Semua Bab Satu Hari Dua Akad: Bab 41 - Bab 50
82 Bab
Saat Mereka Bertemu
"Soal Mama lah, sayang. Soal apa lagi, tapi aku janji aku bakalan lebih tegas lagi. Aku nggak mau dianggap kepala keluarga yang lembek karena kalah terus dari Mama.""Ini bukan soal kalah atau menangnya, Mas. Tapi kamu juga harus tetap bicara baik-baik ke Mama, semakin berumur tingkahnya seperti anak kecil 'kan? Jadi wajar kalau masih keras kepala dan mau menang sendiri. Sabar aja, nanti juga Mama luluh kok. Aku yakin.""Udahan ngobrolnya, katanya kamu mau tidur." Awan mengeratkan dekapannya, mencium berkali-kali puncak kepala sang istri dengan sayang."Ya udah kamu juga tidur, jangan gerak-gerak."Kembali Awan mendaratkan kecupan di kening Welly sebelum sama-sama terlelap.Di kamar lain, sang anak tampak masih terjaga. Zunaira sudah membaca pesan di grup dan juga pesan yang dikirimkan oleh Langit. Baginya hal seperti itu tentu tidak penting sama sekali. Zunaira tidak suka mengurus sesuatu yang tidak penting apalagi dari dulu geng Gea memang tidak pernah suka pada Zunaira maka menjela
Baca selengkapnya
Kembar Tiga
"Bunda pindah profesi ya dari ibu rumah tangga jadi tukang salon?" celetuk Langit."Berisik!" Jingga melotot.Diam-diam Awan mengulum senyum, akhirnya ia bisa melihat sosok Langit yang sebenarnya. Tidak jaim seperti biasanya tapi tetap saja hal yang ditunggu Awan itu Langit memanggilnya dengan sebutan ayah. Ingin sekali Awan mendengar itu tapi ia tidak ingin membuat Langit menjadi tidak nyaman. Tapi yakin nanti juga Langit akan memanggil Awan sebagaimana mestinya.Tidak dipaksa saja Langit datang sendiri jadi nanti juga tanpa dipaksa Langit akan memanggil Awan dengan sebagaimana mestinya. Awan hanya harus bersabar, Awan bukan orang yang sabaran makanya diuji untuk bisa bersabar agar bisa lebih dekat dengan anaknya. Mendekati anak remaja seperti Langit dan anak kecil pasti berbeda dan juga tidak sama triknya, Langit sudah bisa berpikir dan tahu kondisis sedangkan anak-anak tahu apa. Diberi mainan juga akan luluh sedangkan Langit disodorkan perusahaan tetap keras kepala. Langit tidak me
Baca selengkapnya
Semakin Tua Semakin Menggoda
"Gue kira ada ukhti yang pengen ta'aruf gitu, ternyata kang paket," gumam Langit lalu melempar paket itu sembarangan.Embun bicara seolah-olah ada seseorang penting yang mencari sang kakak, nyatanya hanya kurir yang mengantarkan paket."Mana ada ukhti yang mau sama Abang, paling kunti yang mau," celetuk Embun yang mendengar suara Langit.Gadis itu buru-buru masuk ke dalam kamarnya saat mendapat tatapan maut sang kakak. Mewek kalau dijahili tapi hobi sekali menggoda kakaknya.Langit kembali ke belakang.Kumpul keluarga kali ini jelas terasa sangat berbeda dan lebih membahagiakan apalagi jika ada formasi lengkap. Setidaknya tidak ada lagi rahasia yang memberatkan apalagi bagi Jingga.Waktu terasa begitu cepat hingga sore pun tiba dan sang tamu pamit untuk pulang meski masih betah di sana.Persahabatan Awan dan Jingga yang pernah terputus kini kembali terjalin dan sudah kembali seperti dulu meski diantara mereka ada Langit."Sayang, kamu beneran hamil?"Jingga mengernyit mendengar pertany
Baca selengkapnya
Season 2 (Bagaimana Rasanya Tidur Dengan Suamiku)
Bab 1 "Iya, papa pulang minggu depan. Maaf ya, banyak sekali pekerjaan soalnya." Aku mencoba melepaskan tangan mas Dirga. Dia menelpon istrinya di hadapanku, sepertinya dia tidak takut jika tiba-tiba aku merebut ponsel dan bicara pada istrinya. "Lepas!" Mulutku bergerak tanpa suara. Bukannya melepaskan, mas Dirga malah menarikku ke dalam pelukannya. "Iya, Ma. Selesai semuanya papa langsung pulang, papa juga sudah rindu rumah dan juga Mika." Aku menekan dada yang terasa sesak mendengar percakapan mesra mas Dirga dan istrinya. “Sudah pasti papa juga merindukan mama.” Tidak kuat lagi dengan ini aku mendorong tubuh mas Dirga dan masuk ke dalam kamar. Masih bisa kudengar dia yang bicara pada istrinya dan sesaat kemudian memanggilku. “Sayang, jangan cemburu begitu. A–” “Sudahlah, Mas. Kamu pulang sana, kamu sudah tiga hari di sini,” usirku tanpa sedikitpun menoleh padanya. Sebisa mungkin menahan desakan air mata yang berlomba untuk keluar. Bisa kurasakan tangannya kini melingkar
Baca selengkapnya
Bertahan tapi Sakit
Bab 2 Sudut mataku bisa menangkap bayangan istrinya mas Dirga dengan senyum tersungging di bibirnya, tidak bisa kuartikan apa arti senyumnya itu. Apa dia sudah tahu soal hubunganku dengan suaminya? “Mbak, ini ada warna birunya tidak?” Suara pelanggan membuatku kembali fokus, “Iya, tunggu sebentar, Mbak.” Aku mencoba untuk mengabaikan tatapan istri mas Dirga yang seolah-olah ingin menguliti aku. Keringat dingin sampai membasahi pelipis, satu hal yang aku takutkan adalah wanita itu membuat keributan dan mempermalukan aku di depan semua orang. Selain kehilangan pekerjaan, aku akan kehilangan harga diri juga. Ponselku bergetar, dengan cepat aku masuk ke dalam gudang. Nama mas Dirga terpampang di layar ponsel, dia pasti beralasan hingga tadi tidak melihatnya bersama istrinya. “Sayang, maafkan aku. Sungguh, aku tidak tahu istriku akan masuk ke dalam tokomu.” Aku menghela nafas berat, “Bawa dia pergi, Mas. Aku merasa tidak tenang, aku tidak bisa bekerja dengan baik.” “Iya. Aku akan
Baca selengkapnya
Aku Memang Pendosa
Bab sebelumnya direvisi, baca ulang ya teman-teman.Bab 3"Jangan main-main kamu, Mas!" ucapku sambil melirik ke arah mobil takut jika Nina tiba-tiba keluar.Aku sengaja meminta berhenti sejenak untuk mengangkat telepon, tidak mengatakan jika ini dari mas Dirga. Tanpa aku bicara pun Nina sudah pasti mengerti."Aku serius makanya aku datang menemui orang tuamu.""Tapi aku tidak mau, Mas. Aku ingin mengakhiri semuanya!""Dimana kamu sekarang? Aku akan kesana!""Mas ….""Atau kamu mau aku bicara sekarang pada orang tuamu?"Kuhela nafas panjang. "Kita bertemu di tempat biasa."Aku memijat pangkal hidung yang terasa berdenyut, baru saja akan melepaskan belenggu yang menyesakkan dada. Malah mas Dirga menghadang, dia malah mengambil langkah yang sama sekali tidak kuduga.Ini yang terakhir aku bertemu dengannya, itu harapanku. Setelah ini aku ingin bebas, bod*h memang karena menyiksa diri sendiri selama empat tahun untuk bertahan dengan laki-laki yang bahkan tidak memiliki pendirian.Dia meng
Baca selengkapnya
Berat tapi Harus Dilepaskan
Bab 4"Kau yakin masuk kerja?" tanya Nina saat melihatku sudah rapi.Aku tertawa penuh kepalsuan. "Bukan karena patah hati aku jadi mogok bekerja. Aku masih butuh makan, Nin," gurauku.Setelah kejadian tadi malam yang menguras air mata, aku sudah memutuskan untuk mengubur semua kisah masa lalu yang menyakitkan itu.Kontak mas Dirga sudah kublokir termasuk sosial medianya. Tapi tidak bisa dipungkiri jika dia pasti akan datang ke toko untuk menemuiku.Untuk menghindarinya memang tidak bisa, jadi pilihannya hanya menghadapi dia dan bersikap seolah-olah tidak saling mengenal. Mungkin terdengar mudah tapi entah bisa atau tidak aku melakukannya.Bisa, tidak bisa aku tetap harus memaksakan diri. Membiasakan dengan semua ini. Sudah cukup kebod*han yang aku lakukan. Aku tidak ingin membuat orang tuaku kecewa jika tahu anak mereka menjadi duri dalam rumah tangga orang lain."Hari ini jatah libur kita beda. Padahal kalau sama aku ingin mengajakmu ke puncak.""Yah … kalau begitu nanti coba ajukan
Baca selengkapnya
Cinta itu Menjaga Bukan Merusak
Antara Setia dan DustaBab 5"I–ni, Ma. Aku bilang kalau kamu tidak mau baju kuning, kamu 'kan tidak suka warnanya." Mas Dirga gelagapan, sudah jelas dia asal bicara.Nyalinya ciut tidak seperti perkataannya tadi yang bicara seolah-olah ingin membongkar semuanya pada Mbak Shanum."Kata siapa mama tidak suka warna kuning?" Mbak Shanum berjalan mendekat, dia sudah memakai dress yang tadi diambilnya.Dia mengambil dress santai di atas lutut berwarna kuning dengan motif bunga."Kamu sendiri yang bilang. Dari dulu 'kan tidak suka warna kuning.""Selera orang itu bisa berubah, Pa. Apalagi kalau lihat barang bagus sedikit, pertahanannya bisa saja goyah. Benar tidak, Mbak?" Mbak Shanum melirik ke arahku dengan senyum yang tak mampu kuartikan.Deg!Perkataan mbak Shanum seperti mengandung makna di dalamnya. Aku berpikir jika memang dia benar-benar sudah tahu hubunganku dan mas Dirga. Tapi sekarang antara aku dan mas Dirga sudah tidak ada apapun. Tidak seharusnya aku takut, meski dulu memang me
Baca selengkapnya
POV Shanum (Bukti Perselingkuhan)
POV Shanum (Sebelum tahu perselingkuhan Dirga dan Raisa)"Papa ada kerjaan ke luar kota. Tapi tidak lama," ujar mas Dirga.Aku tersenyum sambil memasangkan dasi. "Sore langsung pulang kah?" tanyaku.Dia malah mencubit hidungku. "Mana bisa seperti itu, Ma. Itu namanya jalan-jalan bukan bekerja.""Mama tidak bisa kalau papa lama-lama di luar kota." Aku merengek padanya.Mas Dirga menarik pinggangku hingga tubuh kami menempel."Rindu ya?" Sebelah matanya mengerling nakal.Tanganku melayang memukul pundaknya. "Tidak.""Tidak salah lagi 'kan?" balasnya dengan wajah yang semakin mendekat, aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang hangat."Mas. Ini sudah siang, aku harus ke kantor." Aku menahan dadanya dengan kedua tangan.Senyum tersungging di bibirnya lalu mengecup singkat keningku."Iya. Nanti pulang papa dari luar kota baru papa kurung mama seharian di kamar," guraunya dengan gelak tawa.Beginilah suamiku, dia begitu manis, perhatian dan juga pengertian padaku yang seorang wanita karir.
Baca selengkapnya
Bangkai Yang Disembunyikan
Perih, seperti luka yang ditaburi garam. Dadaku bahkan semakin terasa sesak. Bibirku bergetar diiringi suara isak tangis yang lolos.Detik saat aku melihat foto mesra mas Dirga dan wanita lain, saat itu pula duniaku langsung hancur. Tanganku yang gemetar bergerak untuk membuka salah satu video. Hanya beberapa detik, aku tak sanggup melihatnya. Video panas suamiku dan wanita itu. Tidak diragukan lagi, wajah suamiku bahkan terekam dengan sangat jelas seolah-olah memang video ini sengaja dibuat.Miris melihat senyum bahagianya yang tertangkap kamera.Kamu bahagia, Mas? Bahagia menghancurkan hidupku.Aku menggelengkan kepala, masih tidak percaya dengan semua ini. Ponsel di tanganku sudah terjatuh tepat di atas karpet.Semua ini pasti mimpi! Tapi kenapa sakitnya begitu nyata?Mas Dirga tidak mungkin melakukan ini. Dia tidak akan mungkin berkhianat. Semakin aku menyangkal rasanya semakin menyakitkan.Semua bukti sudah aku lihat dengan mataku sendiri. Ini bukan mimpi, ini kenyataan pahit yan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status