All Chapters of Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan: Chapter 41 - Chapter 50
107 Chapters
Bintang yang Terpendam
Ganes telah berada di ruang kerja Rajendra. Ia benar-benar tak bisa berbicara sepongah beberapa menit belakangan. Terlebih, setelah dipergoki oleh orang yang tengah menjadi bahan perbincangannya dengan Faruk."Sepulang bekerja, kamu masih mau ngojek, kan?"Pertanyaan Rajendra itu berhasil membuyarkan lamunan Ganes. Tanpa mendongak, ia mengangguk mantap."Iya, Pak. Benar.""Kenapa? Karena kamu merasa tak mampu lagi bekerja di sini, jadi membiasakan diri untuk kembali ngojek?"Terang saja, Ganes mendongak. Kedua matanya membeliak. "Bapak jangan asal ngomong. Saya betah di sini. Saya masih mampu kerja di sini. Bahkan lebih dari mampu. Buktinya, saya masih bertahan."Rajendra tak lagi menatap Ganes penasaran. Ia lebih memilih membaca informasi yang disampaikan oleh narasumber yang bisa ia percaya."Lantas?""Karena sejak awal, kerja saya ya itu. Di jalanan. Ngojek sana-sini. Dari ngojek, saya bisa punya banyak tabungan. Kalau saya masih ngojek setelah pulang kerja, bukan berarti saya engg
Read more
Luka Lama
Betapa terkejutnya Ganes saat ia tiba di depan gedung sesuai alamat yang diberi oleh sang direktur utama. Alih-alih langsung masuk demi sejumlah uang yang besar tanpa harus mencari penumpang, ia malah menelan ludah susah payah. Diedarkannya pandang, lantas makin merinding bulu romanya saat sadar tak ada kendaraan lain di sana. Tidak ada selain mobil Rajendra.Beruntung, ingatannya akan nominal uang yang dijanjikan membuatnya kembali meneguhkan tekad. Diparkirkannya motor pada lahan yang disediakan. Tak lupa pula, diamankannya motor dengan kuncian ganda.Usai demikian, ia masuk dengan langkah yang ragu. Lantas merasa de javu. Ia benar-benar teringat akan sesuatu. Namun, dengan secepat kilat diempas begitu saja hingga hanya tersisa ingatan mengenai taruhan berapa hari silam.Meski banyak lampu-lampu temaram gantung yang menghangatkan, ia tetap merasa kedinginan. Semilir angin yang berembus nyatanya kian membuat suasana dalam gedung kesenian itu kian menakutkan.Ganes terus berjalan, me
Read more
Cukup Adil
Ganes baru saja sadar saat jam menunjuk ke angka tiga. Dikerjap-kerjapkannya kedua mata sebab merasa silau tak keruan. Terlebih, seluruh sudut langit-langit ruangan yang putih bersih."A-aku di ma--"Belum juga usai pertanyaannya digaungkan saat ingatannya akan sosok Nyonya Saras di tengah panggung teater dalam gedung kesenian membuatnya terperenyak. Bukan hanya itu saja. Kenangan akan masa lalunya yang silam kembali berkelebat di depan mata.Ganes kembali gemetar. Ia memukul-mukul udara kosong di hadapan seolah-olah mengusir bayangan yang ada di depan mata. Ia menjerit, ketakutan.Diana terperenyak. Ia terbangun sebab merasakan brankar yang disandarinya bergoyang. Ia tergeragap, lantas mencoba menyadarkan Ganes yang tampak ketakutan."Nes! Nes, kamu kenapa? Bangun, Nes!"Sayang, perempuan itu masih megap-megap. Tenaganya yang mulai habis membuat Ganes tak lagi banyak tingkah. Ia berubah menggigil bak orang kedinginan.Diana tak mau ambil pusing. Ia berlari keluar, lantas mencari seor
Read more
Trauma
Ganes tersadar tepat di jam delapan pagi. Silau sinar mentari dan cahaya lampu dari langit-langit kamar perawatan membuatnya mengerjap-ngerjap dengan pelan.Diedarkannya pandang ke segala penjuru arah.Betapa terkejutnya ia saat melihat pada jarum jam yang sudah menunjuk ke angka jam kerja. Dengan cepat, Ganes bangkit dan duduk di brankar. Namun, pening yang menjalar membuatnya berhenti untuk bergerak.Dari pojok ruang perawatan, Diana telah keluar dari kamar mandi. Ia yang terkejut sebab melihat Ganes dalam posisi duduk, langsung beranjak dan mendekat. Disentuhnya sang kawan sambil mengerutkan kening sebab khawatir tanpa sebab."Kamu kenapa, Nes?"Ganes langsung menoleh. Tatapannya tertumbuk tepat pada Diana yang mengernyit heran. Diraihnya tangan Diana sebentar, lantas teringat akan kejadian semalam."Kenapa malah dibawa ke sini akunya, Di? Uang sebanyak itu sayang kalo dikasih ke orang, Di. Ayo, aku mau pulang. Aku udah telat buat berangkat kerja, Di."Tanpa disangka-sangka, Rajend
Read more
Panti Asuhan
"Katakan padaku, Bu. Apa yang terjadi padaku saat itu?"Permintaan Ganes itu tak benar-benar langsung dijawab. Sudah sejak empat puluh menit yang lalu ia terus meminta penjelasan mengenai apa yang terjadi sepuluh tahun silam. Sayang, tak ada yang mau buka suara."Ganes, kami tak tahu apa pun."Ganes mulai frustrasi. Padahal, ia sudah jauh-jauh datang ke Lamongan demi menguak mengenai trauma seperti yang dikatakan oleh dokter yang menangani. Diabaikannya rasa nyeri, melaju sekencang mungkin demi mendapatkan informasi yang bisa ia percayai."Ternyata memang benar."Pernyataan itu diiringi dengan bangkitnya Ganes dari sofa di ruang kerja para pengurus panti. Ia lebih memilih menatao jauh ke luar jendela sembari mengingat banyak kenangan di sana. "Benar aku pernah punya trauma mendalam. Padahal, aku sudah susah payah untuk mengelak beberapa informasi dari paramedis sebab lebih mempercayai kalian."Ganes menunduk, lantas mengusap air yang menggenang di pelupuk mata. "Nyatanya, aku bukan s
Read more
Pesan Suara
Ganes telah duduk berhadapan dengan Faruk di warung. Tak ada aksara yang mereka untai meski telah sepuluh menit duduk berdua.Keduanya masih sibuk menyelami masing-masing rasa yang sebelumnya terpendam. Terlebih, setelah Ganes mengungkit mengenai kematian salah satu pengurus panti asuhan yang disebut-sebut dengan mama."Kenapa enggak cerita?"Sekali lagi, Ganes kembali mengungkit. Ditatapnya gelas es teh manis yang ada di hadapan. Sesekali, tangannya akan mengaduk minuman yang esnya telah mencair sepenuhnya.Faruk menelan ludah susah payah. Ia menunduk, lantas memilih untuk membuang muka."Mama sendiri yang minta."Sontak saja, Ganes menoleh pada Faruk. Diraihnya lengan sang kawan sembari berkaca-kaca kedua matanya. "Kamu di sana? Saat mama meninggal, kamu ada di sana? Kenapa tak pernah memberitahuku, Ruk?"Amarah Ganes telah memuncak. Ia benar-benar tak habis pikir dengan pilihan sang pengurus panti yang paling ia sayangi.Faruk mengangguk. Ia telah memutar tubuhnya agar bisa berhada
Read more
Perundungan
Ganes kecil yang tersenyum cukup lebar telah keluar dari panggung setelah mendapat penghargaan. Tropi juara satu berada dalam genggamannya yang erat. Namun, tepat saat kakinya berpijak pada anak tangga, ada kaki lain yang menjegal.Ia terjatuh, lantas kembali bangkit dengan tegar. Beruntung, ia memang bukan orang yang mudah menangis apa pun rintangannya."Kenapa menjegal?"Perempuan berambut cokelat itu mulai bersedekap. Ia menyeringai, lalu meludah tepat di depan kaki Ganes muda."Kamu hanya beruntung. Keberuntungan yang tepat. Hanya karena suaramu lebih lantang, bukan berarti bakatmu lebih menantang."Sontak saja, Ganes mengedar pandang. Ada beberapa panitia di sana, tetapi tak ada yang berani menghentikan aksi tak terpuji salah seorang lawannya kala beradu peran."Jika aku menang, apakah ini sebuah kesalahan?"Pertanyaan Ganes itu berhasil membuat Tari memicing tajam. Tangannya yang bersedekap telah berkacak pinggang."Tentu saja! Karena kamu, aku tak bisa membuat kedua orang tuaku
Read more
Gedung Kesenian
Diana telah menyeringai. Usai mengistirahatkan sang kawan, akhirnya ia punya kesempatan untuk menghubungi Nyonya Saras.Tanpa ragu, diraihnya kartu nama sang aktris ternama. Lantas, dihubunginya nomor yang tertera.Tanpa menunggu waktu lama, panggilannya telah terhubung dengan sosok yang selama ini ia idolakan. "Nyonya Saras, ini aku. Diana. Aku tau, apa yang terjadi setelah Ganes menerima penghargaan itu."Di ujung lain panggilan, Nyonya Saras meminta izin untuk berlalu. Ia yang tengah melihat bagaimana minat dan bakat aktris-aktris muda yang didapat dari audisi yang dihelat oleh Jendra, harus keluar dari ruangan tanpa bisa dicegah.Sosok Ganes telah membuatnya lupa bahwa masih ada beberapa aktris muda lain yang mungkin punya kemampuan hebat. Yang ia tahu hanya satu. Kemampuan Ganes masih kuat sejak sepuluh tahun silam."Katakan."Hanya butuh satu kata bagi Nyonya Saras untuk mampu membuat Diana mengangguk mantap. Ia mengerjap-ngerjap, lalu menceritakan segalanya tanpa jeda.Betapa t
Read more
Harus Kembali
Ganes telah tiba di gedung kesenian seperti yang sebelumnya. Dihelanya napas panjang sebelum akhirnya mulai masuk dengan degup jantung berdebar kencang.Beruntung, kegiatan untuk seleksi dan pembelajaran mengenai pendalaman peran telah berhenti sejam sebelumnya. Jika tidak, bisa jadi Ganes akan kembali tremor saat melihat dunia peran yang telah membuatnya hancur sepuluh tahun silam.Alih-alih menyambut, Jendra bersedekap di dekat panggung teater yang megah. Mimik wajahnya tampak menyeramkan.Lantas, tergagap Ganes mendekat. "Maaf, Pak. Saya tadi ketiduran. Mohon maafkan kelalaian saya."Jendra tak menjawab. Ia memilih untuk berdecak, lantas menoleh ke lain arah. "Persetan dengan semua omong kosongmu!"Sontak saja, Ganes menelan ludah susah payah. Hampir saja ia mendekat sembari meraih tangan sang direktur utama jika tak melihat sosok Nyonya Saras yang tengah berdeku di hadapan Rajendra.Ganes membeliak. Ia baru sadar bahwa kedua orang di hadapannya tengah bersandiwara. Namun, apa lagi
Read more
Keputusan
Ganes menganga tak percaya. Bukan hanya ia, Nyonya Saras yang ada di hadapannya pun turut membeliak saat mendengar usulan dari Rajendra.Jendra telah mendekat dengan kedua tangan bersedekap. Disunggingnya senyum lebar sebelum akhirnya duduk tepat di hadapan dua perempuan berbeda usia."Bukankah itu jalan satu-satunya untuk jalan keluar kalian? Nyonya Saras akan mendapatkan kembali sosok yang dicari selama ini, sedangkan kamu bisa kembali ke dunia peran? Bukankah itu merupakan simbiosis mutualisme yang menguntungkan kedua belah pihak?"Nyonya Saras menggeleng pelan. Ia benar-benar tak menyetujui tentang ide gila Rajendra."Jangan gila, Jendra! Dia masih punya luka di masa silam!"Rajendra menghela napas. Ia menggeleng dengan pelan. "Bu, luka itu harus diobati. Bukan dihindari. Bagaimanapun juga, bekas luka akan selalu ada dan tampak. Enggak bisa hilang begitu saja. Bukan begitu, Nes?"Ganes masih terdiam. Dipikirkannya banyak kemungkinan yang ada. Terlebih mengenai neraka yang mungkin
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status