All Chapters of Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar: Chapter 171 - Chapter 180
181 Chapters
171. Akhirnya Tahu
Keesokannya… Dengan membawa hadiah sebesar bantal, Vania dan Gia datang ke acara ulang tahun si kembar. Terlihat sepi di luar ternyata di dalam begitu ramai. Sebab Raffi dan Rico juga mengundang teman-teman di sekolah. ‘’Gia, kemari! Ayo bentar lagi tiup lilin.’’ Alia berteriak dan melambaikan tangannya. Siapa yang tak senang bila sahabat karib datang? Begitupula dengan Alia. Sejak tadi memang menunggu Gia. ‘’Mama, boleh Gia ke sana?’’ tanya anak kecil bergaun biru tersebut. ‘’Tentu saja, Sayang. Pergilah.’’ ‘&rsqu
Read more
172. Firasat Istri
Firasat seorang istri tak pernah berdusta, bahkan meleset pun jarang. Vania langsung datang ke rumah sakit dan berjanji akan kembali dalam satu jam pada Gia dan keluarga Arka. Vania tidak yakin, tapi semua harus dipastikan dengan mata kepala sendiri. Bahwa, Gavi bermain api di belakangnya. Vania sudah akan menuju ruangan Gavi, namun telinganya tak sengaja mendengar nama Sandra disebut. Sehingga kaki yang terburu-buru pun terpaksa dihentikan lajunya. ‘’Sandra belum keluar-keluar juga dari ruangan Dokter Gavi?’’ ‘’Kayaknya belum, tuh. Ya ampun, kalau istrinya tau gimana, ya?’’ ‘’Tapi istrinya Dokter Gavi jarang sekali datang ke sini. Bisa dihitung pakai jari
Read more
173. Maaf Dari Hati
‘’Ayo cepat minta maaf.’’ Tak akan Leo biarkan putranya membuat onar.‘’Memangnya salah Ryan apa, Pi?’’ balasnya karena merasa tak melakukan kesalahan.‘’Masih bisa bertanya?’’ Leo mulai naik darah. ‘’Memangnya papi dengar Ryan ngomong apa ke dia?’’ Menunjuk Gia yang masih jadi pusat simpati orang-orang.‘’Mamaaaaaaaaa…’’ Gia berteriak pilu lalu memeluk Vania yang mendekatinya. Air mata terus saja mengalir di pipi Gia. Sekalipun Vania telah mengusapnya, tetapi tetap tak kunjung henti.‘’Cup, cup. Hapus air matanya, ya. Nanti cantiknya Gia hilang, loh.’’ Vania mencoba menenangkan.‘’Mbak Van, kenapa?’’ Vania menggeleng. Karena, dia pun tidak tahu apa yang terjadi.‘’Cantik kenapa? Kasih tahu Tante Valerie. Cantik diapain Ryan?’’‘’Orang dia memang jelek, kok.’’‘’Mamaaaaaaaaaaa…’’Pletak!‘’Aduh!’’ Lagi-lagi mendapat hadiah dari Leo.Isakan Gia membuat semua mata tertuju pada Gia dan berakhir pada Ryan.‘’Sekarang sudah tahu salahnya apa?’’ tekan Leo.‘’Papi, Ryan kan bicara jujur, P
Read more
174. Tak Sanggup Menerima
Udara di sekitar telah berubah temperaturnya. Sejuk karena bumi dibasuh hujan rintik-rintik. Berdiri dengan kaki lemah dan berada di antara pemandangan memilukan, Vania terkejut dengan ramahnya Yura pada Sandra. Sehingga tak hanya menyakiti mata, namun juga menyakiti hati. Kini merangkul Sandra dan juga tak sungkan melempar senyuman.Dulu Vania juga diperlakukan seperti itu. Namun sekarang sudah tidak.Bertanya-tanya dengan manik perih, kapan Yura akan memperlakukannya seperti itu lagi? Dalam hati begitu rindu.Pantas saja Sandra berani bertindak agresif, rupanya karena telah akrab dengan sang mama mertua sehingga berani bertindak suka-suka. Sama-sama liar mau itu di tempat kerja ataupun di luar.‘’Gav, kamu mau kemana?’’ Sandra menarik tangan Gavi karena melihatnya akan pergi. Namun Gavi segera menyentak pegangan itu hingga terlepas.‘’Aku mau ketemu istriku. Gak biasa-biasanya aku pulang jam segini. Vania pasti nyariin.’’‘’Nggak apa-apa dong, Gav. Kan kamu terlambat karena istrimu
Read more
175. Kamu Kaget?
Elsa…Sandra…Rupa memang sama. Namun tabiat siapa yang bisa menduga?Sandra berani mendekati atasan. Sementara Elsa, begitu profesional dan hanya bergerak di balik meja kerja saja.Melirik Leo atau Rendi pun, Elsa bahkan tak pernah..Wanita muda itu selalu terfokus pada berkas laporan, laptop dan juga jadwal bos.Vania termenung berbaring di tempat tidur. Memikirkan wanita yang dijanjikan Yura akan menggantikan posisinya.Sedangkan Gavi, bersandar pada sofa bertanya-tanya akan sikap Vania. Karena tiba-tiba terlihat begitu sedih.‘’Sayang, apa acara ulang tahun si kembar berjalan lancar?’’ ‘’Ya.’’‘’Kamu sudah makan?’’‘’Sudah.’’Gavi mencoba bersabar. ‘’Gia sudah tidur?’’‘’Sudah.’’Kali ini segera mencari tahu dengan berlutut di samping Vania. ‘’Kenapa?’’‘’Kenapa apanya?’’ Vania menyembunyikan perasaan dengan berbicara pelan. ‘’Apa karena kehadiran Sandra?’’ Gavi menduga cepat.Vania diam namun pandangan tetap bertautan. Gavi tak bisa berbuat apa-apa sekalipun telah mengetahu
Read more
176. Buang Saja
Sulit menerima jika Gia menyukai Sandra. Orang yang harusnya Gia jauhi tapi malah mudah untuk akrab dengan Gia. Apakah nantinya, Gia akan menerima Sandra sebagai ibu tiri? Vania menatap langit gelap dari jendela. Rasanya cobaan datang bertubi-tubi.  Tapi, selagi Gavi menolak, maka pernikahan itu hanya sebatas mimpi bagi Sandra. Bukannya Vania tak membaca situasi, bahwa keinginan Sandra bisa terwujud, hanya jika Gavi setuju. ‘’Nyonya!’’ Lamunan Vania teralihkan oleh suara teriakan. Ketika melihat ke dapur, Lia s
Read more
177. Setelah Bercinta
Mata bulat indah mempesona. Tubuh bagus bak gitar spanyol. Tinggi semampai layaknya model ibu kota. Itulah Sandra di mata Vania. Tak ada kecacatan di fisik namun cacat dimoral. Seandainya Sandra tidak terang-terangan menginginkan jadi istri Gavi yang lain, mungkin Vania akan mengagumi kemolekan wanita ini. Mata Sandra turun dari atas ke bawah. Melihat penampilan Vania, Sandra terlihat sangat terganggu. ‘’Ada apa kamu kemari?’’ ‘’Vania, boleh aku bicara empat mata?’’ Vania pun mempersilakan Sa
Read more
178. Dok?
Berulang kali Vania mengatakan…‘’Gav, baiknya aku tidak menjenguk mama. Kamu saja, ya?’’Namun berulang kali juga Gavi menjawab…‘’Tidak baik bersikap begitu, Sayang. Biarkan mama dengan sifat buruknya, kamu jangan ikut-ikutan.’’‘’Tapi—’’‘’Percayalah. Mama hanya sementara saja begitu. Tidak akan selamanya.’’Namun bagi Vania sudah sangat lama. Bahkan secercah sikap bila Yura akan berubah pun tidak kelihatan sama sekali. Tapi khirnya, di sanalah Vania berada. Berdampingan dengan Gavi di depan kamar sang mertua.Yura tengah tidur dengan Lia yang menjaga. Lega sekali napas Vania, karena tak perlu berkontak mata sekaligus bertatapan wajah.Kalimat tanya yang telah disiapkan pun tampaknya tak perlu keluar dari mulut Vania.‘’Bagaimana mama?’’‘’Tuan,’’ Lia melirik Vania sekilas. ‘’Nyonya membaik, Tuan.’’ Sebenarnya ada yang ingin Lia sampaikan. Namun tak enak mengatakannya. ‘’Ada apa? Katakan saja,’’ seru Gavi melihat gelagat takut di mimik sang art.‘’Anu, Tuan. Itu… tadi…’’ ‘’Bibi
Read more
179.
Tut!Bersama tarikan napas pendek, Vania menutup telepon dari Gavi.Sebenarnya masih ingin berlama-lama. Tetapi, Vania tak bisa menolak karena sudah berkunjung sejak tadi pagi.Gia yang tengah asik bermain dengan Inah dan Pak Sena pun, mau tak mau harus Vania interupsi.‘’Papa menelepon. Kita harus segera pulang.’’‘’Yah, padahal Gia, kan, baru main sebentar, Ma,’’ serunya tak ingin beranjak.‘’Pak Sena sama Inah sudah lelah, Nak. Nanti kita main lagi, ya?’’‘’Kapan, Ma?” ‘’Kalau Gia libur,’’ seru Vania dengan seulas senyum menjanjikan.‘’Kenapa Bi Inah dan Pak Sena tidak kita bawa saja, Ma?’’‘’Waduh, memangnya bibi dan Pak Sena ini barang?’’ celetuk Inah sembari terkekeh.‘’Aku sih enggak. Kalau kamu memang iya, Nah,’’ balas laki-laki tua itu tak mau kalah.‘’Dasar aki-aki bau tanah. Pergi sana siram kebun.’’ Dilemparnya boneka panda ke muka Pak Sena.‘’Aduh. Enak saja. Aku sudah tadi pagi. Gantian dong!’’ Pak Sena jadi sewot. Lalu balas melempar boneka barbie. Tepat mengenai kepal
Read more
180. Kedatangan Gavi
Tak boleh menggoda. Sandra telah berjanji. Tak boleh lagi mencari perhatian Gavi. Hidup ikhlas tanpa bayang-bayang seseorang. Sekalipun rasa cintanya tumbuh begitu besar, namun Sandra berusaha berkomitmen menjalankannya.Namun hari ini, tanpa perlu melakukan hal yang telah Sandra batasi, Gavi malah mendatanginya. Kini bahkan saling bertatapan dalam. Memeluknya erat.Sandra segera tersadar ketika handuk yang melilit akan terlepas dan menarik diri secepatnya.Beruntung sempat tertahan meski gunung kembar itu sempat terlihat setengah.Gavi menelan ludah dan Sandra menjadi salah tingkah.‘’Aku kemari ingin melihat mama. Maaf tidak tahu kalau kamu…’’‘’Bukan salahmu, Gav. Aku yang salah keluar dengan kondisi begini,’’ serunya dengan wajah menunduk. Bagaimana tidak? Rasa malu membuncah di dalam dada.‘’Aku akan segera keluar. Sekali lagi maaf.’’Sandra menarik napas dalam-dalam begitu Gavi sudah menghilang. Jantungnya berdegup kencang. Sementara Gavi, juga merasakan hal yang sama. ‘’Gav
Read more
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status