All Chapters of WARUNG SOTO MBOK KARSIEM: Chapter 11 - Chapter 20
27 Chapters
bab 11
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 11Senyuman Mbok Karsiem terlihat menakutkan untukkku, entah kenapa aku merasa dia datang untuk mengejek, bukan untuk bersimpati atas menghilangnya Ibu.Bu Rita, tetangga depan rumahku membawa bungkusan, "Asna, kamu sudah makan belum?" Tanya Bu Rita.Aku menggeleng, bagaimana mungkin aku bisa makan, sedangkan ibuku menghilang semalaman dan belum ditemukan sampai sekarang."Saya bawakan makanan untuk kamu, Pak Abdul dan juga Aska. Maaf ya, Asna saya  baru tahu jika ibumu menghilang," ucap Bu Rita."Bu Rita kapan pulangnya?" Tanya Bu Lina."Subuh tadi, Bu. Tadi pagi pas saya belanja sayur, saya dikejutkan dengan berita menghilangnya Bu Lastri. Kamu yang sabar ya, Asna. Mudah-mudahan ibumu segera ditemukan." Bu Rita menepuk pundakku.'Semoga saja, Bu.'"Saya ambilkan makan untukmu dulu, ya." Bu Rita masuk ke dalam rumah, ia memang sudah terbiasa
Read more
bab 12
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 12Tubuh kurus Pak Rangsu dicambuk oleh perajurit itu, kasihan sekali dia, punggungnya penuh dengan bekas cambukan, bahkan sampai berdarah. Apa yang telah Pak Rangsu lakukan sampai di siksa seperti itu?Aku mendekati perajurit yang memukul Pak Rangsu."Hentikan, jangan sakiti dia!" Teriakku.Perajurit itu menoleh, ia menatapku datar, lalu kembali mencambuk tubuh Pak Rangsu, ia tidak peduli dengan teriakanku."Hei, hentikan, dia kesakitan," teriakku lagi.Perajurit itu tidak peduli dengan teriakanku, ia terus saja mencambuk Pak Rangsu.Aku menjadi jengkel kepada perajurit itu.Aku berusaha merebut cambuk itu darinya, supaya ia tidak mencambuk Pak Rangsu lagi, namun kekuatanku tidak seberapa dibandingkan perajurit itu. Ia mendorongku hingga aku jatuh tersungkur. Aku lihat Pak Rangsu menatapku, dari pancaran matanya ia sangat mende
Read more
bab 13
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 13Lampu kembali menyala, aku sangat terkejut, Aska yang kupegangi berganti menjadi sosok pocong yang berada di atas tembok penyekat kamar mandi dan toilet.Pocong dengan banyak darah di wajahnya itu menyeringai, menunjukkan giginya yang hitam dan bau. Aku menjerit, namun tidak ada suara yang keluar dari mulutku. Gegas aku melepaskam pegangan pada sosok pocong itu. Aku berlari, namun kakiku tersandung sesuatu hingga aku jatuh tersungkur.Kaki terasa kram dan tidak bisa digerakkan. Pocong itu melompat-lompat mendekatiku.Aku memejamkan mata ketika pocong semakin mendekatiku, tiba-tiba saja  aku merasa ada yang masuk ke dalam tubuh.Entah kenapa aku bisa berdiri, namun bukannya berjalan, aku malah melompat-lompat, kedua tanganku juga aku lipat ke atas dada. Tubuhku seperti ada yang mengendalikan, aku terus saja melompat-lompat tidak jelas. 
Read more
bab 14
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 14"Aku  akan ke rumah Mbah Broto sekarang."  Abdul berdiri, ia hendak pergi ke rumah Mbah Broto."Ini masih jam dua pagi, Dul. Besok saja, lagi pula Asna sudah tidur," larang Pakde Darmaji."Tapi, bagaimana kalau Asna ketempelan lagi, Mas?" Tanya Abdul."Kan ada Pak Rusdi yang bisa membantu," jawab Pakde Darmaji."Aku yakin Mbah Broto bisa mengusir apa yang merasuki tubuh Asna lebih cepat. Maaf, bukannya aku tidak percaya kepada Pak Rusdi. Aku hanya mengatakan apa yang ada di dalam hatiku," tukas Abdul."Terserah kamu saja, Dul," timpal Pakde Darmaji.Tanpa pikir panjang Abdul pergi meninggalkan rumah untuk mendatangi Mbah Broto.Pakde Darmaji hanya bisa geleng-geleng kepala melihat Abdul tetap pergi ke rumah Mbah Broto."Maaf-kan Adik ipar saya, Pak Rusdi. Entah kenapa dia begitu percaya kepada Dukun yang jelas-jelas itu m
Read more
bab 15
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 15Gegas Abdul membuka pintu dapur, ia masuk ke dalam dapur, lalu menutup dan menguncinya. Napas Abdul memburu."Kenapa tadi aku mendengar suara Lastri, tapi kan Lastri sudah tiada, apa karena takut, aku sampai berhalusinasi mendengar suara Lastri," ucap Abdul terengah-engah.Abdul kembali ke tempat ia tidur tadi. Sudah berkali-kali ia datang ke rumah Mbah Broto, namun tidak menyeramkan seperti sebelum-sebelumnya. Baru kali ini juga ia ldatang ke rumah Mbah Broto tengah malam.Tenggorokan Abdul terasa kering, ia celingukan, di sudut ruang tamu ada sebuah ceret dari tanah liat yang diletakkan di atas nakas.Abdul mengambil ceret yang berada di atas nakas, ia meneguk air dari dalam ceret langsung. "Huek..huek..huek." Abdul memuntahkan kembali air itu. Rasa airnya wangi bercampur bau anyir darah dan juga terasa ada benda lain bergerak-gerak yang ikut masuk ke dal
Read more
bab 16
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 16"Kenapa, Mbok?" Abdul agak takut melihat senyum Mbok Karsiem."Bukan apa-apa, Dul. Semoga Asna cepat sembuh dan kalian semua dikuatkan atas kematian Lastri." Mbok Karsiem berdiri, "Aku pamit, Dul. Mau ke pasar dulu ini." "Iya, Mbok terima kasih sudah datang ke sini.""Sama-sama, Dul." Abdul mengantarkan kepergian Mbok Karsiem sampai di teras. Setelah Mbok Karsiem tidak terlihat, Abdul mengambil bawaan Mbok Karsiem dan membawanya ke belakang."Apa itu, Pak?" Tanya Asna, ditangan gadis itu terdapat foto Lastri, mata Asna sembap menangisi kematian Lastri.Abdul mengedikkan bahu, ia menoleh kepada Asna. Putri sulungnya itu terlihat sangat terpukul dengan berita kematian Lastri, yang sebenarnya masih hidup.Abdul tak tega melihatnya."Asna, kamu tidak perlu menangisi ibumu. Yang sebenarnya ibumu itu masih hidup." Abdul menepuk bahu As
Read more
bab 17
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 17"Jangan kamu pikir aku tidak mengetahui apa yang kamu katakan." Mbah Broto menatap Asna tajam, ia sangat marah."Putrimu sudah menghinaku, Dul. Dia mengatakan aku Dukun gil*. Di sini aku membantu keluargamu supaya lepas dari gangguan jin jahat itu tapi tidak dihargai," mata Dukun itu memerah, penuh dengan amarah."Aku pulang saja," ucap Mbah Broto lagi."Maafkan Asna, Mbah. Tolong selesaikan semuanya." Abdul menangkupkan tangan, memohon kepada Mbah Broto.Mbah Broto mendengkus kesal, "Suruh putrimu itu jaga mulut.""Baik, Mbah. Saya akan kasih tahu Asna, kalau.perlu saya marahi dia juga," ucap Abdul.Abdul berjalan mendekati Asna, Aska dan Bude Parni."Jaga bicaramu, Na. Mbah Broto punya banyak perewangan yang mengawasi kita semua," Abdul menunjuk Asna."Tapi, Pak,""Sudah diam!" Ben
Read more
bab 18
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 18"Astagfirullah, ini kaki manusia, Mbak.""Ya Allah, Ka. Ada di mana Ibu sekarang?" Ucap Asna dengan suara bergetar."Kita harus cari Ibu secepatnya."Mereka tidak menyangka selain memakai celana dalam sebagai penglaris, ternyata Mbok Karsiem juga psikopat.Asna dan Aska masuk ke ruangan sebelah, di sini terdapat sedikit pencahayaan dari sorot lampu dari kamar sebelah."Ka, coba kita lihat kamar itu!" Tunjuk Asna pada satu kamar.Aska mengangguk, mereka berdua mendekati kamar itu. Kakak beradik itu tidak terlalu khawatir karena  sepertinya tidak ada Murni di rumah, sedangkan Mbok Karsiem berada di warung. Tidak mungkin wanita itu akan ke rumah selagi banyak pembeli."Di kunci, Mbak.""Ee..ee..ee."...brak..brak..brak, terdengar suara orang orang dan benda yang dilempar-lempar."Ada suara orang, Ka. Kamu dengar tida
Read more
bab 19
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 19"Dasar anak kurang ajar, berani-beraninya kamu menampar orang tua!" Bentak Lastri."Tamparan itu memang pantas kamu dapatkan, Bu Lastri," balas Murni."Untung putriku Asna tidak sepertimu yang urakan dan jahat. Pantas saja orang-orang lebih menyukai putriku yang hangat dan bersahabat. Sesangkan kamu Murni, lihat dirimu..." Lastri menghentikan ucapannya, ia memandang Murni remeh.Brak...Murni melempar pecahan botol kaca kepada Lastri.Ibu dari Asna dan Aska itu mengernyit, pecahan botol kaca itu melukai pelipisnya, perih dan sakit ia rasakan, Lastri tidak peduli. Sejak dikurung Mbok Karsiem, ia selalu disiksa dan disakiti. Mungkin saja nasibnya akan berakhir seperti tumpukan mayat yang tinggal kerangkanya saja."Tutup mulutmu, Bu Lastri atau aku akan menghabisimu sekarang juga," ancam Murni."Hahaha, kamu pikir aku takut mati sete
Read more
bab 20
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 20Air mata mengalir dari kedua netra Asna melihat apa yang dilakukan Ibu dan anak itu. Apa yang dilakukan Mbok Karsiem dan Murni sangat kejam. Mereka berdua sedang memotong-motong kaki dan tangan manusia, sepertinya apa yang mereka potong-potong itu adalah mayat orang yang baru meninggal. Masih banyak darah segar di potongan kaki dan tangan itu.Ubun-ubun Asna serasa di sambar petir, ia teringat akan ibunya yang belum ditemukan di rumah Mbok Karsiem.'Ya Allah, semoga itu bukan ibuku,' ucap Asna dalam hati."Mbak!" Sebuah tepukan dari Aska sontak membuat Asna terperanjat."Ada apa, Ka?" Ucapnya lirih."Ibu enggak ada di ruangan itu," jawabnya pelan.Mendengar ucapan Aska, tubuh Asna lemas seketika, tubuhnya serasa tidak memiliki tulang. Apa yang dilihatnya dan apa yang dikatakan Aska membuat ia berpikiran yang tidak-tidak tentang ibunya.
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status