Semua Bab Menjadi Tawanan Mafia: Bab 51 - Bab 60
169 Bab
Firasat Buruk
Tangan Selena saat itu berada di cengkeraman Damian yang kuat. Membuatnya meringis pelan sambil terus berjalan mengikuti Damian. Karena jika dia tidak berjalan sesaat saja, tangannya seperti terasa akan lepas dari tempatnya, begitu kencang Damian menarik tangannya saat itu. Sambil memperhatikan koridor yang tidak dia kenali, Selena juga berusaha mengenali tempat itu. Tempat itu nyatanya masih asing bagi Selena. Tiba di sebuah ruang kamar tidur, Damian menarik Selena masuk dan melemparnya ke kasur. Dan Selena benar-benar terlempar ke tempat tidur dan menoleh ke arah Damian dengan perasaannya yang masih dipengaruhi Axel. Dia terlihat sedih, sehingga tak berusaha melawan Damian. “Apa yang kau inginkan sekarang?” Selena memegangi lengannya dengan tangan lainnya. “Kau tahu betul apa yang aku inginkan. Tapi, karena aku berbaik hati padamu saat ini, melihat kondisimu, aku tidak akan melakukannya.” Damian mendengus, seolah dia sendiri tengah menahan d
Baca selengkapnya
Hukuman Axel
Makan malam yang romantis secara mendadak dengan seorang mafia sekaligus pengusaha organisasi legal dan ilegal sekaligus tampaknya adalah hal yang aneh. Yang membuat Selena sejak awal tidak bisa mempercayai apa yang dia lihat dan tak menaruh harapan pada acara kecil itu. Namun, sekarang harapan muncul. Bukan harapan untuk mendapatkan makan malam yang romantis. Dia lebih berharap agar tidak terjadi sesuatu yang buruk dalam acara yang tidak masuk akal itu baginya. Dan firasat buruknya itu terbukti begitu dia duduk di salah satu meja bersama Damian. Dan tirai yang terbuka, yang menunjukkan ruangan lain yang lebih rendah, ruangan di mana Axel sedang disekap saat itu. Selena secara spontan bangkit dari tempatnya duduk. Damian langsung melirik Selena dan tersenyum. Reaksi Selena sesuai dengan yang dia inginkan. Dan dia memperhatikan Selena yang berdiri sambil mengernyitkan dahinya dan memperhatikan Axel. Axel yang sedang bersandar dengan tatapan kosong dan ta
Baca selengkapnya
Memohonlah!
Jantung Selena berdetak lebih kencang, sangat kencang. Nafasnya juga memberat saat dia mendengar apa yang dikatakan Damian. Pikirannya seketika kosong dan tatapannya melemah, menatap ke arah Axel yang terlihat cukup panik dan gelisah. Posisi duduk Axel sudah berubah. Sebelumnya tangannya terikat ke belakang, kini tangannya berada di pegangan kursi. Kursinya pun sudah berubah. Ini menandakan jika Damian sengaja melakukan ini dan semuanya benar-benar sudah direncanakan. “Arrghh!!!” Suara raungan Axel terdengar dengan sangat jelas di dalam ruangan itu. Suara itu raungannya berhasil membungkam Selena selama beberapa detik. Ditambah, Axel terus meraung setelahnya, mengadu akan rasa sakit yang baru saja dia alami beberapa detik lalu. Detik itu Selena benar-benar melihat apa yang dilakukan orang yang bersama Axel itu. Orang itu benar-benar menggunakan suatu alat yang tidak Selena ketahui pasti apa itu, namun alat itu benar-benar mampu menarik kuku ya
Baca selengkapnya
Bloody Dessert
“Crat!” “Rghh!” “Crat!” “Rrgghh!!” Suara Axel benar-benar mengiringi Selena yang sedang makan. Dia makan secepat yang dia bisa hingga piring yang semula berisikan steak sapi dengan beberapa kentang goreng itu habis. Dan Selena meneguk minumannya dengan cepat, makanannya hampir tak bisa dia telan sebelumnya. Tangannya gemetar saat menaruh gelas kosong dan dia sempat merasakan dadanya sakit karena harus memakan makanan yang belum dia kunyah dengan baik. Kemudian, ditatapnya sosok Damian yang terlihat puas melihat bagaimana Selena menghabiskan makanannya dengan baik. “Berhenti!” Damian langsung menghentikan titahnya yang sebelumnya. Dan air mata Selena menetes lagi. Dia menyekanya dengan pergelangan tangannya, lalu menatap Axel yang terlihat meronta. Dia tentu saja merasakan sakit setelah mendapatkan beberapa cambuk di kakinya. Axel berusaha mati-matian untuk tidak menunjukkan rasa sakitnya, sayangnya tidak berhasil.
Baca selengkapnya
Tamparan
Merry memasuki kamar itu dengan penampilan yang agak berantakan. Dia kelihatannya sedang marah dan kesal hingga rambutnya saat itu tak terlihat rapi seperti biasanya. Nafasnya juga terengah-engah seolah dia baru saja berlari dengan jarak yang jauh. Ditatapnya sosok Damian yang sedang berdiri di dekat Selena. Selena menatapi Merry tanpa tertarik dengan apa yang membuat Merry datang dengan kondisi seperti itu. “Wah, apa ini? Kau menghilang setelah kejadian itu dan justru bersembunyi di sini? Bersama dengan Selena? Betapa romantisnya!” ucap Merry sambil menatap Damian, dia kelihatannya cemburu. Selena menatap ke arah lain dengan datar, dia sama sekali tak ingin terlibat dalam pertengkaran itu namun karena dia harus berada di ruangan itu, mau tidak mau, dia tak bisa menghindari keterlibatannya. Jika bisa, dia ingin menyuruh Damian membawanya keluar dan bertengkar di luar. “Apa yang membuatmu kemari?” Damian menatapi Merry tanpa rasa bersalah sama
Baca selengkapnya
Bunuh!
Mimpi buruk menghantui Selena saat dia berusaha beristirahat. Dia kemudian terbangun dari mimpi buruknya yang terus mana dia terus menyaksikan bagaimana Axel disiksa. Dan di dalam mimpinya, sosok Damian justru melakukan hal yang lebih kejam lagi. Yang mana membuatnya tak ingin kembali tidur malam itu, dia benar-benar takut untuk menghadapi mimpi buruk. “Dia iblis...” gumam Selena saat duduk dan memeluk lututnya. Dia memeluk lututnya untuk mendapat rasa aman dan nyaman. Untuk melampiaskan ketidaktenangan hatinya dan rasa gundah di hatinya. Matanya terlihat lelah untuk menangis. Memikirkan tentang apa yang terjadi, padanya dan Axel membuatnya benar-benar sedih. Tak ada peringatan tentang hal ini akan menimpanya. Benar-benar menyedihkan jika teringat bagaimana Axel yang kelihatannya berusaha untuk menjalani hidup normal bersamanya. “Kau akan menikahiku?” Selena menatap Axel, yang duduk di belakangnya, memberikan dadanya untuk bersandar.
Baca selengkapnya
Bibir Rasa Stroberi
Sedetik kemudian, Selena diseret oleh Damian menyusuri koridor yang Selena tak ketahui dia akan dibawa ke mana. Selena terlihat takut dan tegang. Dia menyadari apa yang baru saja dia lakukan, untuk itulah sekarang dia merasa ketakutan dan perasaannya mengatakan akan terjadi sesuatu yang tidak beres. Ini membuatnya sangat gelisah. “Lepas! Lepaskan aku!” rengek Selena, dia terlihat sangat takut untuk apa yang akan dilakukannya. “Wah, aku benar-benar mengapresiasi keberanianmu. Kau tahu, seharusnya kau menggunakan sesuatu yang lebih tajam dari garpu untuk melakukan penyerangan secara cepat. Karena lawanmu adalah aku.” Damian berhenti sejenak dan menatap ke arah Selena dengan senyum sarkas. Selena menatap Damian dengan mendongkak, dia bisa merasakan bagaimana tinggi Damian sangat mampu mengintimidasinya. Dan tangannya yang seperti ranting saat bisa dipatahkan oleh Damian kapan saja. Namun, sepertinya dari tadi Damian cukup menahan diri. “Jika kau
Baca selengkapnya
Berkelit
Bibir Damian terus berperang dengan bibir Selena. Dia terus menyerang sementara Selena tampaknya hanya berusaha mengimbanginya, agar Damian tak begitu kesal padanya. Dia terlihat kewalahan dalam menghadapi bagaimana rakusnya Damian terhadap bibirnya. Hingga Damian berhenti dengan sedikit terengah-engah, berbanding terbalik dengan Selena yang nafasnya benar-benar menjadi cepat. Selena menatap ke bawah, tak punya nyali untuk menatap Damian. Sementara Damian kemudian mengangkat rahang Selena agar menatapnya. “Kau siap untuk hukumanmu yang sebenarnya?” tanya Damian sambil terkekeh pelan. “Apa? Bukankah yang tadi itu...?” Selena mengerutkan dahinya dan menatap Damian ragu. “Bukan, itu bukan hukuman. Kau sebut itu hukuman? Bukankah itu terlalu ringan untukmu? Dan juga, kau sangat menikmatinya tadi. Hukuman ada untuk mendisiplinkan, bukan untuk dinikmati.” Damian menggelengkan kepalanya, dia tidak menjauhkan wajahnya dari Selena dan tetap membuat Selena berada di kungkungannya. Damian m
Baca selengkapnya
Penyerangan Balik
“Tuan? Tuan Damian? Tuan! Tuan!” Luca terus mengetuk pintu kamar Selena itu. Yang mana membuat Damian langsung membuka matanya, begitu pula Selena yang merasa terganggu. Dan begitu membuka mata, Damian bisa melihat rambut Selena yang berada tepat di depan wajahnya. Dia memeluk Selena dengan erat saat itu, dan Selena yang sepertinya baru bangun belum menyadarinya. Selena menggeliat di depannya, saat tangan Damian yang berada di pinggangnya itu membuat tubuh Selena sangat menempel padanya. Dan di waktu Selena menggeliat, bokongnya yang terangkat justru mengenai pinggang bagian tengah Damian, yang membuat sesuatu terbangun. “Hngg...” Selena terus menggeliat dan kelihatannya dia belum sadar sama sekali meski matanya telah terbuka, dia hanya menatap lurus ke depan dan berkedip setelah menggeliat. “Oh, sial,” umpat Damian saat melepaskan Selena dan berusaha menidurkan kembali apa yang bangun. Selena menoleh ke arah Damian. Dia saat itu han
Baca selengkapnya
Pertukaran
“Lepas! Lepaskan! Lepaskan! Biarkan aku berjalan sendiri! Lepaskan!” Selena meronta dan memberontak saat dipaksa untuk mengikuti anak buah Damian yang diperintahkan untuk membawanya dari kamarnya. Dan Selena diseret menuju ke tempat Axel saat itu juga. Dia benar-benar baru terbangun dari tidurnya saat dua orang pria datang untuk menjemputnya secara paksa. “Ah, aku belum tidur dengan puas tadi.” Cassy mengeluh. Di sebuah ruangan terbuka, Merry bersama yang lainnya berkumpul saat itu. Semuanya tampak lengkap. Sarah, Hera, Yna, Cassy dan Rose juga di sana. Keenamnya sedang menikmati teh untuk menenangkan diri mereka atas keributan yang terjadi pagi-pagi buta di mansion. Suara Selena terdengar oleh keenamnya, yang membuat keenamnya menoleh. Dan Selena bersama dua pria itu muncul dari salah satu lorong. Selena terdiam, saat menatapi mereka semua. Dan mereka menoleh ke arah Selena dengan sedikit bingung, kecuali Merry tentunya. “Selena? Bu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
17
DMCA.com Protection Status