Semua Bab Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan: Bab 151 - Bab 160
162 Bab
Bab 151 - Kesalahpahaman Kecil
“Mereka adalah penculik putri kami!” Embun terkejut mendengar tuduhan itu, terlebih saat sepasang manusia itu menyerbu ke arah mereka. Seorang pria yang tampak garang bahkan berniat menyentuh Embun, tapi Kaisar dengan segera menghalangi pria tersebut. “Lepaskan saya!” Pria asing itu membentak. Kemarahan tercermin dalam tatapan serta suaranya. “Mari kita bicara baik-baik,” ucap Kaisar dengan suara rendah. Namun, wanita yang datang bersama pria asing itu berhasil menggapai Embun dan mendorong istri Kaisar tersebut ke samping. Embun yang terkejut nyaris saja terjatuh jika ia terlambat menyeimbangkan diri. Sementara itu, si wanita asing dengan penampilan glamor tersebut langsung saja memeluk Giselle. “Nyonya–” “Diam kamu, dasar penculik!” sergah si wanita asing, membentak Embun. Pelukannya pada Giselle semakin erat hingga gadis kecil itu tampak tidak nyaman. “Perempuan jahat!” “Nyonya, sebaiknya Anda jaga bicara Anda pada istri saya.” Kaisar menegur. Sepasang mata hitamnya menyorot
Baca selengkapnya
Bab 152 - Sebuah Percakapan
Ada yang aneh pada sorot mata Kaisar saat mereka bertukar pandangan. Namun, Embun tidak tahu apa itu, karena Kaisar langsung mengalihkan pandangan ke pria asing di hadapan mereka. Manik cokelat Embun mengikutinya, sementara ia terus memeluk Giselle yang masih terisak. “Beliau sudah tidak tampak marah,” batin Embun, merujuk pada ayah Giselle. Kini, pria itu bahkan terlihat bersalah dan kecewa. Embun mengalihkan pandangannya pada ibu Giselle. Wanita itu kini melangkah mendekati suaminya dan mengatakan sesuatu yang tidak bisa Embun dengar. “... Kak, aku tidak mau pulang,” bisik Giselle saat itu, membuat Embun kembali memfokuskan perhatiannya pada gadis kecil dalam pelukan. “... Karena kamu berpikir kalau Mama dan Papa kamu tidak ingin kamu ada bersama mereka?” tanya Embun dengan lembut. Ucapannya membuat isakan Giselle lebih keras saat gadis itu mengangguk pelan. “Tapi, Cantik,” ucap Embun lagi. “Kalau Mama dan Papa tidak ingin bersama dengan kamu, mereka tidak mungkin ada di sini.
Baca selengkapnya
Bab 153 - Pengakuan Hati
“Sebenarnya, untuk apa kamu ke sini, Kaisar?”Embun tidak dapat menahan pertanyaan tersebut agar tidak keluar dari bibirnya, membuat Kaisar tertegun. Dan Embun bisa melihatnya.Namun, wanita itu penasaran.Dengan alasan apa Kaisar datang ke sini? Apakah untuk mengecek kebenaran Embun bekerja sama dengan Dion? Atau apa?Sementara itu, saat mendengar pertanyaan dari Embun, Kaisar merasa terusik. Untuk apa? Memangnya harus ada alasan bagi seorang suami untuk menemui istrinya? Istri yang begitu sibuk dan jarang ditemuinya ini? Kenapa Embun harus menanyakan pertanyaan yang sudah jelas-jelas ia tahu alasannya apa?“Kaisar?” panggil Embun lagi karena Kaisar tidak kunjung menjawab. “Apa kamu ke sini untuk mengecek apakah aku benar bekerja atau tidak?”“Tidak,” balas Kaisar pada akhirnya, langsung detik itu juga, Sejak awal, bukan itu alasan ia memutuskan untuk mengajukan cuti dan datang kemari, meskipun saat sampai, Kaisar tidak tahan untuk tidak mengecek tempat kerja Embun dan keseriusa
Baca selengkapnya
Bab 154 - Obrolan Hangat Saat Makan Malam
“Aku merindukanmu, Embun.” Ada sesuatu yang asing saat Embun mendengar pengakuan Kaisar tersebut, sebuah perasaan yang hinggap di hatinya, lalu merambat naik ke wajahnya. Membuat kedua pipi wanita berambut sebahu itu memanas. Ia berdeham, lalu mengalihkan pandangan tanpa mengatakan apa pun karena sepasang mata hitam Kaisar yang menatapnya dengan serius justru makin membuat dadanya berdebar. “Kenapa dia tiba-tiba mengatakan hal itu?” batin Embun sembari berusaha menenangkan dirinya. Sebenarnya, selama ini kesibukan Embun memang wanita itu gunakan untuk mengalihkan dirinya agar tidak memikirkan ataupun merasakan hal-hal yang Embun nilai mampu mendistraksi atau mengganggu dirinya. Ia sedang dilanda masalah bertubi-tubi. Embun tidak bisa membiarkan dirinya terbawa arus begitu saja. Nanti ia bisa gila. Namun, memang, ia mengakui ada sebuah perasaan asing ketika ia jarang bertemu dengan Kaisar beberapa bulan belakangan. Meskipun awalnya ia sangkal, setelah mendengar pengakuan Kaisar …
Baca selengkapnya
Bab 155 - Kasmaran?
“Kalau begitu, aku akan tinggal di sini sampai kontrakmu selesai. Menemanimu.” Tatapan Kaisar terarah lurus pada Embun. “Bagaimana?” Ucapan Kaisar itu di luar dugaan Embun, membuat wanita tersebut sedikit terkejut. Bukan apa-apa. Embun jelas tahu kalau suaminya itu punya pekerjaan utama, meskipun kakaknya mengira kalau Kaisar ini adalah pemilik kontrakan saja. Setiap hari kerja Kaisar selalu pergi dan pulang sesuai jam kantor–yang seringnya lembur juga belakangan. Seperti karyawan pada umumnya. Jadi, Embun tahu kalau pria ini sebenarnya pegawai kantoran. Apalagi dengan sekilas info mengenai proyek-proyek itu. Memangnya pegawai kantoran boleh izin selama itu? “Bagaimana dengan pekerjaanmu?” tanya Embun. Kaisar tidak langsung menjawab. Sepasang mata hitamnya memandang sekeliling terlebih dahulu, seperti sedang mengecek sesuatu, sebelum kemudian kembali menatap Embun. Pria itu kembali tersenyum. “Jangan khawatir. Aku sudah mengajukan cuti,” katanya kemudian. “Apakah tidak mas
Baca selengkapnya
Bab 156 - Bayangan Malam Itu
“Kamu sendiri menginap di mana?”Kaisar dan Embun sedang berjalan kaki berdua menuju tempat penginapan Embun saat wanita berambut sebahu itu bertanya pada sang suami. Sebelumnya, Kaisar menawarkan untuk mengantar Embun kembali ke penginapan–yang mana tidak dapat ditolak Embun.Lagi pula, memangnya Embun bisa menolak dengan alasan apa?“Barang-barangku masih di dalam mobil.” Kaisar justru mengatakan itu sebagai jawaban.Embun terkejut. Ia menoleh pada pria yang sedang berjalan di sebelahnya. “Jadi kamu belum memesan kamar atau penginapan?” tanyanya lagi.“Aku tadi langsung ke tempatmu.”Helaan napas keluar dari bibir Embun.“Ya sudah,” ucap wanita itu kemudian. “Nanti pesan kamar di penginapanku sekalian saja. Mobil kamu di mana, Kaisar?”“Ada di parkiran utama.”“Kalau begitu, kita ke sana dulu, baru ke penginapan. Ya?”Kaisar menggangguk. Ia menuruti semua usul Embun. Dengan sengaja, tentunya.Di samping itu, pria ini bersyukur karena ia telah memarkir mobilnya di parkiran utama tadi
Baca selengkapnya
Bab 157 - Satu Kamar
“Kaisar …? Ada apa?”Suara Embun menyadarkan Kaisar dari lamunannya. Pria itu menyadari kebingungan di wajah Embun dan tiba-tiba saja merasa malu akan pemikirannya barusan.Bagaimana bisa Kaisar justru teringat akan kejadian malam itu di momen seperti ini?Suami Embun tersebut berdeham. “Tidak apa-apa. Hanya teringat sesuatu,” ucapnya.“O … ke?” Embun masih tampak bingung, tapi tidak bertanya lebih lanjut. “Oke. Kembali sekarang?”Kiasar mengangguk, meski otaknya masih memproses alasan kenapa tiba-tiba ia teringat pada momen itu.Saat itu dia panik, ya. Ia peduli pada Embun. Namun, jika bukan–Jika Kaisar tidak mencintai Embun, ia pasti tidak akan melakukannya. Dan tidak akan membekas seperti ini. Benar begitu, bukan?Rasanya Kaisar sudah bisa mengakui perasaannya pada dirinya sendiri sekarang.Namun, bagaimana dengan Embun?“Oh ya, melanjutkan obrolan tadi,” kata Embun, kembali menarik perhatian Kaisar kepadanya. “Soal anak-anak. Kamu juga bisa mengobrol. Aku lihat kamu dan Giselle
Baca selengkapnya
Bab 158 - Rasa Cemburu?
“Bagaimana dengan barang-barangmu? Mau kubantu mengemas?”Embun terdiam. Otaknya tidak bisa berpikir cepat. Baru setelah beberapa detik terlewat, ia bergumam, “Nanti kukemas dulu.”Mendengar itu, Kaisar mengangguk dan menjinjing kembali tas bepergiannya. Pria itu kemudian meminta staf mengantarkan mereka ke kamar yang tadi ditawarkan.“Aku harus mengambil barang dulu,” bisik Embun pada Kaisar. “Setelah ini saja kutemani.” Kaisar membalas. “Cuma sebentar saja.”Kaisar menghela napas. “Baiklah.”Namun, di luar dugaan Embun, alih-alih meninggalkan Embun untuk mengambil barangnya sendiri, Kaisar justru mengatakan pada staf kalau ia berniat mengambil barang sang istri terlebih dahulu di kamar yang lama.Padahal Embun bisa sendiri. Dan ingin sendiri, dengan pikirannya yang macam-macam sekaligus membuatnya tersipu senantiasa tanpa aba-aba tersebut.“Tunggu di sini saja,” ucap Embun di depan kamar lamanya. “Aku tidak akan lama, hanya mengambil barang. Lagi pula, Gina pasti di dalam.”Kaisar
Baca selengkapnya
Bab 159 - Satu Tempat Tidur
“Ada apa, Embun?”Embun tidak langsung menjawab. Ia kembali termenung, berpikir bahwa ini pertama kalinya ia dan Kaisar berada di dalam satu kamar yang sama. Bukan hanya kamar yang sama, tapi juga tempat tidur yang sama. “Embun?” Dengan hati-hati, Kaisar menyentuh bahu Embun.Wanita itu berkedip sekali, dan tersadar. “Uh, tempat tidurnya hanya satu,” ucapnya pelan, nyaris pada diri sendiri.Kaisar mengangguk. “Iya. Mereka sudah bilang kalau kamar ini menggunakan king bed, kan?”Embun terdiam lagi. Ia tidak dengar bagian ini, tapi setelah diingat-ingat lagi, karyawan di meja penerimaan mengatakan kalau memang kamar ini cocok untuk pasangan suami istri baru yang ingin bulan madu, bukan?“Ya, memang kami pasangan suami istri baru, tapi tidak sedang ingin bulan madu!” omel Embun dalam hati.Ia memang sudah menikah. Pun, sudah melakukan hubungan suami istri, meskipun Embun sama sekali tidak bisa mengingat satu memori pun dari sana. Embun juga paham kalau ia memiliki tugas sebagai istri s
Baca selengkapnya
Bab 160 - Gangguan Kecil
“Bagaimana kalau–”Ketukan pintu membuat ucapan Embun terhenti. Otomatis perhatian sepasang suami istri tersebut terarah ke arah pintu.Kaisar bergegas ke arah pintu dan membukanya, menampilkan sosok Gina yang tengah menenteng satu tas kecil berwarna gelap.“Malam, Kak.” Gina menyapa Kaisar dengan senyum. “Mau mengantarkan barang Kak Embun yang tertinggal. Semoga tidak mengganggu ya.”“Barangku?” Embun menghampiri pintu dan berdiri di samping Kaisar. Gina mengangguk dan menyodorkan tas di tangannya pada Embun, meskipun matanya tidak lepas dari Kaisar.Gadis itu seperti pernah melihat Kaisar, entah di mana. Karena itu, saat ini ia berada di sini untuk memastikan.“... Kak Embun,” bisik Gina pelan. “Suaminya kerja di mana? Kok kayak pernah ketemu.”Alis Embun terangkat satu. Rasanya, ia tidak mengerti maksud Gina bersikap seperti ini. Benarkah hanya rasa penasaran semata, atau memang gadis muda itu sedang mencari perhatian.“Bukankah kamu teman sekamar Embun?” ucap Kaisar saat Embun tid
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status