All Chapters of Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku: Chapter 51 - Chapter 60
200 Chapters
51. Penulis Galau
“Hah? Lu gila?” Ninik geleng-geleng kepala mendengar curhatan Lisa tentang ributnya dia dengan Natalia yang berakhir dengan pengunduran dirinya dari Sutomo Land Corporation. “Lisa!” Ninik mendelik. “Kapan lagi elu bisa kerja di perusahaan sebesar Sutomo Land Corporation sebagai pegawai tetap? Pe-ga-wai te-tap!” cerocosnya terdengar seperti petasan cabe di kuping Lisa. Ninik betul-betul dibuat geregetan oleh sikap Lisa yang kadang suka bersikap impulsif begini. “Lisa, royalti novel elu bahkan lagi merosot sekarang gara-gara elunya jarang update. Mestinya elu terima aja kerja sebagai office girl di sana, yang penting bulanan elu aman!” “Nggak bisa. Ini menyangkut harga diri gue, Nek!” Ninik memutar bola mata dan mendengus jengkel. “Harga diri tai kucing! Harga diri nggak bisa kasih elu uang bulanan, Lisa! Elu nggak pikirin gimana cara memenuhi kebutuhan bulanan elu, heh?” “Mikirlah!” Lisa menyilangkan kakinya sambil bersandar di kursi kerja Ninik yang empuk. “Oke, apa pikiran elu
Read more
52. Asisten Editor
Kerumunan para pegawai Sutomo Land Corporation di area lift segera terbelah begitu petugas keamanan gedung mengucapkan instruksi dengan nada tegas, “Permisi, tolong beri jalan sebentar, Pak Vincent mau lewat.” Vincent menatap orang-orang di sekitarnya dengan sapuan matanya yang cepat. Wajah-wajah itu tersenyum ramah dan mengangguk hormat padanya. Vincent membalas dengan anggukan kecil namun sarat wibawa. Vincent bergumam dalam hati, “Sudah lama sekali aku nggak lihat Lisa." Dia pikir tidak berjumpa lagi dengan Lisa selama dua minggu berturut-turut hanyalah kebetulan saja. Seperti biasa, Vincent selalu disibukkan oleh urusannya sebagai CEO. Kadang dia harus tiba lebih pagi di kantor, atau datang setelah jam makan siang karena paginya dia harus menghadiri berbagai pertemuan bisnis di luar. Atau bahkan, seharian Vincent berada di luar kantor, bahkan luar kota, juga luar negeri. Hal itu membuatnya berpikir wajar saja bila dia mulai jarang berpapasan lagi dengan Lisa. Tapi sudah beberap
Read more
53. Banjir
Lisa dilanda panik. Ia membereskan dokumen-dokumen pentingnya dan memasukkannya ke dalam tas. Dia mencoba menyelamatkan barang-barang berharga yang dia punya: pakaian, tas, sepatu, aksesoris, pokoknya barang-barang brandednya yang berharga puluhan juta, dan mengabaikan barang murahan lainnya. Sementara itu, air terus mengalir masuk dengan cepat, memenuhi hingga sudut-sudut kamar kos kecilnya. Lisa bergegas menuju pintu sambil membawa tas ransel berisi laptop dan dokumen penting, sambil mengangkat sebuah kopor yang berisi barang-barang berharganya. Saat pintu terbuka aliran air deras langsung menyambutnya, menciptakan genangan di lantai kamarnya. Dalam sekejap, kertas-kertas di meja pendeknya segera berserakan tersedot oleh aliran air, menciptakan gambaran kekacauan di tengah-tengah banjir. “Kyaaa! Iphone-ku!” Lisa buru-buru mengambil ponsel mahalnya yang tertinggal di meja sebelum genangan air sempat menyentuhnya. Ia melihat sekeliling, kaget melihat air yang terus naik dengan ce
Read more
54. Bantuan Kemanusiaan
Lisa membuka mata dengan perlahan, menemukan dirinya berada di suatu tempat yang asing. Pandangannya kabur sejenak sebelum fokus pada langit-langit putih di atasnya. Ketika Lisa mencoba untuk duduk, seluruh tubuhnya terasa begitu lemah. Selang infus yang terpasang di tangan kirinya menjadi penanda bahwa ia tidak berada di tempat yang biasa. Pikirannya melayang-layang, mencoba merangkai ingatan akan peristiwa terakhir. Tiba-tiba, seorang suster masuk ke dalam kamar. "Anda sudah sadar. Syukurlah," ujarnya sambil memeriksa tetesan infus. Lisa menatap sekitar, mencoba memahami di mana ia berada. "Ini rumah sakit, ya?" tanyanya, suaranya masih lemah. Suster itu mengangguk. "Iya. Kakak ditemukan pingsan oleh tim SAR di area banjir. Mereka membawa Kakak ke sini untuk mendapatkan perawatan." Lisa mengangguk pelan, ingatannya mulai kembali. Namun, sesuatu yang lain menggelisahkannya. Barang-barangnya yang malam itu diselamatkannya kini tak terlihat. "Eh, barang-barang saya mana ya, Sus?
Read more
55. Dekapan Hangat
Dengan cekatan, Bona mendekati petugas rumah sakit untuk mencari tahu di mana Lisa berada. “Permisi. Bangsal penyakit dalam untuk pasien wanita dewasa di mana ya, Sus?” Sementara itu, pandangan Vincent berusaha menembus kerumunan orang yang sibuk di koridor. “Pak Vincent, mari. Tempatnya di sana.” Bona menunjuk ke sebuah arah. Saat akhirnya Vincent menemukan Lisa, terbaring lemah di atas ranjang, detak jantungnya seperti terhenti sejenak. Ruangan itu dipenuhi dengan aroma antiseptik dan suara mesin medis yang terus berdenyut seperti detak kehidupan yang terus berlanjut. “Lisa?” Dan di sanalah Vincent melihatnya, terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Hati Vincent terasa berdesir, melihat keadaan Lisa yang tampak rapuh di tengah situasi darurat ini. Bona membantu memastikan bahwa Lisa dalam kondisi stabil dan membenarkan informasi dari tim medis bahwa Lisa hanya mengalami kelelahan dan beberapa luka ringan. Setelah mendapatkan izin dari dokter, Vincent memutuskan untuk membaw
Read more
56. Interupsi di Tengah Gairah
Vincent dan Lisa, mereka berdua terperangkap dalam suasana kamar yang penuh dengan keintiman. Vincent merayapi rambut Lisa dengan lembut, sepasang manik mata sewarna karamelnya yang indah, menatap Lisa dengan penuh hasrat dan kenangan. Sensasi saat pertama kali mereka menyatukan tubuh di sebuah penginapan sederhana di Lombok, melintas kembali di benaknya. "Lisa, saya menginginkan kamu," suara bariton Vincent terdengar rendah serupa bisikan yang menggoda, menciptakan getaran yang merambat ke seluruh tubuh Lisa. Lisa bisa merasakan makna 'ingin' yang tersirat di dalam kata-kata tersebut. Pandangan mata mereka bertemu, dan Lisa memberikan senyuman manisnya sebagai jawaban, disertai kecupan lembutnya di bibir Vincent yang segera terbuka menerimanya. Lisa perlahan-lahan melepas kancing kemeja yang membalut tubuh Vincent, membiarkan kemeja itu jatuh dengan lembut di samping tempat tidur. Setiap gerakan yang ia lakukan, membuat detak jantung mereka semakin cepat. Vincent juga tidak tinggal
Read more
57. Suka Pasta
Lisa baru saja selesai mandi dan keramas, rambutnya yang setengah basah ia gulung dengan handuk. Di atas kasur, telah tersedia pakaian bersih yang disiapkan untuknya: sebuah kemeja putih yang tampaknya milik Vincent. Lisa mengerutkan keningnya, merasa agak ragu untuk memakainya. Namun, melihat tidak ada pilihan lain, akhirnya dia mengambil kemeja itu. Ketika Lisa mengenakan kemeja putih itu, terlihat terlalu besar untuknya. Kemeja tersebut menggantung longgar di tubuhnya, panjangnya cukup menutupi pahanya. "Jadi kayak pakai daster gini," gumamnya sambil melihat dirinya di cermin. Ia menggulung bagian lengannya yang terlalu panjang di tangannya. Kemeja Vincent yang dipakai oleh Lisa tampak longgar namun membentuk siluet yang anggun di tubuhnya. Pandangan Vincent, yang baru saja memasuki kamar sambil membawa nampan makanan untuk Lisa, seketika tertahan pada daya tarik Lisa yang tak terduga tersebut, terlebih dia tahu tanpa pakaian dalam yang tersembunyi di balik kemejanya itu. "Saya s
Read more
58. Semurah Itu?
“Lisa, kembalilah bekerja. Saya sudah siapkan apartemen buatmu. Kamu boleh tinggal di sana kapanpun kamu mau. Itu dekat dengan kantor.” Vincent berkata sambil memandang Lisa yang asyik menyantap lasagna. Lisa tersenyum dan menjawab, “Terima kasih atas kesempatannya, Pak Vin. Sayangnya, saya kurang cakap mengurus pantry. Saya tidak mau gaji bulanan saya banyak terpotong karena saya sering memecahkan perkakas pantry.” Dia mengedikkan bahu dengan santai usai memberikan penjelasan.“Loh? Apa hubungannya dengan pantry?” Vincent terkekeh, dia menaikkan kakinya ke atas ranjang, menekuk kakinya tanpa mengalihkan pandangannya dari Lisa.“Kok, loh?” Lisa mengerling pada Vincent. “Memangnya apa yang dilakukan office girl kalau bukan ngurusin pantry?” Kedua alisnya naik ke atas. Vincent mengerutkan kening. “Office girl? Kenapa kita jadi membicarakan office girl?” dia terlihat betulan bingung. “Karena posisi itu yang ditawarkan Bu Nata pada saya. Saya dipecat sebagai resepsionis, tapi kemudian
Read more
59. Matre Tanpa Basa-Basi
Vincent pergi untuk pertemuan bisnisnya hari ini, dan Lisa merasa bosan berada di dalam kamar tamu saja sejak kemarin. Seiring dengan keinginannya untuk menjelajahi rumah besar itu, iapun menelepon asisten pribadi Vincent."Mas, baju saya kok nggak datang-datang sih? Mas Bona tuh belinya di planet mana?”“Nggak lihat berita kalau Jakarta dikepung banjir? Saya baru aja sampai di mall," omel Bona. "Eh, omong-omong saya lagi di Victoria Secret nih, ukuran bra kamu berapa, ya?”“Dih, reseh ini orang, kepingin lakban mulutnya,” gerutu Lisa dalam hati. “Biar saya aja yang ngomong sama orang tokonya!” ketusnya menahan gondok.Selesai bicara dengan staf toko, ponsel beralih kembali ke tangan Bona. “Mau titip apa lagi, Mbak Lisa?” tanya Bona dengan nada ramah yang dibuat-buat, sebenarnya nun jauh dalam hatinya kurang setuju bila pilihan sang bos jatuh pada wanita urakan seperti Lisa ini. Tapi Bona tetap melayaninya dengan baik mengingat Lisa adalah ‘tamu spesial’ sang majikan.“Oya, habis ini
Read more
60. Berpikir Rasional
“Ah, kamar ini berantakan, tapi kalau aku menelepon pelayan, nanti ibunya Pak Vin bisa tahu tentangku,” pikir Lisa. Entah mengapa dia merasa Nyonya Rose belum tentu akan menyukainya. Apalagi Lisa juga tahu sendiri bahwa ibunya Vincent juga masih begitu mengagumi Nuning sebagai sosok mantan menantu idealnya.Lagipula Lisa juga sadar, meskipun dia dan Vincent sudah menghabiskan banyak waktu bersama-sama di atas ranjang, bukan berarti ada ikatan spesial di antara mereka. Tidak pernah ada pembicaraan ke arah sana. Lisa tahu betul, mereka hanya menjalaninya sebatas suka sama suka. Dia dan Vincent sama-sama mengambil keuntungan dari hubungan singkat mereka yang terjadi dengan begitu saja.“Baiklah, biar kubereskan sendiri.”Lisa mulai merapikan ranjang, mengganti sprei dan menata barang-barang, memastikan agar kamar kembali rapi.Handle pintu kamar tiba-tiba bergerak, seseorang seperti sedang berusaha masuk. Lisa cepat-cepat membukanya dan terkejut saat melihat sosok Nyonya Rose di luar pin
Read more
PREV
1
...
45678
...
20
DMCA.com Protection Status