarik perhatian mantanku, kan? Aku sudah tidak ada lagi hubungan dengannya. Ini membuatku membencinya, kenapa aku jadi harus terlibat sesuatu yang bahkan aku tidak tahu apa?!” cerocos Selena geram.Damian menarik salah satu ujung bibirnya. Matanya menggelap seiring Selena mengutarakan kalimat, karena yang dia lihat adalah kebohongan.“Aku tidak pernah salah, gadis!” kata Damian dengan menekan kalimatnya.“Oh, ya? Maka kali ini kau salah, akui itu!” balas Selena meninggikan suaranya. “Lepaskan aku sekarang! Aku tidak lagi berhubungan dengannya, sialan! Dia—”Tanpa mendengarkannya lagi, Damian segera mengulurkan tangannya ke leher Selena, membuat Selena menengadah dan merasa tekanan yang menyakiti tenggorokannya. Rasanya sakit dan menyiksa. Tangan Damian menekan, menimbulkan saluran pernafasannya juga tertutup.“Khh... khh...” Suara mengorok keluar dari mulut Selena.Sial, apa yang sebenarnya Axel curi?! Kenapa aku harus menanggung ini?Damian dengan tenangnya mengeluarkan handphonenya lagi dengan tangan yang lain. Dan dia lagi-lagi memotret Selena yang berada di ambang kematiannya jika Damian terus menutup trakeanya, mengakibatkan pasokan oksigen ke paru-paru berkurang. Ini akan menyebabkan kematian dalam waktu dekat.Setelah puas dengan hasil fotonya, Damian menarik tangannya menjauh dan tersenyum minat Selena yang langsung terbatuk. Batuknya terdengar kering dan juga sangat menyakitkan. Nafasnya langsung terengah-engah, meraup rakus oksigen yang ada di sekitarnya.“Sudah menarik nafasnya? Udara terlalu berharga untuk makhluk lemah sepertimu.” Damian terkekeh seraya membungkukkan badannya untuk menatap Selena.Selena menatapnya balik dengan wajahnya yang terlihat marah. Dia lagi-lagi terbatuk. Tenggorokannya jadi terasa sangat tidak nyaman sekarang. Dia butuh air.“Aku... Aku butuh air,” ucapnya dengan susah payah.“Ah, air?” Damian berjalan menjauh, dan mengambil segelas air.Dia kembali dan menyodorkannya pada Selena. Selena mendekatkan bibirnya pada gelas, dia ingin meraihnya, tangannya yang terikat tak bisa berguna seperti biasanya.“Kau tidak boleh minum seperti bagaimana aku minum.” Damian lantas menuangkan air dalam gelas itu di atas kepala Selena, menuangkannya sedikit untuk menunjukkan bagaimana dia akan memberinya air minum.Selena melebarkan matanya, kepalanya terasa basah sekarang. Tatapan Selena menatap Damian dengan gelap. Karena tak suka dengan tatapan Selena, Damian segera meraih rahangnya untuk membuat Selena menengadahkan kepala.“Kau tidak ingin minum? Lakukan seperti apa yang aku katakan!” titah Damian.Selena lantas membuka mulutnya, dia membutuhkan air itu. Dan Damian menuangkannya dengan seringai di bibirnya. Selena berusaha minum, dia menatapi gelas itu, berusaha memperhatikan kapan airnya akan habis. Dan begitu tetes terakhir masuk ke mulutnya, Selena menutup mulutnya.Damian tertawa puas melihat air yang membasahi baju Selena juga.Dan tanpa diduga, Selena menyemburkan air yang ada di mulutnya, air yang sengaja dia sisakan untuk disemburkan pada Damian.Selena sedang menyiapkan makan malam untuk Damian malam itu. Menggunakan gaun yang menonjolkan perut hamilnya, Selena juga bertelanjang kaki di dapur. Ini sebenarnya pemandangan yang biasa. Namun, Damian merasa ngeri jika melihat Selena aktif melakukan kegiatan.“Kau tahu, bayinya seperti bisa lahir kapan saja dan sialnya itu sangat menggangguku. Bisakah kau diam dan istirahat saja?” tanyanya dengan khawatir. “Aku bosan. Aku sudah terlalu sering memanjakan diriku. Aku ingin tetap produktif. Aku merasa lebih lelah saat aku justru tidak produktif. Pikiran untuk produktif sangat menggangguku.” Damian menghela nafasnya dan mengurut pelan keningnya. Dia benar-benar tidak bisa menghentikan Selena jika memang itu yang Selena inginkan. “Kau ini...”“Mungkin karena ini anakmu, dia menginginkan aku lebih produktif seperti ayahnya. Dia membuatku resah jika diam. Makanya belakangan ini aku jadi sering memasak di dapur dan juga melakukan banyak kegiatan lainnya. Aku yakin anak ini akan jadi ana
“Sebaiknya tidak dihisap, mengerti? Karena itu akan mengundang kontraksi dini. Kau tidak mau itu terjadi, kan?” Dokter langsung menatap Selena, yang menjelaskan tentang air yang berasal dari dadanya. Dokter memperingatkan suaminya agar tidak menghisapnya. Namun, sepertinya itu telah terjadi. Melihat Damian sama sekali tidak menyangkal dan justru hanya diam dengan ekspresi kakunya. Lain dengan Selena yang langsung menyengir mendengar apa yang dikatakan dokter.“Baik, Dokter.” “Kau boleh berbaring di brankar, kita akan memeriksa kondisi bayinya sekarang.” Selena berbaring di brankar dan menatapi layar yang berada tepat di depannya. Dia memperhatikan layar saat dokter mulai menaruh gel dan mengusapkannya di sekitar perutnya, menimbulkan sensasi geli dan dingin yang membuat Selena sempat bergidik sejenak. Terlihat bagaimana bayinya saat ini tengah meringkuk. Dengan USG 3D yang mereka lakukan, mereka sekarang bisa melihat dengan
Selena menatapi perutnya yang semakin besar. Selain perutnya, dia bisa merasakan lengan dan kakinya semakin berisi. Belakangan ini dia memang lebih banyak makan. Selain berusaha memasok nutrisi terbaik untuk calon bayi, keinginan kuat untuk memakan makanan tertentu juga mendorongnya untuk banyak makan. Ditatapnya tubuhnya di cermin. Pipinya yang semakin tembam juga membuatnya semakin cemberut. Dia tidak ingin menyentuh timbangan kecuali diperlukan dan diminta dokter. “Perutku juga gatal,” keluhnya sambil mengusap perutnya dari balik gaun yang dia pakai. Selena belakangan ini juga lebih sering menggunakan gaun yang memang dikhususkan untuk wanita hamil, yang membuatnya merasa sedikit lebih bebas bergerak dan bahannya juga sangat nyaman. Damian yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja akhirnya kembali ke kamar. Dia menatapi pintu kamar yang terbuka, dan melihat Selena yang tengah bercermin di kamarnya. Damian tersenyum saat menge
Sesuai urutan pernikahan dan kehamilan, setelah Arsella, maka Grace yang melahirkan putri pertama mereka juga. Ini membuat Damian tengah menebak-nebak apa gender anak pertamanya bersama dengan Selena. Hingga mereka sempat membuat taruhan juga. “Jika sekarang tengah banyak anak perempuan yang lahir, maka aku yakin anak pertama kita juga perempuan. Baguslah, aku tinggal berdiskusi dengan mereka tentang bagaimana cara membesarkan anak perempuan. Aku yakin dia akan menjadi secantik dirimu,” ucap Damian. “Tapi dari bagaimana aku mengidam, aku jarang mau makanan pedas. Aku lebih tertarik dengan makanan asin, kelihatannya ini anak laki-laki. Mengingat keturunanmu juga sepertinya dominan laki-laki. Kita tidak tahu riwayat keluarga Axel, tapi Luca punya dua saudara perempuan,” jelas Selena. Damian mendesis pelan. Selena benar tentang riwayat keluarga dari pihak laki-laki juga akan mempengaruhi hasil ini.“Ingat pamanmu? Padahal Gallent mempunyai dua ana
Selena menoleh padanya dengan keheranan melihat semangat yang tiba-tiba pada Damian. Damian menutup pintu di belakangnya dan menatap Selena sambil bersandar ke pintu dan menyilangkan tangannya di depan dadanya. Selena keheranan dengan tingkah laku Damian belakangan ini. “Oh, ya... Itu bagus. Kau bisa mengikutinya kalau itu yang kau mau.” Selena mengangguk setuju. Damian menghela nafasnya dan mendekati Selena. Entah kenapa ini malah terasa seperti dia meminta izin Selena dan Selena mengizinkannya dengan mudah. Damian mendekat dan mendekap Selena dari belakang, membuat Selena hanya memegangi lengan Damian yang ada di lehernya. “Aku penasaran ada apa denganmu sebenarnya. Kenapa kau mendadak seperti ini?” tanya Selena. “Aku hanya merasa sepertinya kau akan suka jika aku bisa melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Axel. Kau sepertinya sangat bangga dan terharu melihat bagaimana Axel mampu melakukan hal kecil seperti itu,” ucap Damian.
Damian mengobrol dengan Axel serta yang lainnya di ruang tamu. Awalnya, mereka membahas tentang bisnis, namun perlahan obrolan mereka menuju ke arah yang lebih pribadi seperti rumah tangga mereka. Mereka membicarakan tentang istri dan anak-anak mereka bagi yang sudah punya anak. Ini sedikit asyik saat mendengarkan para ayah bicara tentang anak-anak. “Aku sempat berharap aku menikah di usia yang lebih muda lagi. Aku merasa sangat tua dalam pertemuan orang tua anak-anak di sekolah.” Salah satunya terkekeh. “Aku justru sempat berharap agar aku tidak menikah terlalu cepat. Anak laki-lakiku benar-benar sangat nakal. Dia benar-benar mirip aku sewaktu kecil. Dan istriku tidak bisa mengatasinya.”“Ah, ayolah. Dia itu putramu, kau yang seharusnya bisa mengatasinya.”“Aku belum selesai bicara. Aku memang sangat berusaha keras mengatasinya. Aku melakukan berbagai cara, dari yang lembut sampai yang kasar. Sampai dia pernah berteriak kalau aku ayah yang buru
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen