Semua Bab Berawal dari Taruhan, Berakhir Dipinang CEO Tampan: Bab 21 - Bab 30
107 Bab
Suara Siapa?
Ganes tengah terbahak-bahak setelah mengingat apa yang ia masukkan dalam bungkusan mi ayam dan es kelapa muda yang ia berikan pada Jendra. Alih-alih memberikan makanan layak untuk membangkitkan semangat, ia memilih untuk membalas dendam. Telah ia campurkan banyak sambal dalam mi ayam, lantas banyak garam pada air kelapa muda.Beruntung, penjual mi ayam yang kala itu tengah berbincang dengan orang lain tak melihat kelakuannya yang absurd. Tak adanya bukti dan saksi mata, akan membuatnya terbebas dari banyak praduga.Meski ia yakin, Jendra tak akan melakukan hal lain yang bisa mencemarkan nama baiknya sendiri, tetap saja ada rasa was-was yang sedari tadi menghantui. "Kalo dimakan ya syukur, dia kena batunya. Enggak pun, enggak papa. Aku rela."Sembari terus melahap mi ayam yang nikmat, Ganes terus tertawa. Tawa yang bahkan tak pernah ia sungging selain pasca mendapatkan uang lebih banyak dari yang diharapkan.Diana, sang tetangga yang paham betul bagaimana watak Ganes pun hanya bisa ber
Baca selengkapnya
Senjata Baru
Ganes mengernyit. Ia telah mendekat di balik bangku yang dekat dengan suara yang tengah mempertanyakan mengenai hubungannya dengan Rajendra. Ditundukkannya kepala, lantas memberi isyarat pada Diana untuk duduk di sampingnya.Diana yang baru usai memesan, langsung duduk sembari bertanya-tanya. Hampir saja ia melempar tanya jika Ganes tak langsung meletakkan telunjuk di depan bibir."Dengarkan saja. Coba klik fitur rekaman di ponsel."Permainan Ganes yang diucapkan dengan nada rendah itu membuat Diana langsung bertindak. Diberikannya ponsel pada Ganes, lantas turut mencoba mendengarkan.Ganes telah mengangkat ponsel Diana setinggi telinga, berusaha bersandiwara seolah-olah tengah menghubungi seseorang nun jauh di sana."Setauku, Rajendra memang tak pernah punya hubungan baik dengan perempuan. Bahkan dengan ibunya. Ada sesuatu yang mungkin sedang ia pikirkan atau bahkan ada sesuatu yang mungkin menjadi momok tersendiri baginya. Yang jelas, dia juga enggak sakit seperti yang banyak orang
Baca selengkapnya
Rencana Picik
Ganes tengah menatap nyalang pria yang ada di hadapan. Dengan tangan mengacung di depan wajah, telah ia berikan pria itu sebuah peringatan. Dianggukkannya kepala sembari merampas lagi uang yang telah diambil dari tangan Diana sebelumnya."Aku memang bukan perempuan yang berani melawanmu secara fisik dan mental, tapi aku percaya, bukti yang kupunya lebih penting dari segalanya!"Pria yang mengaku bernama Kelvin itu terperenyak. Ia menunduk, lantas mencoba bernegosiasi pada Ganes dengan suara yang tertahan."Kita bisa bicarakan ini dengan baik, Mbak."Ganes kembali naik pitam. Bukan tanpa sebab. Ia melihat sendiri, bagaimana pewawancara itu mencoba mengelabui Diana dengan menepuk pundak sang tetangga secara pelan, berulang-ulang.Beruntung, sejak Kelvin, pria yang katanya menduduki kursi manager itu datang, Ganes langsung mengabadikan setiap momen yang ada. Terlebih, saat melihat wajah yang katanya punya posisi penting, sama sekali tak mencerminkan kewibawaan."Ngomong baik-baik? Apa ka
Baca selengkapnya
Kesempatan Emas
Rajendra tampak kebingungan. Entah kenapa, ia merasa tak nyaman. Terlebih setelah membaca ulang pesan yang dikirimkan oleh Gracia."Pak, kayaknya besok aku enggak masuk. Aku kecopetan di jalan Sudirman. Kakiku keseleo. Ini masih nunggu ambulans datang."Jendra tahu betul, daerah yang disebutkan oleh Gracia masih berada di kawasan sekitar rumah. Didongakkannya kepala, lantas segera bergegas keluar rumah.Dengan motor dengan CC besar dan jaket hitam dengan logo tiga garis besar membentuk segitiga, ia keluar, membelah jalanan tengah kota demi menyisir tepian jalan. Meski lajunya telah dipelankan, tetap saja ia belum menemukan sosok Gracia.Hampir saja ia tiba di persimpangan terakhir menuju kediamannya saat melihat Gracia berada di seberang jalan sembari meringis kesakitan. Dengan sigap, Jendra menghentikan laju motornya di jalur berbeda.Setalah men-standart-kan motor, Jendra menyeberang jalan. Didekatinya Gracia yang tengah kesakitan. Dengan gagahnya, ia berlutut, lantas meraih kaki Gr
Baca selengkapnya
Setan Licik
Gracia gemas. Ia berdecak tepat saat Jendra memutuskan untuk melihat ke depan rumah. Lantas, ia terkejut bukan kepalang saat menyadari bahwa sang direktur utama telah membawa banyak petugas kesehatan."Ini dia, Pak," ujar Jendra sembari menunjuk pada Gracia.Sadar bahwa rencananya mulai berantakan, Gracia mengambil duduk di sofa. Diraihnya ponsel yang ada di nakas dengan susah payah setelah menggeser pinggul demi memberi ruang pada petugas kesehatan."Diangkat kakinya, Mbak. Sini," pinta petugas kesehatan perempuan. Telah ditepuknya paha agar kaki Gracia bisa dilihat dengan seksama.Sayang, Gracia menggeleng dengan pelan. Nada bicaranya terlihat gugup dengan keringat yang bercucuran.Melihat itu, Jendra yang tahu betul bahwa Gracia tampak terkejut bukan kepalang, langsung menjelaskan duduk perkaranya."Katanya ada panggilan darurat dari sini. Itu sebabnya mereka kemari. Kamu kan yang telepon? Sorry, aku enggak kepikiran juga sih buat manggil mereka ke sini. Tapi kalo dipikir-pikir ema
Baca selengkapnya
HRD
Ganes mulai kembali bekerja saat jam baru menunjuk ke angka enam lebih empat puluh lima menit. Dipijatnya pelipis sebab merasa pening. Baru kali itu, ia merasa begitu lelah setelah semalam suntuk nge-bid. Bukan tanpa sebab. Ia ingin mengembalikan uang yang didapat dari usahanya bungkam dan memutarbalikkan fakta di depan sang direktur utama. Ia tak ingin merasakan sumpah serapah sama seperti yang ia lakukan pada pria yang hampir saja berhasil menipu Diana semalam.Dari kamar mandi, berkali-kali ia mencoba mengintip pada ruangan di ujung lantai tiga. Ada tanggungan dan hutang yang ingin segera dilunasi tanpa menunggu waktu lebih lama. Bukan tanpa sebab. Jika masalahnya karena uang, ia takut berubah pikiran.Ganes baru saja selesai nge-mopping lantai, juga membersihkan tiap kaca pada wastafel kamar mandi. Dengan dada yang berdentam-dentam tak keruan, ia mencoba menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum sang supervisor tiba.Tepat setelah melipat papan peringatan akan lantai basah, sosok
Baca selengkapnya
Enggak Seru!
Ganes membeliak. Ia sedikit menunduk demi tak bersetatap dengan Gracia."Saya disuruh Pak Jendra buat nyortir berkas, Mbak."Gracia mengernyit. Diedarkannya pandang ke segala penjuru arah, mengintip dal ruang kerja."Kamu tau di mana Pak Jendra?"Pertanyaan Gracia yang diajukan dengan nada rendah itu membuat Ganes mengatupkan bibir rapat-rapat. Ia menggeleng, lantas segera membawa semua sampah keluar ruangan.Melihat Ganes yang berlalu begitu saja, Gracia menepuk dahi dengan pelan. Lantas, ditariknya rambut berulang sebab merasa frustrasi tanpa ada habisnya."Mati aku!"Ganes telah kembali ke ruangan Jendra saat Gracia memilih masuk dan duduk di sofa. Ia menunduk, lantas melanjutkan proses sortir yang tampaknya akan memakan waktu seharian.Beruntung, ia tahu betul apa yang dicari oleh Jendra. Dengan begitu, ia sama sekali tak menganggap itu adalah hal yang dibuat khusus demi menciptakan neraka baginya."Nes."Panggilan Gracia sontak membuat Ganes berhenti melangkah usai menyimpan berk
Baca selengkapnya
Neraka Kedua
Ganes telah selesai menyortir berkas saat jam sudah menunjuk ke angka lima. Pinggangnya lelah, terlebih setelah duduk selama berjam-jam.Ia telah bangkit sembari mencoba melemaskan tiap sendi yang terasa begitu kaku. Sayang, tak ada berkas yang sesuai seperti yang diminta oleh sang direktur utama.Faruk baru saja tiba setelah Ganes mulai memindahkan berkas-berkas ke meja dorong untuk kembali diletakkan dalam gudang."Gimana, Nes? Udah ketemu?"Dengan lemah, Ganes menggelengkan kepala. "Enggak ada, Pak Faruk. Gimana, dong?"Faruk turut menggaruk kepala tanpa merasa gatal. Ia sendiri tak tahu apa yang harus dikatakan pada Rajendra nantinya."Yakin udah enggak ada lagi dokumen yang bisa diperiksa, Nes?"Ganes mencebik. Sembari memindahkan banyak berkas, digelengkannya kepala dengan mantap. "Saya yakin, Pak Faruk. Semua baris dokumen sudah saya beri angka agar tak tertukar. Sudah saya tandai pula baris-baris berkas yang berhasil disortir. Enggak ada berkas atas nama HRD 2000 seperti yang
Baca selengkapnya
Peluru Balasan
"Sialan! Si Jendra lama-lama kebangetan! Kukira nyortir berkas sebanyak itu sampek mata kiyap-kiyep karena emang beneran butuh. Nyatanya, dia cuma mau bikin aku sengsara! Tau gitu uangnya enggak perlu kukembaliin tadi!"Gerutuan Ganes terus terdengar dari mulutnya yang proporsional. Bahkan, hingga ia telah menerima permintaan antar dari aplikasi ojek online yang diikuti selama bertahun-tahun belakangan, mulutnya yang tipis masih saja mengomel dengan kecepatan di atas rata-rata.Sesal kian mendera saat ia mengingat, bagaimana Jendra terbahak ketika melihatnya dibakar amarah. Beruntung, ia tak sampai berteriak di depan meja sang direktur utama. Bayangannya itu segera diempas jauh-jauh saat mengingat kemenangan harus digenggam secepat kilat.Alih-alih meneriaki nama Jendra kala ia tengah menyetir sendirian, ia memilih untuk menggerutu tiap bertemu seseorang. Seolah-olah tengah menceritakan, seburuk apa Rajendra yang ia kenal.Hingga pada akhirnya, ia mendapat permintaan antar dari seseor
Baca selengkapnya
Kehilangan
Ganes tak lagi mampu bicara apa-apa. Melihat kehancuran di mata Rajendra, ada secuil hatinya yang turut merasa sakit. Terlebih, sosok yang angkuhnya tiada terkira itu kini menunduk di hadapannya."Kamu melihatnya menangis tadi, kan? Dia kupecat tanpa hormat. Bukan karena tak becus bekerja, tapi, rencananya yang busuk membuatku muak. Dia benar-benar tak patut untuk diperhitungkan. Dia ... lebih buruk darimu yang telah menipuku karena sejumlah uang."Mendengar perbandingan akan dirinya sendiri, Ganes turut merasa geram. Ia menunduk, lantas mengangguk. "Silakan makan, Pak."Sayang, Jendra menggeleng dengan pelan. "Setelah ini, akan ada banyak gosip yang muncul. Entah dari sisi mana pun. Aku memintamu membeli makanan bukan untukku, tetapi untuk kebaikan kita. Agar kamu menjadi saksi, bahwa tak ada apa pun di antara kami. Bahwa tak pernah sekali pun aku berniat untuk merendahkan kehormatan Gracia."Ganes mulai paham, kenapa Jendra begitu kekeh memintanya untuk membelikan makanan dan mengan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status