All Chapters of Bukan Pengasuh Biasa: Chapter 31 - Chapter 40
100 Chapters
Dibuang atau Diabaikan?
“Apalagi saat kamu tahu orang-orang yang membuangmu hidup dalam ketenangan tanpa rasa ebrsalah. Kalau kamu tahu rasanya, kamu tidak akan berkata seperti tadi,” lanjut Langit sambil tersenyum kecut.“Hahaha.”Alih-alih membela diri, Jingga malah tertawa tergelak-gelak mendengar apa yang dikatakan oleh Langit. Membuat sang suami mengernyitkan keningnya. Mungkin Langit berpikir kalau saat ini Jingga sudah gila.“Mengapa kamu tertawa?” tanya Langit heran.“Menurutmu lebih baik yang mana, dibuang atau diabaikan?” tanya Jingga yang menjawab pertanyaan Langit dengan sebuah pertanyaan. Dan pertanyaan yang diajukan Jingga juga tidaklah mudah untuk menemukan jawabannya. Sebab, pertanyaan itu juga sepertinya juga berasal dari hatinya yang terdalam.Akhirnya keduanya kembali terdiam dengan pikiran masing-masing.“Keduanya sama-sama menyakitkan. Tapi tidak bisa dipilih,” jawab Langit akhirnya.“Kalau menurutku, lebih baik dibuang daripada diabaikan. Kau ada, tapi tidak pernah dianggap ada. Apapun
Read more
Penolakan Diam-Diam
“Mama kesal, Ara!” teriak Bu Hani kesal.“Ma, sudahlah. Itu juga gak seberapa,” jawab Ara dengan santai.“Tapi, kan dia itu belum tentu benar anak papa kamu! Bahkan hasil dari rumah sakit saja belum keluar. Mengapa sudah berikan modal saja! Bagaimana kalau dia bukan anak papa? Mau diberikan percuma gitu?” tanya bu Hani lagi.Keduanya terdiam beberapa saat. “Bagi Ara itu tidak masalah. Toh semuanya juga tidak menghabiskan semua harta papa. Dan juga mengurus yang sekarang juga Ara sudah cukup. Ada orang yang bisa dianggap kakak itu sangat menyenangkan.”Jawaban dari Ara membuat Langit hanya bisa menghela nafas. Sepertinya sifat yang Ara miliki dari papanya, karena dia tidak terlalu memperdulikan harta. Sebab, mereka juga sudah kaya dan tidak kurang satu apapun.“Kamu bodoh, Ara! Kalau kamu memberikan orang seperti itu dengan kebaikan, mereka akan merebut semuanya dari kamu!” bentak bu Hani.“Aku percaya sama Langit, dia tidak mungkin melakukan itu. dia bukan orang serakah,” jawab Ara.“
Read more
Jangan Bodoh!
“Kita lihat saja besok,” jawab Abizar yang terlihat juga merasa was-was dan khawatir. Meskipun dia sangat yakin kalau Langit adalah anaknya, tapi dalam menghadapi hal ini dia juga dihantui ketakutan.Bukan tanpa alasan Abizar merasa ketakutan, sebab selama dua minggu ini tinggal bersama dengan Langit dan beliau sudah merasa nyaman dan sangat yakin kalau Langit adalah anaknya. Beliau tidak ingin lagi kehilangan Langit seperti saat Langit kecil yang tiba-tiba panti asuhannya menghilang dan tidak ada yang tahu kemana mereka pindah.Dulu yang paling Abizar takutkan adalah kalau pengurus panti menggantikan nama anak yang sudah mereka berikan, sehingga itu akan mempersulitnya mencari Langit. Dia benar-benar merasa bersalah karena tidak terpikir mencari Langit di sekolah-sekolah. Dia hanya terfokus mencari panti asuhan yang hilang.“Apa yang akan bapak lakukan kalau ternyata hasilnya kita tidak cocok?” tanya Langit sambil menyesap minuman yang tadi diberikan oleh Biru.Sedangkan Biru yang ta
Read more
Hasil dari Rumah Sakit
Tangan Langit tampak sedikit gemetaran ketika amplop itu sudah di tangannya. Dia tahu, ini adalah jalan dan satu-satunya cara untuk melangkah ke depan. Agar hubungannya dengan Abizar menjadi jelas.Sreet!Langit dan Abizar membuka amplop itu secara bersamaan. Dan Langit juga sudah memantapkan hatinya akan menerima apapun hasil yang akan dia lihat nanti."Syukurlah," ujar Abizar dengan senyum yang mengembang di bibirnya.Sedangkan Langit hanya terdiam mematung menatap hasil tes yang ada di tangannya. Dia bahkan tidak tahu harus bereaksi seperti apa.Iya, hasil tes yang mereka dapatkan adalah mereka dinyatakan cocok. Dan itu artinya, Abizar benar kalau Langit adalah anak kandungnya."Selamat, ya," ucap dokter sambil tersenyum dan menyalami keduanya dengan ramah.Dan Langit hanya diam tidak memberikan reaksi apapun, bahkan sampai mereka tiba di area parkiran."Kamu butuh sesuatu?" tanya Abizar yang khawatir melihat kondisi Langit yang malah tampak drop saat mengetahui hasilnya."Aku mau
Read more
Serba Salah
"Maksudnya?" tanya bu Juni keheranan.Bu Juni tahu, Langit memang sekarang tinggal di rumah Abizar. Tapi, rasanya begitu cepat untuk Langit tahu penolakan dari istrinya Abizar. Kecuali diberitahukan secara langsung."Apa kamu mendapat perlakuan buruk dari beliau?" tanya Bu Juni yang pastinya merasa tidak senang kalau ada yang berbuat jahat kepada anaknya, meskipun itu bukan anak kandungnya.Langit menggelengkan kepalanya. "Tidak. Perlakuan beliau sangat baik."Bu Juni semakin tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Langit. "Kalau begitu, mengapa kamu bisa menyimpulkan kalau beliau tidak senang?" tanya bu Juni penasaran."Aku mendengarnya sendiri," jawab Langit.Langit kemudian menceritakan semua yang didengarnya itu kepada bu Juni. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Dia tidak ingin merasa menjadi penghancur keharmonisan rumah tangga Abizar dan Hani.Yang Langit pikirkan hanyalah bagaimana kehidupan Jingga dan Biru kalau dia menolak bantuan Abizar. Dan kalau dia menerima bantuan
Read more
Harus Membiasakan
"Ah gapapa," jawab Abizar sambil tersenyum dan mengalihkan pembicaraan kepada hal lainnya.Langit sudah dewasa, dia begitu mudah paham dan peka dengan semua yang didengar ataupun yang dia lihat.Dia sangat yakin, kalau ada sesuatu yang disembunyikan oleh Abizar kepadanya.Dan di satu sisi, Abizar juga merasa begitu takut. Langit memiliki masalah dengan Fargo. Dia tidak mau kejadian lama terulang, karen Fargo adalah manusia berhati iblis.Awal mula Abizar memilih tinggal di desa itu karena memiliki masalah dengan Fargo. Mereka memang sejak awal adalah rival bisnis. Namun, semakin lama Fargo semakin menggila. Bahkan gerak Abizar saja menjadi sangat terbatas, dan akhirnya semakin sulit bergerak. Teror dan fitnah begitu lancar dijalankan Fargo. Itulah yang membuat Abizar menyerah, menutup semua bisnisnya. Dan sayangnya hanya sedikit modal yang didapatkan. Semua asetnya seperti direbut paksa, karena tidak ada harganya. Tidak ada yang mau membeli dengan harga mahal. Semua karena Fargo.Abi
Read more
Keputusan Abizar
Langit tidak menjawab, dia tampak menikmati pemandangan yang tidak akan ditemukannya di kotanya.Entah apa yang aman Jingga katakan kalau Langir memutuskan apa yang harus dilakukannya. Bahkan bisa jadi pilihan yang akan diambilnya itu tidak pernah terpikirkan oleh Abizar. Bisa jadi tidak disarankan."Ada apa?" tanya Jingga yang juga sudah menyelesaikan makannya."Gak ada apa-apa," jawab Langit."Apa yang kamu pikirkan?" tanya Jingga lagi."Hanya sedang menikmati pemandangan ini dan melihat mereka yang tampak bahagia dengan pekerjaannya," jawab Langit.Jingga hanya tertawa mendengar jawaban dari Langit. Karena sepertinya Langit memang butuh udara yang segar untuk menenangkan pikirannya.Keduanya kembali ke rumah saat senja mulai gelap. Bahkan Biru tampak sudah mandi sore dan sibuk menonton televisi sambil menikmati cemilan."Jalan sampai kemana?" tanya Bu Hani melihat kedatangan anak tirinya dan menantunya itu."Hanya melihat-lihat sawah dan orang-orang yang pulang," jawab Jingga."Mot
Read more
Tidak Terlihat Bukan Berarti Tidak Ada
"Bagus deh kalau sadar," ujar bu Hani bergumam, namun masih bisa di dengar oleh Langit.Yang tidak kalah terkejut saat mendengar jawaban dari Langit tentu saja Jingga. Menurutnya, Langit menyia-nyiakan kesempatan yang ada.Entah pilihan apa yang akan diambil oleh Langit, Jingga tidak lagi peduli. Langit terlalu bodoh baginya. Hanya mementingkan perasaan bu Hani, tanpa peduli kehidupan mereka kelak."Kamu akan memilih salah satu tawaran yang papa berikan beberapa hari lalu?" tanya Abizar yang merasa tidak sabar menunggu Langit meneruskan kalimatnya.Langit menggelengkan kepalanya. "Tidak juga."Dan jawaban dari Langit itu membuat Jingga rasanya ingin tertawa. Entah apa yang ada di dalam pikiran Langit."Jadi?" tanya Abizar lagi."Berikan saja padaku pabrik yang diambang kebangkrutan itu. Biarkan aku menyelamatkannya."Langit menjeda kalimatnya, dia melirik ke arah bu Hani yang tampak menyunggingkan senyumannya. Beliau sangat bahagia mendengar jawaban Langit."Jika aku berhasil, berikan
Read more
Tempat Jin Buang Anak
"Maju," jawab Langit dengan santai melangkahkan kakinya semakin mendekat ke arah pabrik.Dan sepertinya saat ini pabrik itu juga tidak lagi produksi untuk umum, hanya produksi untuk pemakaian pribadi. Dan juga karyawan hanya bisa dihitung dengan jari.Dengan membulatkan tekadnya, Langit tetap terus percaya kalau dia mampu membuat pabrik itu berdiri kokoh. Dan namanya akan semakin dikenal oleh orang karena usahanya sendiri, bukan karena nama Abizar."Jangan memaksakan diri. Papa bisa berikan yang lainnya kalau kamu ada pilihan lain," ujar Abizar masih mencoba membujuk Langit."Aku bisa," jawab Langit.Setelah seharian melihat dan mempelajari perusahaan itu, Langit paham dengan kendala yang mereka hadapi yaitu akses yang tidak terlalu baik.Langit berniat akan membangun akses terlebih dahulu sembari perlahan memperbaiki proses. Dan pastinya dia akan memperbaiki sumber daya manusia nya.Bukan hanya di dalam pabrik yang menjadi perhatiannya. Termasuk lingkungan sekitar. Itu karena dia mem
Read more
Perjalanan Baru
“Kenapa kau tampak sangat ketakutan? Bukannya kau membenci bu Hani?” tanya Jingga.Langit menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Jingga. “Aku tidak membencinya, beliau sangat baik. Hanya saja beliau memiliki rasa takut itu wajar, dan aku tidak mau membuat keluarga mereka bermasalah.”“Munafik!” ledek Jingga.“Aku serius, makanya aku mengambil pilihan untuk menyelesaikan masalah pada perusahaan mereka yang hampir bangkrut saja, karena itu adalah pilihan yang terbaik. Bu Hani tidak merasa aku akan merebut harta mereka, dan aku juga bisa mengembangkan diri disana,” jawab Langit dengan santai.Jingga tersenyum, dia tampak begitu menikmati rokok yang ada di tangannya itu. Bahkan jika dilihat sekilas, malah Jingga lebih pro daripada Langit saat memegang rokok.“Ya, semoga semuanya berjalan sesuai dengan harapanmu,” ujar Jingga.“Dan kalian nantinya akan ikut tinggal disana, tidak mungkin kalian akan menumpang terus di rumah ini,”jawab Langit.Jingga tidak menjawab. Dan yang Jingga pik
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status