All Chapters of Mengandung Anak Pak Dosen : Chapter 41 - Chapter 50
89 Chapters
Jalan-jalan
"Apa pantas membicarakan hal itu di depan Askara saat ini, Pak Devan. Hmm maksudnya Mas Devan," ucap Mazaya yang terdengar protes, sekaligus tidak nyaman memanggil Devan seakrab itu.Devan tersenyum kecil dan sesaat melihat ke arah Mazaya. Terlebih lagi mendengar wanita tersebut memanggil dirinya dengan panggilan 'mas', hal yang membuatnya senang karena ada sedikit kemajuan dari sikap dingin istri keduanya itu."Kamu benar, Yaya. Aku hampir lupa kalau ada Aska di dalam mobil. Kita akan bicarakan itu nanti. Tapi, untuk sekarang aku akan mengajak Askara jalan-jalan dan aku harap kamu tidak melarangnya kali ini," ucapnya yang terdengar seperti meminta izin kepada Mazaya."Terserah Mas Devan. Asalkan Askara senang, itu sudah cukup buatku," balas Mazaya tanpa menoleh ke arah Devan."Baiklah karena kamu sudah setuju, jadi aku akan membawanya ke sebuah taman bermain. Tapi kamu jangan khawatir di sana tidak akan ada yang mengenali kita," tukas Devan."Iya, Mas." Mazaya menjawab dengan sesing
Read more
Malam pertama (1 )
"Apa kamu sudah siap untuk malam pertama kita, Yaya?"Devan menanyakan hal tersebut tentunya hanya untuk memastikan seberapa kesiapan istrinya itu.Mazaya menjawab dengan anggukan kepalanya saja dan tanpa mengatakan apapun. Hanya saja di dalam hatinya saat ini sedang bergejolak karena ada setitik rasa bersalah kepada kakak angkatnya.Namun, semuanya kini sudah terlanjur dan ibaratnya nasi sudah menjadi bubur, sehingga tidak ada tempat lain baginya untuk kembali.'Gak apa-apa, Yaya. Ini demi Aska dan Nasuha sama sekali gak pernah peduli dengan kamu selama ini,' batinnya yang saat ini berbicara dengan dirinya sendiri, mencoba menguatkan hatinya.Sedangkan Devan tersenyum samar melihat Mazaya yang sebelumnya menganggukkan kepalanya. Entah itu karena kewajiban atau mungkin wanita tersebut merasa terpaksa, tapi yang terpenting adalah malam ini setelah empat tahun ia akan bisa menyalurkan hasratnya yang terpendam.Tanpa banyak bicara, Devan menghampiri Mazaya yang masih berdiri di tempat se
Read more
Malam Pertama (2)
[ Mas, kamu di mana? Jangan bilang kamu sana perempuan lain?! Angkat teleponnya sekarang juga, Mas ....]Pesan itu yang dikirimkan oleh Nasuha saat ini karena suaminya itu tak kunjung menjawab panggilan telepon."Keterlaluan Mas Devan. Masa jam segini belum pulang! Kata William dia udah pulang dari sore tadi, tapi nyatanya belum sampai juga. Gak bisa dibiarin ini." Nasuh terus saja mengomel seorang diri karena kesal kepada Devan yang semakin ke sini malah semakin mengabaikannya."Andai aku cepat-cepat hamil, mungkin Mas Devan akan sering-sering di rumah," gumamnya sembari memegangi perutnya yang masih rata.Menit selanjutnya, terdengar sebuah pesan pemberitahuan di ponsel Nasuha.Rupanya itu dari Devan dan ia langsung membacanya dengan penuh semangat.[ Aku ada acara di luar kota. Mungkin akan menginap dan tidak akan pulang ]Usai membacanya pesan dari Devan, tubuh Nasuha rasanya lemas dan tidak bertenaga. Pria itu benar-benar tidak pulang dan sama sekali tidak menjawab pertanyaannya
Read more
Malam yang panjang
Detik selanjutnya, mendadak hujaman Devan terhenti dan Mazaya semakin menggeliat di atas ranjang.Namun, bersamaan mereka mendengar samar suara anak kecil yang menangis. Apa mungkin itu Askara?Dan Mazaya mulai tersadar dari ketidakwarasannya beberapa saat yang lalu."Apa kamu denger itu, Mas? Bukannya itu Aska? Aku akan lihat dulu."Mazaya tidak mempedulikan raut wajah Devan yang tampak murung karena kecewa sedang panas-panasnya, berhenti melakukan permainan itu. Ia turun dari ranjang dan segera memakai bathrobe, lalu mengikat Cepol rambutnya hingga ke luar dari kamar tersebut.Sedangkan Devan tersenyum getir di atas ranjang karena ia malah belum berhasil menembus belahan inti sang istri, tapi malah sudah ada gangguan di luar.Meskipun sedikit kecewa, ia tidak mungkin mengabaikan putranya begitu saja. Ia juga turun dari ranjang dan memakai bathrobenya dan menyusul Mazaya ke luar kamar.Dan benar saja, jika yang menangis sebelumnya adalah Askara dan saat ini sedang ditenangkan oleh Ma
Read more
Meminta Sesuatu
"Yaya. Ada apa? Kenapa bangun?"Tiba-tiba saja Devan memeluk Mazaya dari arah belakang dan hal itu membuat wanita tersebut dibuat terkejut. Ia segera mematikan ponselnya agar Devan tidak sampai membaca pesan dari Malvin."Bukan apa-apa. Itu hanya pesan dari aplikasi ... Hmm, apa aku boleh meminta sesuatu?" tanya Mazaya mengalihkan pembicaraan ke hal lain. Selain itu ada sebuah gagasan yang terlintas di pikirannya dan ia harus membicarakannya dengan Devan "Minta apa? Katakan aja," balas Devan masih belum melepaskan pelukannya itu."Gak masalah kan kalau aku pergi dengan laki-laki lain seperti ikut makan malam atau sebagainya? Lagipula orang-orang sama sekali gak tahu kan kalau kita udah menikah, Mas. Kamu gak keberatan kan? Aku juga gak mau menjadi pusat perhatian karena sering ketemu sama kamu terus. Gak masalah kan?" tanya Mazaya yang mengeluarkan isi pikirannya saat ini.Devan terdiam sejenak. Ia tidak yakin untuk memberikan izin Mazaya dekat dengan pria lain. Ia pasti tidak akan
Read more
Cari Kesempatan Dalam Kesempitan
"Jelaskan padaku, apa hubungan kamu sama Rendra? Apa kalian lebih dari sekedar teman di kampus?"Devan yang masih mengemudi itu terdengar mendesak Mazaya agar menjelaskan semua hal yang tidak diketahuinya, tentang wanita tersebut dan keponakannya.Mazaya menghela nafasnya panjang, entah kenapa ia kini merasa menyesal mengatakan tentang Rendra di depan suaminya tersebut. Apakah semuanya akan baik-baik saja, jika pria tersebut tahu?"Yaya, kenapa kamu diam? Cepat jelaskan semuanya padaku sekarang juga," desak Devan kembali."Tapi, Mas Devan harus janji satu hal kalau nanti gak akan mencampuradukan antara urusan pekerjaan dan urusan pribadi," ucap Mazaya dengan nada serius.Devan membuang nafas kasar. Entah kenapa perasaannya saat ini tidak enak sama sekali."Iya, katakan sekarang! Sebentar lagi kita akan sampai di kantor," tegasnya.Mazaya menarik nafasnya dalam-dalam, tidak mudah menceritakan hal yang akan dikatakannya saat ini. Tapi, ia yakin Devan harus tahu, alih-alih Rendra sendiri
Read more
Diam-diam Rindu
""Kenapa dia gak angkat teleponnya!"Devan yang tampak geram itu sejak tadi berjalan mondar-mandir di ruangannya, menghubungi keponakannya yang tak kunjung dijawabnya."Apa dia masih tidur jam segini?" tebak Devan sambil menatap jam yang ada di layar ponselnya tersebut.Di saat yang sama, terdengar ketukan di pintu ruangan CEO itu sehingga membuat Devan teralihkan."Ini saya, Pak Devan," seru William di balik pintu."Masuk," sahut Devan, sembari melangkahkan kakinya menuju ke kursinya dan duduk di sana.William masuk ke ruangan tersebut dan hanya seorang diri. "Mana Mazaya, Will? Bukannya aku menyuruh kamu buat bawa dia ke sini." Devan tampak kecewa sekaligus kesal karena tidak bisa bertemu dengan Mazaya. Apalagi sampai terang-terangan. Entah kenapa ia merasa diam-diam merindukan istrinya tersebut."Maaf, Pak Devan. Kata Bu Erina dia ke gedung hotel tempat Pak Malvin. Ada projek yang harus mereka bicarakan," terang William, seraya tangannya menyimpan sebuah map berwarna coklat di a
Read more
Tidak Mau Diganggu
"Ke-kenapa mendadak menanyakan hal seperti itu, Pak Malvin? Bukannya itu sudah keluar dari pembahasan tentang proyek? Saya pikir anda bisa bersikap profesional jika di kantor ...."Sebisa mungkin, Mazaya mengelak dari pertanyaan Malvin sebelumnya. Meskipun ia bisa saja mengatakan kebohongannya untuk menutupi semuanya. Tapi, sekalinya berbohong maka ia tidak akan berhenti mengatakan kebohongan lainnya. Jadi, baginya lebih baik untuk diam saja.Malvin tersenyum kecil seraya memperbaiki posisi duduknya, melihat bagaimana sikap tenang Mazaya yang berbicara kepadanya saat ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan apapun diantara wanita tersebut dan Devan. Ia terlalu dini menyimpulkan, padahal sudah jelas jika Mazaya adalah adik ipar Devan dan tidak lebih dari itu."Kamu benar, Yaya. Aku sepertinya sedikit terbawa suasana dan teringat apa yang terjadi di kantin waktu itu. Aku merasa perhatian Devan bisa dikatakan lebih dari sekedar kakak ipar kepada adik iparnya dan--"Mendadak ucapan Malvin
Read more
Pilihan Yang Sulit
Tepat pukul sembilan pagi, Rendra berjalan menuju ruang kerja Devan. "Om Devan, maaf aku terlambat," ucap Rendra sembari mengetuk pintu ruangan Devan dan masuk begitu saja tanpa mendapatkan izin terlebih dahulu.PLAK.Sebuah map tebal pun melayang ke sisi Rendra dan hampir saja mengenai wajahnya."Om! Kenapa--""Dasar berandalan!" pekik Devan memotong ucapan Rendra dan memasang wajah kesal di depan keponakannya itu. Ia berdiri dari kursinya dengan berkacak pinggang."Jam berapa sekarang hah?" lanjut Devan kembali. " Kamu pikir ini rumah dan kamu bisa masuk atau memanggil pamanmu ini dengan panggilan 'om'?! Apa kamu lupa kalau ini di kantor!" pekiknya.Rendra langsung menundukkan wajahnya. Ia akui salah karena masih terbiasa dengan pergaulan bebasnya di luar negeri."Maaf, Om. Ah bukan, Pak Devan. Saya salah dan masih belum terbiasa dengan bekerja di kantor. Maafkan saya," ucapnya dengan nada menyesal.Devan menghela nafasnya panjang. Ia tahu keponakan itu selalu bersikap semau hati
Read more
Main Cantik
"Itu sebenarnya hasil tes DNA antara aku dan Askara. Anaknya Mazaya."Devan pada akhirnya mengungkapkan tentang hasil tes DNA yang dilakukannya itu. Cepat atau lambat wanita itu pasti akan tahu kebenarannya.. Meskipun begitu ia mempunyai rencana lain untuk menghadapi Nasuha."Dengar, Suha. Ini bukan salah Mazaya. Itu karena--" Ucapan Devan terjeda karena Nasuha tiba-tiba memutus panggilan tersebut. Bahkan nomor ponsel istrinya itu mendadak tidak aktif dan menambah rasa kesalnya saja saat ini.Devan seharusnya tahu, jika saat ini Nasuha sedang diliputi oleh amarah.Tampak Nasuha menghela nafas panjang, mencoba menahan amarahnya yang memuncak. Tangannya masih menggenggam erat telepon yang baru saja ia tutup secara sepihak. Ia tidak bisa mempercayai kenyataan yang baru saja didengarnya. Meskipun ia sendiri sudah berselingkuh, tapi entah kenapa hatinya begitu sakit mendengar bahwa Devan bisa mempunyai anak dari wanita lain.Hal yang membuat Nasuha tidak habis pikir adalah Devan, sang s
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status