Embun harus keluar dari rumah kakak iparnya, tetapi dengan syarat ia harus menikah lebih dulu agar kakaknya tidak mengkhawatirkan Embun. Namun, yang jadi masalah adalah Embun tidak memiliki kekasih! Di saat kebingungan melanda, si Kakek, pelanggan setia kafenya meminta Embun untuk menikah dengan putra terakhirnya, Kaisar Rahardja. Embun dan Kaisar akhirnya menikah, tetapi mengapa Kaisar mau menikahi Embun begitu saja?
Lihat lebih banyakAzura menginjak pedal gas dengan emosi. Mobilnya melaju dengan kecepatan tinggi.
Hatinya saat ini dipenuhi dengan rasa kecewa dan sakit hati. Bagaimana tidak? Sudah beberapa kali dia mendengar dari temannya tentang kabar yang mengatakan jika Edward sering bersama perempuan lain pergi ke hotel. Awalnya Azura tidak begitu mempercayai gosip yang dianggapnya murahan itu. Tapi hari ini, saat beberapa kali panggilannya diabaikan oleh pria yang telah menjadi pacarnya selepas SMA itu, dia pergi ke perusahaan milik Edward untuk mencoba menemuinya karena ingin membahas permintaan orang tuanya yang menginginkan dia segera meminta keseriusan dari Edward. Dengan mata dan kepalanya sendiri, Azura memergoki Edward sedang tumpah tindih dengan Alya sekretaris Edward sendiri. Saat itu bukan hanya Edward sendiri yang terkejut ketika kelakuan bejatnya diketahui langsung oleh yang kekasih yang teramat ia kagumi, tapi Azura pun sangat terkejut dan syok. Tanpa berharap sebuah penjelasan atau tanpa ingin bertanya pada Edward, kenapa kamu tega mengkhianati aku seperti ini, Azura langsung menarik mundur langkahnya. Meskipun Edward sempat berteriak memanggil, bahkan mengejar, tapi Azura tak mau lagi peduli. Dia pergi begitu saja dengan bersumpah dalam hati untuk tidak akan pernah memaafkan Edward. Saat itu juga dia mengatakan pada Edward lewat pesan chat, "Kita sudah berakhir. Jangan pernah menemuiku lagi!" Azura masih mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Pikirannya kacau sampai dia tidak lagi sadar jika sudah melaju lebih dari dua jam. Mobilnya sudah jauh meninggalkan jalanan kota. Melewati jalanan yang sepi pengguna. Bayangan Edward tumpah tindih dengan Alya tadi kembali menari di benaknya. "Kenapa?!" Dia berteriak melampiaskan emosi yang memuncak. Sungguh Azura menyesal. Selama ini dia mencintai Edward dengan setia. Meskipun dia dan Edward selalu hidup berjauhan dan harus menjalani LDR karena masing-masing harus belajar di luar negeri, tapi Azura selalu menjaga kesetiaan dan selalu percaya seratus persen pada Edward. Pria itu bukan hanya selalu memberinya perhatian yang baik, juga sudah dekat dengan keluarganya bahkan Mereka sudah mendapatkan Restu dari keluarga Brahmana kecuali Azam, dan sialnya Azura begitu mencintai Edward melebihi apa pun. Azura juga menyesal saat tidak pernah menggubris ucapan kakak kembarnya itu yang selalu mengatakan jika Edward bukan pilihan yang baik. Kala itu Azura tidak pernah menganggap ucapan Azam. "Jika dia benar-benar serius padamu, jika dia benar-benar mencintaimu, dia akan segera melamarmu. Apapun keadaannya. Melamar, belum tentu harus secepatnya menikah. Hanya sebagai bukti bentuk keseriusan seorang laki-laki! Tapi dia tidak juga melakukan. Apa namanya, pria seperti itu jika bukan tidak berniat serius?” Azura melamun, Azura termenung mengingat ucapan Azam. Namun dadanya seakan terhimpit beban yang begitu berat hingga dirinya harus mengatur napas dengan susah payah. "Papa beri waktu satu bulan! Jika Edward belum juga melamarmu, maka putus saja kalian." Kala itu Ega pun berpendapat sama dengan Azam. Tapi Azura meyakinkan mereka jika sebentar lagi Edward akan melamarnya. Benak Azura semakin kacau. Dia menepikan mobil di samping pembatas jalan yang membatasi jalan dengan jurang di sampingnya. Azura keluar mobil dengan memegangi dadanya yang terasa begitu sesak. Sakit, kecewa, jijik, semua bercampur menjadi satu sebagai akibat dari penghianatan kekasihnya. Isi kepalanya terasa gelap dan Azura tidak dapat berpikir jernih. Azura menopang tubuhnya pada pembatas jalan sambil matanya menatap ke dalam jurang. Dia tidak memedulikan beberapa kendaraan yang lewat di belakangnya bahkan saat ada beberapa pengendara bersiul atau menggodainya. Yang ada dalam benak Azura saat ini adalah melompat ke dalam jurang dan tenggelam di dasarnya. Mati mungkin mampu melebur lukanya. Pelan Azura menaiki pembatas jalan dan kini dia berpegangan pada besinya. Jika dia lepaskan pegangan tangan, maka bisa dipastikan dirinya akan berguling ke dasar jurang yang curam. Diseberang jalan itu, tiba-tiba terdengar suara berteriak. “Amar, gadis itu sepertinya mau bunuh diri!” Amar, pemuda yang sedang mengendarai motor bersama ibunya itu terkejut, dan menoleh ke arah telunjuk ibunya. “Ya Allah!” Pemuda itu segera menghentikan motornya. “Tolong gadis itu, Amar! Dia bisa mati kalau terjun ke jurang itu!” Ibu pemuda itu berkata pada anaknya. “Tapi, Bu..” “Cepat, Amar! Jangan banyak berpikir! Ini urusan nyawa!” Amar mengangguk, “Iya, Bu. Tunggu sebentar.” Amar yang baru saja akan pulang kerumah dari rumah sakit mengantar Ibunya berobat itu pun segera menstandarkan motornya dan segera berlari mendekati Azura. "Hei, Nona! Hentikan!" Azura menoleh, dia melihat seorang pemuda yang baru saja turun dari motornya dan berjalan tergopoh-gopoh ke arahnya. Di kursi belakang motor tampak seorang perempuan paruh baya dengan ekspresi wajah cemas. Azura tidak mengenal pemuda itu, pun si perempuan tua yang kini berdiri di samping motor. "Apapun masalah kamu, tolong jangan lakukan itu." Si pemuda membujuk Azura. Namun Azura justru naik pitam. Siapa dia beraninya mencampuri urusannya. "Tidak usah ikut campur. Aku tidak kenal kamu dan kamu tidak tahu apa-apa!" hardik Azura dengan mata menyala marah. Si pemuda menggeleng. "Tolong jangan lakukan, Nona. Bunuh diri tidak akan menyelesaikan masalah." Dia ulurkan tangannya pada Azura dan mendekatinya pelan. "Mundur, jangan mendekat!" Ancam Azura. Namun Amar tidak memedulikan seruannya. Dia menangkap satu tangan Azura dan menarik sekuat tenaganya. Tapi malangnya, Azura sudah melepaskan tangan yang lain sehingga berat badannya memaksa dirinya terjatuh. Tetapi Amar masih bisa menahan tubuh Azura dengan satu tangan memegang pergelangan tangan gadis itu dan satu tangan bertahan di besi pembatas jalan.Beberapa tahun kemudian .... Seorang anak berusia 4 tahun tengah sibuk berlarian di dalam supermarket. Ia menjelajahi lorong dan sempat berhenti di estalase yang memampangkan makanan manis sebelum akhirnya kembali berlari. Pada akhirnya, anak itu berhenti di pojok ruangan dan berjongkok, bersembunyi di balik tumpukan kotak berisi stok makanan ringan. "Hehehe~" Anak itu tertawa kecil, sebelum kemudian menutup mulutnya sendiri. Ia tengah bersembunyi. Dan yakin bahwa tidak akan ada yang menemukannya di sini. Namun, sepertinya anak itu terlalu percaya diri. "Nathan." Tiba-tiba seorang pria yang tampaknya berada di usia tiga puluhan datang. Tubuhnya yang tinggi besar menjulang di depan tumpukan kardus yang dipakai bocah 4 tahun itu untuk bersembunyi. "Sudah main-mainnya. Ayo pulang." Si bocah yang dipanggil 'Nathan' itu langsung cemberut. "Papa kok tahu aku di sini si?" ucapnya. "Aku lagi main petak umpet, Pa." "Sama siapa?" tanya sang ayah. "Nala." Bocah itu menyebutkan nama saud
"Istriku memang cantik. Tidak perlu pengakuan orang lain lagi." Keheningan menyambut ucapan Kaisar tersebut, sementara Embun tersenyum kikuk akibat ulah sang suami. "Haha, saya setuju, Pak Kaisar. Saya setuju." Orang yang tadi berkomentar menanggapi dengan canggung. "... Bicara yang baik," bisik Embun pelan agar tidak didengar orang lain selain sang suami. "Memang aku sedang menjelekkan orang lain?" balas Kaisar sama pelannya. "Jangan pura-pura tidak tahu seperti itu, Kaisar Rahardja." Kaisar menghela napas. "Baiklah." Keduanya kemudian kembali menghadapi para tamu di depan mereka. "Oh, saya dengar Nyonya Embun sedang hamil, Pak?" Salah seorang tamu mengalihkan topik pembicaraan. "Semoga sehat-sehat selalu ya, baik ibu dan bayinya." Mendapatkan doa baik untuk istri dan anaknya, Kaisar tampak lebih ramah. "Terima kasih. Mohon doanya untuk keluarga kecil kami." Pria itu berkata. Seperti mendapatkan sinyal aman, semua tamu langsung mengobrol mengenai kehamilan Embun. "Apakah
"Saya, Kaisar Rahardja, menjadikan Embun Prajaya sebagai istri saya," ucap Kaisar, lurus menatap Embun dengan sorot matanya yang lembut dan penuh kasih. "Pada hari yang istimewa ini, di hadapan semua tamu yang menjadi saksi, saya berjanji akan selalu berada di sisi Embun, setia kepada wanita ini." Ada debar asing dalam dada Embun saat ia mendengarkan janji pernikahan Kaisar. Sebelumnya, mereka hanya menikah di kantor catatan sipil, tanpa berpikir bahwa hubungan mereka akan berkembang seperti ini. Tanpa berekspektasi bahwa mereka akan sama-sama mengikrarkan janji suci sekarang ini. Tidak ada yang romantis, sebelumnya. Embun membutuhkan suami agar ia bisa keluar dari rumah iparnya, dan Kaisar ingin menuruti kata sang ayah. Namun, semuanya sudah berbeda sekarang. "Sebagai suami, saya berjanji dan bersedia akan selalu mencintai Embun. Selalu ada untuk Embun, dalam suka maupun duka, sedih dan senang, sakit dan sehat, dan mendampingi istri saya hingga maut memisahkan." Kaisar mencium
[Info Mengejutkan! Presdir Rahardja Group Ternyata Sudan Menikah Diam-Diam!] Berita itulah yang sedang menjadi perbincangan ramai di media. Banyak pihak yang terkejut dengan kenyataan bahwa Kaisar Rahardja ternyata sudah menikah dan mempunyai istri. Oleh karena itu, banyak wartawan dan rekan media massa lain yang menyesaki Ashtana Hotel, tempat Embun dan Kaisar akan melangsungkan pesta pernikahan, sekalipun mereka tidak diizinkan masuk karena Kaisar sudah mewanti-wanti ibunya agar tidak mengundang orang media. Sepertinya pria itu khawatir pemberitaan hanya akan membuat Embun stres dan berdampak pada kehamilan istrinya. "Kaisar, bukankah ini terlalu mewah?" tanya Embun. Wanita itu sedang didandani saat Kaisar mengunjunginya di ruang ganti hotel. "Berapa banyak tamu yang akan datang?" "Tidak banyak," jawab Kaisar, tanpa mengatakan informasi bahwa ibunya hampir mengundang 500 tamu. "Tapi nyaris semuanya teman-teman Mama." Embun menghela napas. "Meski begitu, Mama turut mengundang
"Meskipun terlihat main-main, Nic adalah anak yang baik dan bertanggung jawab. Saya bisa menjamin itu." Usai mengatakan itu, Kaisar menoleh pada keponakannya dan menepuk bahu Nicholas. Sementara Friska diam saja. Seperti sudah berhenti berfungsi. "Nic, bawa pacarmu duduk." Kaisar tiba-tiba berucap. Nicholas menoleh menatap Friska yang wajahnya masih merah, lalu menarik tangan gadis itu pelan. "Mau keluar dulu saja?" bisiknya menawarkan. Nicholas seperti memahami kalau Friska perlu waktu untuk memproses timbunan informasi yang baru saja jatuh di depan matanya. Samar, Friska mengangguk. "Paman. Aku keluar sebentar. Mau cari minum yang manis-manis. Haus." Nicholas langsung izin. "Mau titip sesuatu?" Kaisar menoleh pada Embun, bertanya tanpa kata-kata. "Tidak. Sedang tidak ngidam." Embun tersenyum kecil. "Yakin?" Kaisar mengusap perut Embun. "Kadang si kecil ini berulah tiba-tiba." "Tapi nanti kalau ada apa-apa, apakah aku boleh telepon?" Embun bertanya pada Nic kemudian. "Ap
"Kamu kenal dengan Nic?" Kini, Embun yang tampak heran. Meski begitu, ia mengangguk. "Kamu kenal juga?" balas istri Kaisar itu kemudian. "Dia keponakan suamiku." Friska makin terkejut saat mendengarnya. "Suamimu seorang Rahardja?" tanya Friska, campuran antara keterkejutan dan tidak percaya, karena ia baru tahu bahwa sahabatnya menikahi keluarga Rahardja. Sementara itu, Embun tampak bingung dengan reaksi Friska. "Hm? Ya?" tanggap istri Kaisar tersebut. "Memang aku belum pernah cerita? Nama suamiku Kaisar Rahardja." "Wah." Friska berdeham, lalu menoleh pada Nicholas yang baru bergabung dengan mereka. "Wah. Kebetulan macam apa ini?" "Aku juga sedikit terkejut saat menyadari ini," ungkap Nicholas. Pria itu menggenggam tangan Friska dengan kasual sembari tersenyum pada Embun. "Halo, Tante. Wajah Tante terlihat lebih segar sekarang." "Wah." Friska masih tampak terkesan, apalagi saat mendengar bagaimana Nicholas memanggil sahabatnya. Kalau begini, pria itu makin terdengar jauh leb
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen