All Chapters of Terjerat Hasrat Anak Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40
111 Chapters
Hasilnya?
Naomi tersenyum lebar saat melihat hasil testpack itu menunjukkan kalau dia tengah berbadan dua. "Tuan pasti bahagia saat melihat hasilnya," gumam Naomi lalu keluar dari kamar mandi. Ia melihat sang rentenir sedang memainkan ponsel sambil duduk bersandar di atas tempat tidur. "Tuan," panggilnya sambil tersenyum lebar. Barta menatap Naomi dari ujung kepala sampai kaki. "Sudah? Bagaimana hasilnya?" tanya Barta. Meskipun melihat dari senyuman Naomi dia sudah tahu hasil dari pemeriksaan kandungan itu. Naomi mendekati Barta lalu naik ke atas tempat tidur, masih enggan memberitahu secara langsung. Ia memberikan testpack itu pada sang rentenir sambil tersenyum lebar. "Positif? Iya kan?" tebak Barta. "Coba lihat dulu," kata Naomi. Barta melihat garis dua di testpack tersebut. Senyuman lebar terlukis di wajah dinginnya. "Hamil? Kamu mengandung anakku?" Naomi mengangguk. Barta menarik lengan wanita di depannya, memeluk erat. "Kamu mau apa dariku? Hem? Katakan. Aku akan mengabulkannya
Read more
Rumah Sakit Jiwa
Barat sedang bahagia setelah mengetahui Naomi hamil, berbeda dengan Edgar. Setelah ia berhasil mengingat semua tentang masa lalunya dan tentang hubungannya dengan Bella, Edgar mencari keberadaan Bella yang ia yakini masih berada di dalam rumah ayahnya. Edgar masuk ke ruang mencuci pakaian, ingatan samar samar mulai bermunculan. Sekarang, ia mengingat ada pintu menuju ruang bawah tanah di balik mesin cuci. Namun, saat ia ingin masuk ke sana. Dia melihat dua orang anak buah Barta tengah membawa Bella naik ke atas tangga. "Bella." Edgar bersembunyi di balik tumpukan baju di dalam keranjang. "Mereka mau membawa Bella ke mana?"Dua orang anak buah Barta naik bergantian lalu kembali menutup pintu rahasia tersebut. "Aman, tidak ada yang melihat kita," ucap salah satu dari mereka. Lelaki yang menggendong Bella di pundak berjalan cepat menuju halaman rumah. Edgar melihat semua itu. "Brengsek! Jadi benar kalau selama ini Papa mengurung Bella di dalam penjara bawah tanah? Kenapa Papa tega
Read more
Membawa Bella
Edgar murka saat melihat perawat dan dokter memperlakukan Bella seperti orang tidak waras. "Bella tidak gila. Brengsek!" amuk Edgar. "Tenang ya, kami hanya menyuntikkan obat penenang. Dosisnya sudah disesuaikan dengan kondisi kejiwaan pasien," terang dokter pada Edgar. "Brengsek kalian semua! Bella-ku tidak gila. Dia masih waras. Aku akan menuntut rumah sakit ini! Lihat saja nanti! Brengsek!" sarkas Edgar lalu pergi meninggalkan rumah sakit.Edgar tak dapat menahan emosinya lagi, tak ingin terus melihat wanita pujaan tersiksa di dalam rumah sakit jiwa. "Semua ini karena Papa dan wanita jalang itu! Brengsek!" amuk Edgar memukul stir mobil sangat kencang. Mobil melaju meninggalkan rumah sakit jiwa. Di sepanjang perjalanan menuju rumah, ia tak berhenti memaki dan menyebut nama ayahnya. Ya, semua kesengsaraan yang menimpa Bella, tak lain karena perbuatan Barta.Edgar masuk ke dalam rumah dengan menghentakkan kaki kasar. "Pa! Papa!" teriaknya emosi. Tak melihat ayahnya di ruang kel
Read more
Penderitaan Berakhir?
“Sekali lagi terima kasih banyak, Edgar,” ucap Bella yang masih menangis di pelukan Edgar.“Sudah, Bella. Jangan menangis lagi. Aku paling tidak bisa melihatmu menangis seperti ini.” Perlahan Edgar melepaskan pelukan mereka, kemudian ditatapnya mata indah Bella seraya jemarinya menyeka air mata di wajah wanita cantik itu.“Sudah ya. Jangan menangis lagi. Mulai sekarang aku akan membuatmu bahagia, dan aku berjanji bahwa tidak akan ada yang bisa menyentuhmu tanpa izin dariku. Kamu percaya padaku kan?” tanya Edgar sambil menatap dalam mata Bella yang tampak sembab.Hati Bella merasa sangat tersentuh mendengarnya. Dengan pelan ia menganggukkan kepalanya, bersamaan dengan senyuman manis yang tercipta di bibirnya, meskipun tanpa kata yang terucap.“Aku bahagia melihatmu tersenyum seperti ini.” Edgar turut tersenyum sembari membelai pipi Bella dengan lembut.Perlahan Edgar mendekatkan wajahnya pada wajah Bella. Saat itu juga keduanya saling terpejam, merasakan hembusan nafas hangat yang mene
Read more
Kamu, Hamil?
“Apa?”Wajah Barta mendadak langsung merah padam. Nafasnya tampak memburu, dengan rahang mengeras menahan amarah. Pernyataan yang baru saja diberikan oleh dokter kepercayaannya itu benar-benar membuat emosinya tersulut.Naomi yang turut mendengar perkataan dokter itu pun juga langsung terbeliak lebar. Wanita itu bahkan sampai setengah ternganga saking terkejutnya.“Apa? Jadi Bella sudah tidak ada di sini?” pekik Naomi sembari langsung membekap mulutnya sendiri.“Bagaimana wanita itu bisa pergi dari rumah sakit ini, hah?” bentak Barta dengan suara kencangnya.Darahnya sudah mendidih dan naik sampai ke ubun-ubun pria tua itu. Sedangkan dokter rumah sakit itu terlihat gugup dan ketakutan. Tangannya nampak gemetar, serta wajahnya juga terlihat semakin pucat.“Di … dia kabur, Tuan,” jawabnya terbata-bata.Brakk!Jawaban itu sama sekali tak membuat Barta lantas merasa puas. Justru yang ada, pria itu justru merasa kian murka dengan apa yang baru saja ia dengar.“Dasar bodoh!” hardikan langsu
Read more
Kamu Hamil?
“Sayang, apa kamu hamil?” Edgar mengulangi pertanyaannya sambil menangkup wajah cantik Bella.Terlihat raut wajah sangat bahagia yang terpancar di wajah tampan Edgar. Bella masih terdiam, tak tahu harus menjawab apa. Sebab saat ini ia juga masih belum tahu, apakah dirinya benar-benar hamil atau tidak.“Aku … aku tidak yakin. Aku hanya merasakan gejala-gejala itu,” jawab Bella sembari menggelengkan kepalanya perlahan.“Kalau begitu, lebih baik sekarang kita pergi ke dokter untuk memeriksanya.” Edgar langsung antusias, tetapi hal itu justru segera dijawab dengan gelengan pelan oleh Bella.“Kita tidak mungkin keluar saat ini. Bagaimana kalau nanti papamu menemukan keberadaanku?” tanya Bella yang mulai dilanda kecemasan.Untuk sejenak Edgar terdiam. Dalam hatinya, ia membenarkan juga apa yang dikatakan oleh Bella.“Hmm, kamu benar juga,” timpal Edgar yang kemudian segera memutar otak untuk mencari sebuah cara.“Ah ya.” Tiba-tiba saja Edgar menjentikkan jarinya, hingga membuat Bella reflek
Read more
Di Mana Bella?
“Kurang ajar!” Barta membentak murka.Ia sama sekali tak pernah tahu kenapa rekaman CCTV di rumah sakit jiwa itu bisa menghilangkan jejak Bella.Beberapa kali ia menyuruh petugas untuk memutar rekaman CCTV itu, tapi hasilnya tetap saja nihil. Tak ada video yang memperlihatkan tentang kaburnya Bella dari rumah sakit jiwa tersebut.“Hah! Dasar tidak becus kalian semua!”Dengan murka, Barta pun kemudian bergegas pergi meninggalkan ruangan itu. Turut memasang wajah kesalnya, Naomi pun juga segera pergi mengikuti Barta pergi dari sana.Mereka berdua pergi dengan langkah kesal, kemudian masuk ke dalam mobil. Barta bahkan langsung membanting pintu mobilnya dengan sangat kencang.“Bagaimana ini, Tuan? Kenapa bisa-bisanya Bella kabur dari rumah sakit?” tanya Naomi dengan bersungut-sungut marah. Wajahnya sudah cemberut dengan bibir mengerucut kesal.“Rumah sakit ini benar-benar bodoh! Tapi kamu tidak perlu khawatir, Naomi. Aku akan mengerahkan seluruh anak buahku untuk mencari keberadaan wanita
Read more
Impian Yang Manis
Detik demi detik semakin terasa lambat. Menit berganti, membuat Edgar merasa waktu berjalan sangat lama. Berada di perjalanan setelah mengantarkan Dokter Yasmine pulang, Edgar merasa bahwa mobilnya begitu lama untuk tiba di rumah. Padahal ia sudah menginjak pedal gasnya dalam-dalam.“Kenapa mobil ini lambat sekali? Apa aku perlu mengupgrade mesinnya menjadi kecepatan turbo?”“Hah, kenapa rasanya begitu lama untuk tiba di rumah dan bertemu dengan Bella?”Sepanjang perjalanan, Edgar terus saja menggerutu pelan. Ia tak tahu apa yang terjadi padanya, tetapi ia merasa bahwa ia sangat ingin segera tiba di rumah dan langsung memeluk Bella.Setelah berpacu di jalanan sekitar beberapa belas menit, akhirnya mobil yang dikemudikan oleh Edgar itu pun tiba juga di halaman rumah mendiang ibunya. Pria itu memarkirkan mobilnya begitu saja, kemudian lekas turun dan masuk ke dalam rumah dengan setelah berlari.“Sayang! Sayang!” panggil Edgar tak sabarnya.Bella yang saat itu masih berada di dalam kamar
Read more
Ngidam
Hari sudah mulai menggelap, menampakkan indahnya langit malam yang bertabur gemerlap ribuan bintang. Bulan sabit juga terlihat menerangi bumi dengan cahaya peraknya, seakan mampu menembus hati setiap umat manusia dengan kedamaian yang diciptakannya.Hari sudah semakin malam, ketika mobil Edgar baru saja memasuki halaman rumah Barta. Mobil itu pun melaju ke arah garasi, sebelum akhirnya berhenti di sana.Begitu mobil berhenti, Edgar buru-buru turun dan menutup pintu dengan kencang. Pria itu kemudian bergegas melangkah cepat ke pintu utama.“Semoga saja papa dan wanita sialannya itu tidak menyadari kepulanganku,” gumam Edgar penuh harap.Tangan Edgar meraih handle pintu dengan tergesa-gesa. Dengan cepat, ia langsung membuka pintu tersebut dan lekas masuk agar tak diketahui oleh papanya.Akan tetapi, baru saja satu langkah kakinya melalui ambang pintu tersebut, tiba-tiba aktivitasnya terhenti saat melihat dua pasang kaki di hadapannya, seolah sengaja menghadang langkah Edgar.“Darimana s
Read more
Mangga Muda
“Apa, Sayang? Kamu mau mangga muda? Kamu ngidam?” tanya Edgar dengan kedua mata membulat lebar.“Iya. Kamu tidak keberatan untuk mencarikannya kan? Demi anak kita.” Bella memasang wajah manis dengan tatapan penuh harap. Sementara tangannya tampak mengusap perutnya.“Tapi, Sayang … ini bukan musim buah mangga. Dimana aku bisa mendapatkan mangga muda?”“Aku juga tidak tahu, Edgar. Kalau saja aku tahu, mungkin aku sudah berusaha mencarinya sendiri.” Mendadak Bella memasang wajah sedihnya, sembari kedua tangannya masih membelai perutnya yang rata.“Eh, Sayang.”Tiba-tiba saja ada rasa bersalah yang menyelimuti hati Edgar. Rasanya ia tak tega melihat Bella menjadi sedih seperti itu.Segera diraihnya wajah cantik kekasihnya itu, dengan tatapan mata dalam yang saling beradu.“Baiklah kalau begitu. Aku akan berusaha mencari mangga muda itu sekarang juga. Demi anak kita,” ucap Edgar dengan senyuman meyakinkan.Mendengar kesanggupan Edgar, refleks membuat Bella langsung menyunggingkan senyumny
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status