All Chapters of Bukan Pengasuh Biasa: Chapter 51 - Chapter 60
100 Chapters
Mari Kita Lihat
"Hah? Apa?" tanya Langit keheranan mendengar apa yang dikatakan oleh Jingga.Bagaimana bisa seorang anak mau melaporkan ayah kandungnya ke polisi atau ke media. Apalagi semuanya orang pasti tahu laporan tindak kriminal seperti itu pasti sangat mempengaruhi reputasi Fargo.Walaupun alasan yang digunakan itu sudah tepat, dan juga apa yang Fargo lakukan itu sudah selayaknya dilaporkan. Tapi, tetap saja berbeda rasanya kalau Jingga yang melaporkan."Iya, aku akan memberikan pernyataan kepada media seperti apa kelakuan papa. Aku yakin kalau media tahu semua akan mudah menyebar," jawab Jingga dengan mantap."Kenapa?" tanya Langit yang masih tampak tidak mengerti apa yang diinginkan oleh Jingga."Kau masih bertanya? Bukankah sudah jelas apa yang dilakukan oleh papa. Bahkan kau sendiri yang merasakan hampir mati karena ulah papa," jawab Jingga.Langit terdiam, bahkan dia tampak memejamkan matanya seolah sedang berpikir."Jangan lakukan itu," ujar Langit setelah terdiam beberapa saat.Jawaban
Read more
Berita Heboh
“Jangan takut, dia bukan Tuhan,” ujar Langit kepada Beni.Langit juga tidak bisa berbuat apa-apa, karena semua itu tergantung keputusan Jingga. Kalau Jingga menginginkan pulang ke rumah Fargo atas kemauannya sendiri, Langit tidak akan memaksanya.Dan saat ini juga, Jingga lebih memilih untuk ikut Langit pergi ke desa terpencil itu, karena ingin menghindari sang ayah.Jingga sendiri yakin kalau nantinya Fargo akan menyerah sendiri dan melupakannya.“Ya, benar sekali. Dan kejadian seperti ini sering banget terjadi pada keluarga kaya, anak mereka kabur dan mereka memaksa anaknya pulang dengan menggunakan kekerasan. Kasihan sekali,” ucap Beni lagi sambil menerawang.“Karena dia merasa harta yang dimilikinya masih kurang, makanya mereka akan menjadikan anaknya sebagai alat tukar untuk mendapatkan modal dan keuntungan yang besar dari investor,” jawab Langit.“Benar-benar gila.”Keesokan harinya, Jingga benar-benar ikut Langit pergi ke desa terpencil itu. Dia sudah yakin akan membantu Langit
Read more
Nama yang Hampir Mirip
“Ada apa?” tanya Jingga heran melihat Langit yang tampak tidak nyaman meliht berita yang sedang disiarkan.‘[Polisi harus memeriksa café tersebut, karena menurut masyarakat itu sudah sangat mengganggu membuat mereka ketakutan untuk beraktifitas.]’Dan para wartawan pun melakukan wawancara kepada beberapa orang masyarakat disana, mereka mengaku mendengar suara tembakan beruntun itu cukup lama. Dan mereka juga mengatakan melihat beberapa mobil yang keluar dari area café tersebut dengan kecepatan tinggi.“Itu kejadian kemarin,” jawab Langit pelan.“Iya, memang kemarin. Kan tadi pembawa acaranya bilang kalau itu kejadiannya kemarin,” ujar Jingga yang masih belum paham.
Read more
Bisikan untuk Langit
“Hanya mungkin nasib kami berbeda,” jawab Langit cuek.Langit yang sudah menguasai keadaan menyunggingkan senyuman kepada Jingga. Dia harus siap menerima siapa pun yang datang.Mau siapa pun yang datang, mereka tidak akan mengenalnya. Siapalah dia, hanya seorang anak yang dibuang karena tidak diinginkan. Jadi, jangan terbawa perasaan.“Sadarlah Langit, dia tidak akan mengenalmu. Bahkan kau saja tidak akan dilirknya,” ujar Langit dalam hatinya dan menyesap kopi yang berada di atas mejanya.Kebetulan Langit dan Jingga memilih satu ruangan untuk mereka, agar mereka lebih mudah untuk berkomunikasi. Jingga bia mengajari Langit banyak hal. Bahkan kadang jauh lebih semangat Jingga daripada Langit.“Haha
Read more
Pujianmu adalah Hinaan untukku
Jingga membulatkan matanya mendengar apa yang dikatakan oleh Langit.“Darimana kamu tahu semua itu? Apakah kamu berbakat untuk menjadi pengarang?” tanya Jingga yang pastinya masih merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Langit.Jingga merasa kalau saat ini Langit sedang bermain-main, karena bisikan dari Zafran.“Apa kamu lupa kalau aku sudah bertemu dengan papa kandungku? Dari mana aku lahir kalau hanya punya papa? Pastinya aku memiliki seorang ibu yang telah menampungku di dalam rahimnya selama sembilan bulan, meskipun setelah itu aku langsung disuruh berusaha sendiri kalau mau hidup,” kekeh Langit.Jingga mengangguk, dia tahu kalau seorang anak pasti memiliki ibu. Hanya saja, mungkin Langit saja yang kurang beruntung, sehingga dia ti
Read more
Boleh Saya Bertanya?
“Aku mendapat undangan,” jawab Langit sambil tersenyum.Jingga mengernyitkan keningnya melihat Langit yang begitu bahagia. “Undangan dari siapa? Pernikahan? Atau undangan apa?”Langit menyodorkan undangan itu kepada Jingga dan meminta sang istri untuk membacanya sendiri. Dan beberapa saat Jingga tampak begitu fokus dengan undangan itu.Tiba-tiba…“Selamat, akhirnya kita diakui di dunia perbisnisan,” ujar Jingga yang dengan refleks memeluk Langit dengan erat.Bagaimana mereka tidak bahagia, itu adalah undangan penghargaan. Perusahaan yang mendapat undangan itu biasanya adalah perusahaan-perusahaan yang diakui oleh mereka memiliki sesuatu yang menarik. Dan tahun ini perusahaan mereka m
Read more
Bukan Anak yang Diharapkan
Deg!Jantung Langit terasa berhenti berdetak saat dia melihat siapa orang yang ada di hadapannya ini. Pandangan mereka bertemu, dan itu membuat Langit merasa tidak karuan.Langit dan Jingga saling pandang, keduanya seolah-olah memiliki ke bimbangan masing-masing. Dan seperti sedang berbicara melalui telepati.Sudah pasti keduanya terkejut melihat wanita di hadapannya itu, dia adalah Maika Lubasya. Dia adalah ibu kandung Langit. Dan entah apa yang membawanya untuk menyapa Langit."Oh iya, boleh," jawab Langit dengan terbata-bata.Sudah pasti Langit gugup, walaupun ini adalah kali keduanya bertemu secara langsung, tapi rasanya kali ini sangat berbeda."Siapa nama kamu tadi?" tanya Maika sambil tersenyum."Langit Lubasya Gauri," jawab Langit. Dia sangat yakin kalau sekarang Maika teringat sesuatu dengan nama tersebut. Atau Maika juga akan marah seperti yang dilakukan oleh Zafran karena namanya Lubasya?"Dimana kamu
Read more
Penyesalan Seorang Ibu
"Bahaya untuk kalian jalan di tengah malam seperti itu. Kenapa gak pilih menginap saja? Araka punya hotel, bahkan di rumah bu Juni juga menyiapkan kamar untuk kalian pulang kesana. Ini malah pulang kesini menempuh perjalanan dua jam tengah malam," ujar Abizar keesokan paginya.Beliau sedang duduk berdua dengan Langit, sedangkan Jingga mengantarkan Biru ke sekolah sekalian menunggunya pulang.Jingga mengatakan kalau dia akan menikmati cuti ini dengan bermain bersama Biru sepuasnya."Jingga mau pulang agar bisa mengantarkan Biru ke sekolah, Pa. Katanya dia sangat jarang melakukan itu untuk Biru," jawab Langit.Sontak saja jawaban dari Langit itu membuat Abizar memandang wajah Langit tidak percaya. Bagaiamana bisa seorang Jingga berubah secara tiba-tiba."Sejak kapan dia peduli kepada Biru? Bukankah selama ini dia tidak pernah peduli kepada Biru," tanya Abizar benar-benar keheranan.Langit menghela nafas berat dan menyunggingkan sen
Read more
Tamu di Depan Rumah
Tes!Satu tetes bening yang jatuh dari langit mengenai wajahnya. Dia menghapus dengan jarinya, dan bahkan saat ini malah air matanya yang jatuh berderai."Alam pun menangis melihat kekejaman seorang ibu kepada anaknya. Maafkan aku," gumam Maika lagi.Ingin sekali rasanya dia memeluk Langit dan meminta maaf kepadanya atas apa yang telah dia perbuat.Namun, semua itu hanyalah menjadi khayalannya. Bahkan lidahnya tidak mampu berucap yang sebenarnya."Nyonya, hari mau hujan. Sebaiknya masuk."Seorang pembantu rumah tangga mendatanginya dan mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah, mereka tidak ingin melihat sang majikan menjadi sakit. Meskipun mereka tidak tahu apa masalah yang sangat mengganggu Maika.Hujan yang semula hanyalah tetesan kecil dan jarang, sekarang tetesan yang jatuh mulai membesar diiringi oleh angin."Sebentar lagi, Bi," jawab Maika berusaha tersenyum.Saat ini, Maika memang tinggal seorang d
Read more
Tidak Mau Merusak Reputasi Keluarga Lubasya
"Apakah aku berhalusinasi?" tanya Jingga dengan membesarkan bola matanya, memastikan kalau dia tidak salah melihat."Entah apa yang diinginkannya," gumam Langit pelan.Langit berusaha untuk bersikap biasa saja, namun kenyataannya tidak bisa. Matanya terus memperhatikan ke halaman rumahnya. Dan dia segera memarkirkan mobilnya.Bagaimana tidak, mereka pastinya tidak pernah menyangka kalau Maika akan datang ke rumah mereka. Mereka juga tidak tahu apa yang membawa Maika kesana.Apakah Maika akan mengakui kalau Langit adalah anaknya?"Mencari siapa, Bu?" tanya Langit bersikap senatural mungkin.Langit tidak akan menunjukkan kepada Maika kalau dia sebenarnya tahu kalau Maika adalah ibu kandungnya. Langit tidak mau merusak nama baik Maika dan keluarga Lubasya karena kehadirannya.Dan juga, saat ini Langit sudah hidup berkecukupan dari bantuan Abizar, bahkan meskipun dia kesusahan Langit tidak akan mencari Maika. Kecuali Maika yang mengingat dan mencarinya seperti yang Abizar lakukan.Maika m
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status