All Chapters of Bukan Pengasuh Biasa: Chapter 21 - Chapter 30
100 Chapters
Meminta Bantuan Abizar
“Katakan mengapa kau lakukan ini, hah?” tanya Langit yang belum juga melepaskan cengkeraman tangannya.Jingga berusaha memberontak dan melepaskan diri dari cengkeraman Langit. Namun, karena tenaga Langit lebih kuat. Pastinya tidak mudah untuk melepaskan diri. “Langit! Apa yang kamu lakukan?” tanya Jingga dengan suara yang tercekat.Seketika Langit tersadar dengan apa yang dilakukannya, dan langsung melepaskan tangannya dari Jingga.Uhuk! Uhuk!Jingga terbatuk-batuk dan berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Dia baru pertama kalinya melihat Langit sampai semarah ini. Padahal Jingga juga tidak tahu apa yang terjadi, dan mengapa Langit melakukan itu sambil menyebut panti asuhan.Jingga memang tahu dengan panti asuhan yang dulu menjadi tempat tinggal Langit. Dan Jingga juga mengakui kalau dia sempat mengancam Langit dengan panti asuhan itu. Tapi, apa yang Langit katakan malam ini Jingga benar-benar tidak mengerti.Mereka baru saja pulang dari rumah sakit dan pindah ke apartemen i
Read more
Belum Terbiasa
“Aku belum terbiasa,” jawab Langit pelan.Langit menghela nafas berat, dia tidak tahu apakah dia akan percaya dengan semua yang dikatakan oleh Abizar atau tidak. Yang terpenting saat ini adalah dia harus menyelamatkan panti asuhan terlebih dahulu.“Tidak usah cemas, besok pagi akan papa selesaikan,” ujar Abizar lagi.“Terima kasih,” ucap Langit sebelum menutup sambungan telepon tersebut.Tut!Sambungan telepon terputus, Langit kembali menyalakan rokoknya. Akhirnya tidak ada pilihan lain, dia harus meminta bantuan Abizar. Lelaki yang baru saja ditemuinya beberapa hari yang lalu dan mengaku sebagai papa kandungnya.Pfuuuh!Langit membuang asap yang memenuhi rongga tenggorokannya. Ada rasa lega dan juga beban baru yang secara bersamaan memenuhi hatinya. Dia lega karena akhirnya bisa menyelamatkan panti asuhan, meskipun dia belum tahu hasilnya.Dan juga ada beban baru di dalam dadanya, yaitu dia harus mengakui kalau Abizar adalah benar ayah kandungnya. Sedangkan dia tidak tahu kebenaran i
Read more
Ini Sebuah Takdir
“Bapak siapa?” tanya bu Juni keheranan saat mendengar jawaban dari Abizar.Bu Juni juga memandang Langit dan Abizar secara bergantian. Bahkan beliau tidak sempat mempersilakan masuk saking herannya dengan apa yang dia dengar ini.“Langit?” tanya bu Juni yang merasa kalau Langit tahu sesuatu, apalagi Langit meminta bantuan Beni untuk menjaga Biru.Langit hanya bisa menghela nafas berat. “Biar beliau yang menjelaskannya, Bu. Langit juga tidak paham.”Langit mengajak Abizar dan ibunya untuk masuk ke ruang tamu yang masih ada kursi yang sudah rapuh disana. Sepertinya ibunya memang belum mengeluarkan semua barang-barang yang besar, sehingga kursi itu masih disana, seperti semula.“Ini sertifikatnya,” ujar Abizar memberikan sertifikat rumah itu yang belum digadaikan di sebuah bank.Lagi-lagi hal itu membuat bu Juni terkejut, sertifikat yang sudah sekian tahun disekolahkan di sebuah bank swasta, dan saat ini berada di tangannya.“Apakah bapak yang akan membeli tempat ini dan mau menggusurnya
Read more
Fargo Bergerak Begitu Cepat
"Hal urgent?" tanya Langit sambil bergumam.Bu Juni dan Abizar menatap Langit khawatir. Karena sepertinya terjadi sesuatu kepada Jingga."Ada apa, Nak?" tanya Bu Juni akhirnya membuka suaranya. Beliau merasa sangat khawatir melihat Langit yang tampak begitu serius dan mengkhawatirkan.Langit tergagap. "Jingga menelepon, katanya ada hal urgen yang terjadi," jawab Langit dengan pelan."Kamu pulang saja, selebihnya disini biar papa yang urus. Dan kami juga akan bantu beres-beres disini," ujar Abizar kemudian.Langit menatap Bu Juni cukup lama. Ada rasa tidak tega meninggalkan ibunya itu saat ini, meskipun memang urusan penggusuran sudah selesai.Namun, Langit bisa melihat banyak yang harus dibantu untuk menyusun kembali barang-barang ibunya. Ibunya hanya seorang diri, adik-adiknya yang lain masih kecil."Kamu tenang aja, biar papa yang menjaga panti. Oh iya untuk pulang sebaiknya kamu sama Beni aja. Kasihan Biru masih mau main sama Beni. Lagian nanti kamu gak konsentrasi," ujar Abizar la
Read more
Tidak Mengerti Bahasa Manusia!
"Kita akan tinggal dimana?" tanya Jingga kemudian.Jingga tahu pertanyaannya mungkin tidak sopan atau sangat tidak tahu malu, karena saat ini kalau dia memutuskan untuk tidak mengikuti kemauan Fargo, itu artinya hidupnya hanya bergantung kepada Langit."Pastinya kamu sudah tahu kita harus tinggal dimana. Untuk saat ini, ya hanya panti lah tujuanku pulang," jawab Langit sambil tersenyum.Langit paham kalau Jingga pastinya merasa keberatan tinggal disana. Namun, apa yang bisa dilakukan? Bahkan mereka saat ini hanya memiliki uang yang sudah sempat mereka tarik beberapa hari lalu sebelum kartu di blokir.Bahkan mungkin uang yang dimilikinya tidak akan cukup untuk menyewa sebuah kontrakan. Dan juga sayang uangnya, sementara mereka belum tahu apa yang harus dihadapi ke depannya."Sempit-sempitan disana?" tanya Jingga lagi.Langit menggelengkan kepalanya. "Gak, kamu tenang saja. Rumah itu besar dan sekarang hanya ada beberapa anak saja. Karena ibu sedang mengurus penutupan izin panti dan rum
Read more
Rumah Selalu Terbuka
Langit menghela nafas berat saat melihat orang itu adalah salah satu pengawal Abizar."Siapa yang kau panggil?" tanya Jingga keheranan. Apalagi dengan jelas si sopir menyebut 'tuan' dan melihat ke arah Langit."Tuan Langit," jawab sopir tersebut.Langit menghela nafas berat, apalagi saat Jingga menatapnya dengan penuh tanda tanya."Kau siapa?" tanya Jingga lagi karena Langit masih belum bergeming."Orang suruhan Tuan Abizar. Nama saya Jodi," jawabnya memberitahukan namanya.Jingga semakin bingung. Dia bahkan tidak tahu dengan orang yang disebutkan oleh Jodi tersebut. Namun, apa hubungannya dengan Langit."Langit, siapa mereka?" tanya Jingga yang merasa khawatir kalau mereka adalah orang-orang Fargo yang akan mencelakai mereka.Langit menggelengkan kepalanya. "Sudahlah, ayo naik. Tenang aja aman, aku kenal dia."Langit menarik tangan Jingga dan juga Biru mendekat ke mobil tersebut. Sopir yang bernama Jodi itu membantu memasukkan barang mereka ke mobil."Tolong antarkan kami ke panti sa
Read more
Keraguan Langit
"Bagaimana?" tanya Abizar kemudian menatap Langit dan Jingga secara bergantian.Sementara Araka hanya diam, menyimak setiap pembicaraan dari papanya dan kakak yang baru dikenalnya."Sebaiknya pulang saja ke rumah dulu, disana kalian bisa menenangkan pikiran. Dan aku yakin Biru pasti akan senang di rumah sana," saran Araka."Jangan langsung mikir bisnis, Pa. Mereka butuh ketenangan dulu. Apa yang terjadi itu pasti membuat mereka syok. Terutama Kak Jingga," lanjut Araka.Langit melihat ke arah sang istri. Dia setuju dengan apa yang dikatakan Araka di akhir kalimatnya, kalau Jingga yang paling syok. Pastinya Jingga tidak akan terbiasa dengan kehidupannya yang susah kalau dia memaksa Jingga tinggal di panti. Namun, masih ada keraguan di hatinya mengenai hubungannya dan Abizar. Bagaimana kalau salah?Hal yang paling Langit takutkan saat ini adalah, kalau semua itu salah. Abizar salah mengakui orang, karena bisa jadi bukan Langit orang yang dia cari. Siapa tahu tertukar.Berbeda dengan Lan
Read more
Siapa Sebenarnya Ibuku?
“Santai,” bisik Jingga tersenyum sinis ke arah Langit.“Selamat datang, pasti kalian sangat lelah sekali,” sambut wanita yang bernama Hani itu. dia adalah istrinya Abizar.Bu Hani menyambut kedatangan Langit tampaknya dengan sangat antusias, senyum terus terkembang di bibirnya. Sehingga membuat Langit lama-lama melupakan kecanggungannya. Dia merasa di terima di dalam keluarga ini.“Ma, ini Langit yang papa ceritakan kemarin. Dan ini Jingga istrinya, yang ini Biru anak mereka,” ujar Abizar memperkenalkan Langit kepada istrinya.Bu Hani mengangguk, memeluk satu persatu anak dan menantunya itu. “Mama sudah masak, kalian pasti capek. Sebelum istirahat kita makan dulu.”Sambutan hangat dari bu Hani membuat Langit merasa menemukan keluarga baru, namun Langit tidak tahu apakah itu sambutan tulus atau hanya sebuah keterpaksaan. Yang pasti saat ini, mereka bisa menenangkan diri dan menghindari mata-mata Fargo.“Terima kasih,” ucap Langit sungkan.“Panggil saja ‘mama’ sama seperti Ara. Kalian s
Read more
Langit Lubasya Gauri
Uhuk!Abizar terbatuk saat Langit kembali bertanya tentang siapa ibu kandungnya. Padahal sejak awal, Abizar sudah menjelaskan kalau ibu kandungnya sudah memiliki keluarga.“Aku yakin alasan yang sebenarnya bukan karena beliau sudah berkeluarga, kan? Karena bapak pun sama, sudah memiliki keluarga. Pasti ada alasan lain?” tanya Langit mendesak Abizar.Abizar terdiam, mengingat masa lalu sama saja dengan membuka luka lama. Banyak kenangan yang tidak ingin diingatnya.“Namaku Langit Lubasya Gauri. Sedangkan nama bapak dan anak bapak yang lainnya tidak ada yang terdiri dari tiga suku kata. Dan mengapa namaku tiga suku kata? Apa artinya Lubasya?” tanya Langit lagi yang seperti sedang mendesak Abizar untuk memberitahukannya sesuatu.Langit seolah-olah sedang mengeluarkan pertanyaan yang sudah begitu lama bersemayam di dalam kepalanya. Dan sekarang dia merasa waktu yang tepat untuk bertanya.“Jadi, siapa beliau?” tanya Langit mengejar Abizar untuk segera memberitahukan siapa ibu kandungnya. D
Read more
Tidak Tahu Rasanya Dibuang
“Hei! Bangun! Mengapa kau tidur disini?”Suara itu sungguh berisik dan membuat Langit membuka matanya. Betapa terkejutnya dia saat melihat cahaya matahari sudah mulai bersinar, dan Jingga berdiri di depannya dengan berkacak pinggang.“Mengapa aku disini?” tanya Langit memegang kepalanya yang rasanya terasa sangat sakit.“Seharusnya aku yang bertanya begitu. Orang-orang semuanya gak ada yang berani bangunin kamu karena papa kamu juga gak tega bangunin kamu, malah di selimutin,” jawab Jingga kesal.Dan Langit melihat tubuhnya memang di selimuti oleh selimut tebal. Mungkin dia terlalu lelap, sehingga mereka tidak tega banguninnya.“Disuruh diamin jangkrik, malah tidur disini,” lanjut Jingga mencebik.Ternyata semalam, saking sakit hatinya Langit sampai tertidur di kursi samping itu. Saat membayangkan betapa malang takdir yang menimpanya. Dia memiliki kedua orang tua yang super hebat, namun tidak membuat hidupnya beruntung. Dia terlahir sebagai anak haram mereka dan tanpa ikatan pernikaha
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status