Semua Bab Pengantin Pengganti Miskin Itu Ternyata Pewaris Tajir: Bab 11 - Bab 20
125 Bab
Bab 11. Aira Cemburu?
'Kenapa tanda lahir mereka sama? Apakah di dunia ini ada beberapa orang yang memiliki tanda lahir yang sama persis?' gumam Aira lirih di dalam hati.Memori itu masih teringat jelas dalam ingatan Aira. Saat itu, dia dan Michael berada di sebuah hotel. Aira terbangun dari tidurnya dan melihat Michael duduk di tepi ranjang. Dengan pandangan tanpa sehelai benang pun, Aira menyadari bahwa Michael juga memiliki tanda lahir yang sangat mirip dengan milik Steven."Aira, ada apa?" tanya Steven sambil melambaikan tangannya di depan wajah Aira, saat wanita itu hanya terdiam dan memandangnya.Aira terdiam sejenak dari lamunannya. "Oh, tidak apa-apa," jawabnya, mencoba menyembunyikan kebingungannya.Namun, pertanyaan itu terus menggelitik pikirannya. Apakah ada kemungkinan bahwa ada orang lain di dunia ini yang memiliki tanda lahir yang sama persis seperti mereka? Apakah ada sesuatu yang belum ia ketahui?Pikiran-pikiran ini menghantui Aira. Ia merasa bingung dan penasaran, namun dia tidak yakin ba
Baca selengkapnya
Bab 12. Kartu Kredit
Steven membuka mata, menyambut cahaya pagi yang masuk lewat jendela kamar. Dengan gerakan perlahan, dia meraih telepon pintarnya yang ada di meja samping tempat tidur, memeriksa pesan dan notifikasi yang datang semalaman. Setelah memastikan tidak ada yang mendesak, Steven bangkit dari tempat tidur dan menuju kamar mandi.Air segar menyapa wajahnya saat Steven mencuci muka, meresapi kebangkitan pagi dengan kesegaran. Lalu setelah itu kemudian ia menggosok giginya. Steven memandang cermin dengan senyuman ringan, ia meraih handuk kecil untuk membersihkan air yang masih ada di wajahnya.Setelah mandi, langkahnya melaju ke dapur. Steven membuka lemari dapur, mencari bahan-bahan untuk sarapan. Pilihan jatuh pada telur dan sayuran segar. Dengan keterampilan yang sudah dimilikinya, dia mulai mempersiapkan sarapan pagi. Bau harum bumbu-bumbu dapur mulai menyelinap ke seluruh ruangan.Saat masakan hampir selesai, Steven menyadari bahwa harapannya adalah bisa berbagi hidangan ini dengan orang yan
Baca selengkapnya
Bab 13. Kedatangan Seseorang
"Pakai punya saya saja, Mbak," ujar seorang lelaki yang tiba-tiba muncul dari belakang Aira. Dengan senyuman, lelaki tersebut menyerahkan kartu kredit miliknya kepada kasir.Aira menoleh, terkejut oleh tindakan baik lelaki itu. "Terima kasih, tapi tidak usah repot," katanya dengan nada malu.Lelaki tersebut hanya tersenyum. "Tidak masalah, biar aku membantu."Aira meski merasa terharu, awalnya ragu untuk menerima tawaran baik tersebut. Namun, karena situasinya yang mendesak, dia akhirnya menerima bantuan lelaki tersebut. Proses pembayaran berjalan lancar, dan Aira merasa teramat berterima kasih pada lelaki yang dengan tulus membantunya keluar dari situasi yang memalukan itu.Aira bersyukur kepada Andre, lelaki baik hati yang dengan sukarela membantu membayar belanjaannya. Namun, hatinya masih terasa canggung dengan kejadian tadi."Terima kasih, Andre. Nanti aku akan membayarnya," ucap Aira dengan senyuman, mencoba menunjukkan rasa terima kasihnya."Tidak perlu, lagian kita sudah bertem
Baca selengkapnya
Bab 14. Perdebatan Steven & Andre
"Steven, kenapa kamu ada di sini?" tanya Aira, wajahnya tampak kebingungan dengan kehadiran Steven."Harusnya aku yang bertanya sama kamu, kenapa kamu ada di sini?" jawab Steven dengan nada yang menyimpan perasaan kesal."A-aku sedang … maksudku aku tadi tidak sengaja bertemu dengan Andre," jawab Aira gugup, mencoba menjelaskan situasinya."Tidak sengaja?" tanya Steven dengan nada skeptis.Aira mengangguk, mencoba menenangkan suaminya, yang wajahnya semakin menyimpan kekesalan."Kalau begitu, kita pulang sekarang!" titah Steven dengan tegas. Kesal dan cemburu bercampur di dalam suaranya. Ia merasa tidak nyaman melihat Aira tertawa bersama Andre, terutama mengingat keadaan rumah tangga mereka yang belakangan ini penuh dengan masalah.Ketika Aira hendak melangkah, Andre tiba-tiba menahan tangannya. "Siapa kamu, berani sekali memerintah Aira seperti itu?" tukas Andre, menatap Steven dengan tatapan tajam."Kamu itu hanya tukang kebun, tapi sok-sokan menyuruh Aira. Apa kamu tidak sadar deng
Baca selengkapnya
Bab 15. Perasaan Khawatir
"ANDRE, HENTIKAN!" teriak Aira dengan suara lantang, mencoba meraih tangan Andre untuk menghentikannya. Pandangannya penuh kepanikan saat dia melihat ekspresi kesakitan di wajah Steven. Aira merasa kepedihan itu mencabik hatinya, terutama saat melihat luka di dada Steven yang baru saja terbuka kembali.Dia menarik tangan Andre agar menjauh dari Steven yang terduduk lemah di paving blok. Langkah cepatnya menuju suaminya yang tergeletak membantu meringankan beban yang dirasakan Steven. "Steven, apa kamu baik-baik saja?" tanya Aira sambil mengusap darah segar yang menetes di pipi bagian bawah mata Steven.Steven hanya bisa mencoba menahan rasa sakit yang menyiksa tubuhnya. "Apa kamu akan membiarkanku mati di tangan lelaki itu?" ucapnya dengan nada getir.Aira menggelengkan kepala dengan tegas. "Tidak."Air mata Aira hampir saja menetes ketika melihat suaminya yang terluka begitu parah. Ia merasa seakan dunianya runtuh dalam sekejap. "Kita pulang sekarang," desis Aira, mencoba memberikan d
Baca selengkapnya
Bab 16. Menerima Segala Kekurangan
Steven menyelipkan rambut Aira ke belakang telinganya sambil berkata, "Aku tidak bisa melihatmu dengan lelaki lain.""Kenapa?" tanya Aira."Kita sudah menikah, tidak pantas bila kamu dekat dengan lelaki lain.""Oh ya? Terus, kamu sendiri dekat dengan Santi, apa itu pantas?"Aira menatap tajam suaminya, mencoba menangkap esensi pernyataannya. Steven terdiam sejenak sebelum menjawab, "Santi itu sahabatku, bukan wanita yang bisa menggantikan posisimu.""Tapi, Steven, kamu harus memahami perasaanku. Aku merasa tidak adil jika kamu bisa dekat dengan sahabatku, tapi aku tidak boleh berinteraksi dengan lelaki lain."Steven menghela napas. "Aira, kamu tahu, tidak ada niat buruk antara aku dan Santi.""Dan bagaimana dengan foto yang Santi potretkan saat kamu sedang bekerja?"Steven terdiam sejenak, mencoba merumuskan jawaban yang bisa membuat Aira percaya. "Aku tidak tahu bila Santi memotretku. Itu mungkin hanya lelucon atau keisengan.""Itu hanya alasanmu saja, kan, Steven?" Aira menatapnya de
Baca selengkapnya
Bab 17. Kekesalan Steven Terhadap Santi
Aryo menepuk bahu Steven, kemudian menunjuk ke arah seseorang yang berada di depan toko percetakan menggunakan dagunya.Steven melihat ke arah yang ditunjuk oleh Aryo dan mengetahui bahwa Santi sudah berada di sana, membawa makanan untuknya."Lihat, sudah ada Santi, sepertinya dia begitu antusias membawakanmu bekal setiap hari," gumam Aryo.Steven hanya bisa menarik napas gusar. Setiap hari, Santi memang selalu membawakan bekal untuknya, meskipun ia sudah menolak, wanita itu terus saja membawakan bekal seperti itu. Keteguhan hati Steven untuk menjelaskan situasi sebenarnya terkendala oleh rasa terima kasih dan kebaikan hati Santi."Apa kamu tidak mau memberitahunya tentang pernikahanmu dengan Aira? Mungkin itu bisa membantu menghentikan kebiasaannya," saran Aryo.Steven menggeleng pelan. "Aku sudah mencoba memberitahunya, tapi sepertinya dia tidak percaya. Dia terus saja membawakan bekal ini setiap hari.""Aira tahu tentang bekal ini?" tanya Aryo.Steven mengangguk. "Iya, tapi dia tida
Baca selengkapnya
Bab 18. Hancurnya Kehidupan
"Aira!" teriak Steven ketika melihat Aira yang langsung pergi. Dia merasa khawatir dan bingung, tidak mengerti kenapa Aira ada di sini. Tanpa berpikir panjang, Steven pun langsung berlari mengejar Aira."Aira, berhenti!" teriak Steven lagi, berharap Aira akan berhenti dan mendengarkannya. Namun, Aira terus berlari, seolah-olah dia tidak mendengar apa yang Steven katakan.Steven merasa putus asa, tapi ia tidak berhenti. Dia terus berlari, berusaha mengejar Aira. Steven harus berbicara dengan Aira, harus mencoba memahami apa yang sedang Aira rasakan."Berhenti Aira!" Steven menahan tangan Aira dengan lembut."Lepas, Steven! Jangan ikuti aku, aku ingin sendiri!" Aira berucap dengan nada tinggi, menepis tangan Steven yang menahannya.Aira berusaha melepaskan diri, tapi Steven tidak melepaskannya sama sekali. "Aira, kenapa kamu seperti ini? Apa kamu marah kepadaku? Aku minta maaf, aku tidak tahu mengapa Santi tiba-tiba menciumku," ujar Steven dengan suara penuh penyesalan.Dia merasa bersa
Baca selengkapnya
Bab 19. Kekhawatiran Steven
Ketika Steven memeluk Aira, dia merasa Aira tak berkutik lagi. Tiba-tiba, tubuh Aira terasa berat di pelukannya, membuat Steven merasa khawatir."Aira," kata Steven, suaranya penuh dengan kekhawatiran. Dia melepaskan pelukannya dan melihat Aira yang tampaknya tidak sadarkan diri."Aira, Aira bangun, Aira!" teriak Steven yang sudah panik. Dia merasa takut, tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Dia merasa bingung dan tidak berdaya, melihat Aira yang tidak sadarkan diri di pelukannya.Dalam pelukan Steven, Aira terasa begitu lemah. Tubuhnya terasa berat dan dia tidak memberikan respons apa pun. Steven merasa panik dan khawatir melihat kondisi Aira."Aira," ucap Steven dengan suara gemetar, mencoba membangunkannya. "Bangun, Aira! Tolong, buka matamu!"Namun, Aira tetap tidak merespons. Steven merasa hatinya hancur melihat Aira yang terbaring tak berdaya. Dia merasa bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.Steven akhirnya menggendong Aira ala bridal style, membawanya menuju mobil Ar
Baca selengkapnya
Bab 20. Perasaan Kecewa
"Malam ini, aku mau menginap di rumah kamu, boleh, kan?" ujar Fika dengan antusias."A-apa?" Aira terkejut dengan permintaan tersebut, tidak menyangka bahwa Fika ingin menginap di rumahnya.Saat ini, Aira sedang berada di rumah sakit, terlebih Aira sudah tidak tinggal di rumahnya lagi, tepatnya rumah orangtuanya."Kenapa Aira?" tanya Fika, ia bingung, sepertinya Aira merasa terkejut atas permintaannya."S-sepertinya tidak bisa, Fika. Maaf ..." jawab Aira dengan rasa penyesalan."Kenapa memangnya? Padahal aku malas banget di rumah sendirian," keluh Fika."Memangnya Tante dan Om ke mana?" tanya Aira."Lagi keluar kota. Ya udah deh kalau gak boleh, nanti aku nginap di rumah Nita kalau gak Santi." Fika berujar dengan sedikit kecewa."Iya, sekali lagi aku minta maaf." Aira berkata dengan suara lembut, merasa bersalah karena tidak bisa memenuhi permintaan Fika.Aira berharap Fika dapat memahami situasinya dan menemukan tempat lain untuk menginap. Dia ingin fokus pada pemulihannya dan ia seng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status