Все главы KAMI YANG DISIA-SIAKAN BAPAK: Глава 41 - Глава 50
72
Bab 42
Pov Salmah Aku terkejut ketika malam itu, tiba-tiba dia meminta haknya. Bukankah dia bilang pernikahan ini hanya demi Adrian, anaknya. Kenapa malam itu tiba-tiba dia meminta. Aku cukup terkejut dan bingung mengambil sikap. Sebagai orang dewasa, aku mengerti sekali seperti apa kebutuhan seorang laki-laki. Namun, pernikahan ini dimulai dengan sesuatu yang dipaksakan. Sehingga aku tak tahu harus menjawab iya atau tidak. “Kita bukan ABG, lagi, Yah. Gak perlu sayang-sayangan!” ketusku. Makin hari makin sering absurd saja kelakuannya. Dia malah terkekeh, lalu menutup pintu dan bersandar pada daunnya. Dia malah menatap wajahku lekat. “Tapi wajah kamu merona waktu aku panggil, Sayang. Hmmm … suka ‘kan?” Astaghfirulloh … Pak Dirga? Kenapa kelakuannya makin ajaib saja. Dia menunduk sampai wajahku dan wajahnya hampir tak berjarak dan menanyakan kalimat itu dalam jarak beberapa senti saja. Reflek aku mundur ke belakang, tapi lengan itu gesit menarik pinggangku. “Salmah … kapan kita baikan,
Читайте больше
Bab 43
Pov 3“Boleh gabung ya, Mbak! Mas!” tukas seorang lelaki dewasa. Usianya mungkin tak jauh beda dengan Dirga. Cukup jomplang dengan gadis yang tampak masih sangat muda yang duduk di samping Salmah. Salmah hanya mengangguk, begitupun Dirga. Mereka tak banyak yang berkomentar, hanya sekadar saling sapa seperlunya. Lalu mereka sibuk dengan makanan yang sudah dipesan Dirga. Makanan sebanyak ini yang membuat Salmah malah rindu pada kedua buah hatinya. Sesekali Dirga mengambilkan daging kepiting ke piring Salmah. Salmah sibuk menyuap, tak terlalu peduli pada pasangan di sampingnya. Hubungan Dirga dan Salmah, makin hari makin dekat saja. Tak bisa ditampik oleh Dirga jika Salmah memang telaten dalam melayaninya. Meskipun, entah apakah sudah ada cinta atau belum di hati perempuan itu. Namun, setidaknya, Dirga sudah merasa memilikinya. Kasyikan mereka berdua agak terganggu oleh kebisingan laki-laki yang mengangkat telepon di sampingnya. “Ya, Mah! Oh … Papa lagi meeting! Iya sama klien!” Lak
Читайте больше
Bab 44
KAMI YANG DISIA-SIAKAN BAPAK, SUKSES JADI SARJANA (44)Pov 3“S--Salmah?” Wajah Reta berkali lipat lebih memerah. Rasanya kini tak ada lagi hal yang bisa disombongkannya di depan Salmah. Reta merasa, hari ini, dirinya seolah tengah dikuliti dan dipermalukan di depan khalayak ramai. “Anak kamu ketakutan Reta! Badannya panas juga! Segera pulanglah, kasihan dia!” Salmah menuntuk Dani dan mendekat ke arah mantan sahabatnya itu. “Ck, gak usah sok baik! Kamu dalam hati puas ‘kan? Puas menertawaiku?” Reta tersenyum sinis seraya menarik lengan Dani ke arahnya dengan kasar. “Terserah!” Salmah tak mau memperpanjang permasalahan. “Jangan sombong dulu, Salmah! Mendang-mendang sudah punya suami lagi yang kaya raya … paling nasib kamu sebentar lagi juga sama sepertiku. Jangan-jangan dia hanya menginginkan anaknya saja. Orang zaman sekarang banyak yang malas melihara anak dari kecil!” ejek Reta seakan semua orang adalah sama seperti Ilham. “Sayang! Kenapa kamu harus membuang waktu dengan mereka
Читайте больше
Bab 45
Pov 3“Tapi golongan darah anak Bapak itu, O+, Pak! Kami tak salah. Kalau tak ada, kami harus segera menghubungi pihak PMI untuk meminta stock darah.” “Baik, Sus! Coba cari pendonor dari luar saja!” tukas Ilham dengan hati was-was dan cemas. Entah kenapa pikiran buruk tiba-tiba melintas. “Jangan-jangan Dani bukan anak kandungku? Jangan-jangan Reta hanya membohongiku?” batin Ilham meracau sendiri. Kepalanya berdenyut nyeri mendapati kemungkinan apa yang terjadi.Pada saat menunggu, Ilham mencoba mencari-cari informasi dari internet terkait golongan darah yang membuatnya ragu. [Golongan darah ayah AB ibu A, maka kemungkinan golongan darah anak apa?][ Jika golongan darah ayah ab dan ibu golongan darahnya a, maka apakah mungkin anak akan bergolongan darah o]Ilham mengetikkan beberapa kali kalimat itu dengan hati yang tak tenang. Bagaimanapun, hati kecilnya sudah mulai merasa was-was. Apakah benar Dani yang Reta bilang sebagai anaknya itu benar darah dagingnya?Beberapa hasil pencaria
Читайте больше
Bab 46
Pov HeruAku turun dari mobil yang seharian ini kukendarai. Aku baru saja selesai narik mobil online. Semenjak para penagih utang itu menyita mobilku. Mau tak mau, aku harus memutar otak demi menyambung hidup. Akhirnya aku memberanikan diri menghampiri Koh Ahong. Dia punya mobil lebih dari satu. Dia juga punya pangkalan angkot.Waktu ke sana pertama, tak ada pekerjaan. Semua mobil punya supir masing-masing. Akhirnya aku mencoba-coba lagi mencari pekerjaan lain. Namun, keberuntungan tak berpihak sampai beberapa waktu lamanya, hingga salah satu pengemudi mobil online Koh Ahong pulang kampung. Akhirnya dia memanggiku. Mulai hari itulah, aku menjalani pekerjaan baruku menjadi supir mobil online. Hanya saja, aku tetap saja was-was, takut dikenali para penagih utang yang belum terbayar semua. Asset pabrik sudah dilelang demi membayar pesangon karyawan. Tak bisa mengelak karena ketua serikat sudah memblow up masalah ini ke PHI. Akhirnya aku hanya bisa pasrah dan melarikan diri. Soalnya utang
Читайте больше
Bab 47
“Alisha! Ida!” Teriakkan Rifani membuatku dan Ida yang baru hendak masuk ke dalam asrama menoleh. Ida baru saja menyambutku. Dia tak pulang akhir pekan ini. Jadi seharian ini dia di asrama dan menghabiskan waktu dengan menunggu, katanya. Ya, dia memang salah satu penghuni asrama yang jarang pulang. Aku tersenyum pada Rifani, lalu kami berjabat tangan singkat. “Baru sampai, Rifa? Wah dianter sama Mama kamu, ya?” “Iya, biasalah punya Papa kandung, rasa Papa tiri,” ketus Rifani sambil melirik Ibunya. Aku hanya tersenyum maklum. Gak enak juga lihat wajah Ibunya Rifani yang kelihatan tak nyaman. “Yang sabar ya, Rifa … eh kami masuk dulu, ya!” Aku berpamitan padanya. Aku baru sampai juga. “Oke ….” Dia tampak memaksakan tersenyum. Setelah itu, aku menarik lengan Idawati. Namun, entah kenapa … aku merasa ada orang yang tengah memperhatikanku. Kepalaku menoleh, pandanganku lurus melewati gerbang dan mendapati sebuah mobil terparkir. Namun, ketika aku menatapnya … mobil itu berlalu begit
Читайте больше
Bab 48
Pov SalmahDetik pergi, menit datang berganti, berputar menjadi hitungan jam, berubah menjadi hari. Minggu pun akhirnya berganti bulan. Aku selalu berdoa untuk kebaikan semuanya. Untuk kebaikan Alisha, Adrian dan juga rumah tangga yang kini mulai lebih iklhas aku jalani. “Bund … kalau warna ini cocok gak?” Mas Dirga mencolek bahuku yang sedang melipat pakaian. Kami sedang berada di ruang tengah. Aku sedang memisahkan pakaian untuk hadir di acara kenaikan kelas Alisha dan Adrian nanti. Besok akan kusetrika. Aku dan Mas Dirga akan hadir di sana dengan batik coupel seperti biasa. Ya, walaupun kami akan berbagi tugas. Karena Alisha dan Adrian berbeda sekolah. Meski berada dalam satu naungan yayasan yang sama. Kami harus terpisah besok pada hari H nya.“Bukannya kemarin sudah setuju yang ini?” Aku menunjuk pada beberapa helai pakaian yang sudah aku pisahkan. “Hmmm, awalnya sih, iya … tapi habis dipikir ulang, kayaknya ini lebih cocok deh, Bund!” Dia menunjukkan sebuah gambar pada layar g
Читайте больше
Bab 49
Pov SalmahLangkahku yang mengayun bersemangat, perlahan melambat. Di lorong sekolahan di mana beberapa orang tampak berlalu lalang. Sepasang mataku terfokus pada sepasang laki-laki dan perempuan. Aku bisa melihatnya dari arah samping. Berulang kali aku mengucek mata, meyakinkan apa yang kupandang itu adalah benar. Berulang kali, tapi tetap saja tak berubah. Yang ada di depan sana … benar-benar Mas Dirga dengan Fatima. Kenapa-kenapa Fatima harus muncul pada saat-saat seperti ini? Kenapa dia harus kembali setelah belasan tahun pergi? Dia memang sahabatku, dia memang Ibu yang mengandung Adrian dan bersusah payah pada saat itu. Namun, kenapa dia harus kembali selambat ini? Ini sudah terlalu lambat … bahkan sudah sangat terlambat. Aku tak mungkin mengalah dan membiarkan dia merebut Adrian dan Mas Dirga dari sisiku. Aku mematung beberapa saat, mencoba menetralkan debaran dalam dada yang tak bisa kukendalikan lagi. Namun, perlahan kukuatkan hati. Aku yakinkan pada diri sendiri, semua aka
Читайте больше
Bab 50
Acara kenaikkan kelas pun usai. Kini waktunya kami liburan panjang. Hal yang paling membahagiakan adalah bisa pulang. Kangen rumah, kangen bantal dan kangen semuanya. Idawati pun sudah pulang duluan dengan Ibu tirinya. Mereka akan ke Tangerang katanya. Namun, Idawati bilang selama musim liburan nanti akan main ke Karawang juga. Aku sudah bersiap dengan ranselku dan berpamitan pada pengelola asrama. Berjalan dengan langkah yang terasa ringan. Lalu duduk di sekitar halte yang disediakan. Ibu dan Ayah Dirga katanya menjemput Adrian dulu ke asramanya. Aku menunggu sambil memperhatikan hiruk pikuk kendaraan. Beberapa siswa pun ada yang menunggu juga di sini. Suasana cukup ramai. Tak berapa lama, mobil ayah Dirga datang. Aku berlari kecil menghampirinya yang terpaksa harus mengantri dengan beberapa angkutan umum yang ngetem di sekitar asrama. Biasanya menjelang akhir pekan atau pas liburan. Ada orang tua mereka yang menjemput menggunakan angkutan umum juga. Jadi tak hanya mobil-mobil ba
Читайте больше
Bab 51
Ayah Dirga mulai membakar sate. Peluhnya sudah mengucur. Berada di dekat arang, membuat udara Kota Karawang yang tak pernah sejuk ini, bertambah panas. Namun, aku melihat wajahnya yang sudah berumur itu tampak tersirat rasa bahagia. Fokusku yang tengah memperhatikan Ayah Dirga teralihkan ketika sebuah mobil berhenti. Lalu dua orang perempuan keluar dari kursi penumpang. “Ida?!” Aku bergegas bangun dan berjalan ke arah Idawati. Dia turun bersama Ibu tirinya yang kala itu. Aneh sekali, kenapa tiba-tiba mereka terdampar di sini?“Kalian habis dari mana?” tanyaku sambil mendekat dan menyalami Ibu tirinya Idawati setelah memeluk sekilas sahabatku itu. “Sengaja ke sini! Kasih kamu kejutan!” Idawati bicara dengan riang. “Eh, jadi? Sengaja?” Aku menyipitkan mata. Merasa heran dengan kedatangannya yang tiba-tiba dan juga jawabannya. “Hmmm … jadi, boleh ‘kan kami menginap di rumah kalian?” Pertanyaan Idawati membuatku tertegun beberapa saat. Bukan apa-apa, kamar kami tak banyak. Kalau Idaw
Читайте больше
Предыдущий
1
...
345678
DMCA.com Protection Status