All Chapters of Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan: Chapter 31 - Chapter 40
107 Chapters
Menghormatiku
Hari sudah siang saat desas-desus mengenai ketidakhadiran Gracia mulai menggaung di seluruh sudut rumah sakit tempat di mana Ganes bekerja. Banyak orang-orang mengambil kesimpulan sendiri tanpa mau mengkonfirmasi pada yang bersangkutan.Beberapa di antaranya malah menyangkut pautkan atas sikap dingin Rajendra yang membuat Gracia tak betah. Namun, alih-alih percaya, karyawan yang telah lama bekerja di sana malah menyangkal."Itu tak mungkin, Pak. Benar, Pak Jendra memang sedingin itu. Tapi itulah yang membuat Mbak Gracia makin tergila-gila. Tau sendiri, saat layangan ditarik terus bakal tebal nanti. Tapi kalo ditarik ulur, malah makin terbang kian tinggi. Sama kayak gitu si Gracia ini."Pernyataan seseorang itu berhasil membuat Ganes mengangguk mantap. Ia duduk di depan dua pintu kamar mandi berbeda gender yang berseberangan, hanya bisa mendengar banyak cuitan dari luar. Sesekali, ia akan membenarkan meski tak akan ada yang mau mendengar."Mana ada, Pak. Enggak ada kucing yang dikasih i
Read more
Neraka yahg Direncanakan
"Apa pekerjaan kalian sudah selesai hingga harus bersandar dan saling bersetatap di sini?"Pertanyaan itu berhasil membuat Faruk dan Ganes langsung berada dalam sikap siaga. Keduanya berdiri dengan posisi tegak menghadap sang direktur utama."Pekerjaan yang Anda berikan, sudah saya jalankan dengan penuh semangat, Pak."Benar saja. Semangat yang ditunjukkan Ganes terlihat nyata di depan mata. Terlebih saat tangan kanannya mengangsur ke depan, meminta apa yang telah menjadi haknya.Faruk mengerjap-ngerjap. Ia menelan ludah susah payah sebelum akhirnya memulai pembelaan."Maaf, Pak. Saya kurang tau tentang tugas yang Bapak berikan pada Ganes."Jendra berlalu setelah memberikan nominal uang seperti yang dijanjikan. Tanpa merespons pernyataan supervisor bagian sanitasi, ia pergi begitu saja.Diperlakukan demikian, Faruk mencebik pelan. Disenggolnya bahu sang kawan sembari memainkan kedua alisnya naik turun bersamaan."Ngapain dia? Mandi?"Ganes mengangguk. Dikibas-kibaskannya uang di depan
Read more
Bau Bangkai
Ganes masih terlihat mondar-mandir di depan ruang kerja sang direktur utama. Sembari sedikit berusaha untuk mengintip para karyawan sanitasi yang tengah melakukan sidak, ia berdecak-decak.Bukan tanpa sebab. Ia telah mengetuk pintu ruang kerja Rajendra, tetapi tak digubris sama sekali. Meski ia telah berhasil mengeluarkan sabun batang yang mungkin dengan sengaja dimasukkan dalam saluran pembuangan, tetap saja ia merasa was-was.Ganes kembali melirik ke dalam ruangan. Ia memejam saat menyadari apa yang dikatakan oleh Faruk memang benar adanya. Debar dalam dadanya berdentam-dentam tak keruan. Entah untuk yang ke berapa kalinya ia sudah mengumpat tak keruan."Sialan si Jendra. Mau main-main rupanya!"Tak berselang lama, para karyawan sanitasi dan higiene itu telah keluar. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka. Bersamaan dengan itu, Faruk langsung menghela napas panjang."Kali ini kamu beruntung!"Setelah berkata demikian, Faruk langsung melangkah, mendekati para petinggi
Read more
Pemuja Rupiah
Sekali lagi, kalimat bijak yang keluar dari mulut Rajendra berhasil membuat Ganes terkesima. Bukan hanya itu saja, kegelisahan yang tadinya hinggap pun lesap tak bersisa. Dianggukkannya kepala sebab membenarkan apa yang dikatakan oleh Rajendra.Sepeninggal sang direktur utama, Ganes segera beranjak dari tempatnya mengendap-endap dan mencuri dengar. Ia telah tiba di toilet tempatnya harus stand by. Lantas, mulai menerka-nerka apa yang akan dilakukan oleh Gracia nantinya."Kira-kira itu cewek mau apa lagi? Ngebongkar kekurangan Pak Jendra yang mana maksudnya?"Tanpa diduga, Rajendra telah berdiri di hadapan Ganes yang terlongong-longong di tempat. Ia berdeham. Sayang, Ganes hanya mengangguk sembari mempersilakan untuk masuk ke pintu kamar mandi sesuai gender yang ia ketahui dari suara.Melihat itu, Jendra bersedekap. Ia kembali berdeham. Namun, perlakuan sama kembali terulang.Rajendra telah menatap Ganes dengan pandangan nyalang saat tiba-tiba muncul sebuah ide brilian. Selain untuk me
Read more
Sengsara sana Aku
Ganes frustrasi. Ia benar-benar tak habis pikir dengan apa yang telah dilakukan oleh sang direktur utama. Telah ia bayar semua kekurangan dari total keseluruhan belanjaan.Dengan cepat, dilajukannya Blacky menuju ke rumah sakit di ujung jalan. Wajahnya terlihat bersungut-sungut meski dari kejauhan. Kedua tangannya menenteng dua kantong belanjaan pesanan sang direktur utama.Telah ia lewati banyak lorong rumah sakit hingga tiba di lantai tiga. Diketuknya pintu ruang kerja Rajendra. Usai dipersilakan, Ganes segera masuk dengan wajah yang muram durja.Alih-alih bertanya, Jendra hanya menyeringai. Ia telah mengalihkan pandangan dari layar komputer jinjing ke arah Ganes Gantari."Letakkan saja di sana, Nes."Setelah berkata demikian, Jendra kembali melanjutkan pekerjaannya. Mengabaikan Ganes yang tampak mengernyit heran usai meletakkan belanjaan."Pak, uangnya kurang, Pak."Ganes telah mendekati meja kerja sang direktur utama, lantas mengangsurkan nota belanjaan agar tak dinilai berbohong
Read more
Tremor
Usai mendapatkan uangnya, Ganes mulai memikirkan banyak cara untuk membalas perlakuan sang direktur utama. Bukan Ganes namanya jika ia tak bisa menciptakan neraka dalam neraka yang diciptakan oleh Rajendra."Tumben, Pak Jendra nyuruh orang baru. Apalagi sampai enggak dapet duit ganti. By the way, karena kamu anak baru yang jagain toilet di lantai tiga, kukasih tau satu hal. Jangan sampai bikin Pak Jendra marah, ya. Dia paling enggak suka warna merah. Kalau bisa, jangan kenakan aksesori atau barang apa pun yang berwarna merah. Biar dia enggak sensi."Ganes mengernyit heran. Ia menggeleng tanda tak paham. "Maksudnya, Bu?"Pegawai finance yang telah mengangsurkan sejumlah uang itu langsung berdecak sambil melipat tangan di meja."Coba diingat-ingat, deh. Selama ini, apa pernah liat barang Pak Jendra warna merah di ruangannya?"Pertanyaan sekaligus pernyataan itu membuat Ganes mengernyit untuk mengingat. Diliriknya bagian kiri atas seolah-olah melihat lampu yang bersinar terang."Iya, ya.
Read more
Tremor Berlebih
Jam baru menunjuk ke angka delapan saat Ganes terlihat begitu muram. Tawa yang sering diulas tak lagi pernah terlihat. Terlebih setelah mendapat surat cinta dari pihak rumah sakit tempatnya bekerja.Padahal, niatnya untuk membuat neraka bagi Jendra. Alih-alih senang, ia pun merasakan panas dari neraka yang ia ciptakan. Apalagi, setelah ia mendengar sendiri kondisi Pak Jendra yang tengah dirawat di salah satu rumah sakit ternama.Ganes menghela napas panjang. Ia benar-benar tak habis pikir dengan apa yang dilakukan. Sesekali, ia melirik pada ruangan di mana Jendra seharusnya berada. Sayang, tak ia temukan apa pun di sana.Faruk baru saja tiba di samping Ganes yang tampak tak bersemangat. Ditepuknya bahu sebentar, lalu bersedekap."Sekarang kenapa? Bukankah sejak awal sudah kukatakan untuk tak membuat masalah saat bekerja di sini. Kenapa malah suka banget cari gara-gara? Kamu mau nunjukin apa ke si Jendra? Bukannya kamu masih butuh kerjaan?"Dicerca Faruk sedemikian rupa tak membuat Gan
Read more
Tersanjung
Ganes tengah mengupas buah pir dengan pelan. Sesekali matanya menatap awas pada pasien rumah sakit yang mulai berulah dan semena-mena. Yang ia lihat, tak ada kesakitan yang bisa diterjemahkan dari gestur tubuh sang direktur utama.Setelah seluruh buah dikupas, diberikannya buah potong itu pada Rajendra. Sembari memperhatikan, Ganes terus memicing demi bisa menjaga jarak.Sayang, Rajendra menolak. Didorongnya lagi sepiring buah yang telah dikupas oleh musuhnya dalam mempertaruhkan kehormatan."Aku enggak mau polosan. Ambil mayonaise dan keju di lemari pendingin, lalu buatkan aku salad yang paling segar."Bak dicucuk hidungnya, Ganes bangkit dan menuju ke sudut ruang. Sebenarnya, meski ia berada dalam kamar rawat inap, Ganes sama sekaki tak merasakan hawa rumah sakit barang sebentar.Ruang rawat inap yang besarnya empat kali lipat dari kamar kosnya itu memang mengagumkan. Terlebih pembagian ruang yang menurutnya begitu apik dan menakjubkan.Untuk pertama kalinya saat menyadari betapa be
Read more
Mimpi Buruk
Ganes baru saja terjaga saat air yang dicipratkan Rajendra mengenai wajah. Ia mengerjap-ngerjap, lantas langsung bangkit setelah sadar bahwa ia telah terlelap. Tergeragap, Ganes pun menunduk sambil meminta maaf."Kenapa minta maaf?" tanya Rajendra. Ia sendiri tak merasa bahwa Ganes telah melakukan kesalahan."Karena aku baru sadar, bahwa Anda merupakan orang yang bijak. Andaikata Anda tak menegur mereka tadi, bisa saja mereka masih merendahkanku di tempat lain."Kali itu, Rajendra yang juga diterpa kebingungan pun segera duduk pada tepian brankar. Direbahkannya badan sembari menyilang kaki kanan, menumpu pada paha kirinya di ranjang."Kamu ini mimpi apa? Bisa-bisanya ngomong gitu di depanku. Lumayan lama lo, molormu. Coba intip jam."Terang saja, Ganes langsung melirik pada jam di pergelangan tangan. Benar saja. Jarum jam sudah menunjuk hampir ke angka tujuh. Padahal, ia tiba di sana sebelum jam menunjuk ke angka enam."Mati aku!"Rajendra menyeringai. Ia benar-benar menikmati ekspres
Read more
Sama Liciknya
Jam sudah menunjuk ke angka enam saat Ganes terbangun dari tidurnya yang tak lelap. Ia telah bersiap untuk membersihkan badan. Entah mengapa, ia merasa begitu lelah. Terlebih, setelah melewati drama di tengah malam yang tak berkesudahan.Setelah itu, ia langsung berangkat menuju rumah sakit salah satu panca indra manusia di tengah kota. Ia benar-benar terlihat tak bersemangat seperti biasa.Sambil terus melangkah menuju ke lantai tiga setelah mengisi absensi dengan fitur sidik jari, ia memikirkan mengenai sosok yang ditangkapnya lewat tengah malam tadi. Apalagi, pernyataan yang berhasil membuatnya terlongong-longong di tempat."Maling? Maling mana yang mau mengembalikan hasil curiannya? Jangan hanya melihat dari apa yang dilakukan, Mbak. Tapi lihat hasil akhirnya. Aku dan teman-temanku ini ngebantu kalian buat terbebas dari gambaran pencuri yang sering mondar-mandir. Kalo enggak gitu, motor-motor tetanggamu itu enggak akan pernah bakal balik. Lain kali, ingetin semua orang untuk tetap
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status