All Chapters of Suami Pengganti Wasiat Papa: Chapter 11 - Chapter 20
111 Chapters
Tamparan Untuk Adik Ipar
Emily membeku dipeluk Batara dengan begitu erat, Batara terus melirihkan kata maaf hingga mata Emily membelalak melihat sesosok gadis beransel hitam dengan kaca mata sedikit melorot dan rambut ikat satu yang menatapnya tajam. Giana.“Kamu apa kabar Emily?” tanya Batara setelah Emily mendorong pelukannya.“Tidak baik.” Emily memilih duduk dan tidak mengindahkan tatap tajam Giana padanya, entah alasan apa yang membuat Giana berada di tempat di mana ia bertemu dengan Batara tanpa sepengetahuan siapapun.“Emily aku sungguh minta maaf untuk tidak bisa datang saat hari pernikahan kita.” Batara masih menggenggam tangan Emily erat yang kemudian Emily lepaskan sebelum ia menjawab.“Beri tahu aku alasannya,” tukas Emily.Batara menarik nafas panjang. “ Aku sungguh sudah pulang sebelum acara kita. Tapi di perjalanan menuju rumah tiba-tiba aku tersesat. Mobil aku terus berputar-putar tanpa bisa sampai ke rumah, aku juga tidak bisa menghubungi siapapun. Memang terdengar enggak masuk akal, tap
Read more
Menjadi Dewasa
Emily memutuskan pulang ke kediaman Gallen setelah berputar-putar mencari Giana dan tidak ketemu. Sesampainya di rumah juga tidak ia temui motor Giana. Karena ia sebal pada Giana sedari awal, ia bahkan tidak memiliki nomor ponsel Giana.“Anak resek itu memanggil aku kakak?” Emily menyandarkan kepalanya pada sofa pendek rumah Gallen yang sunyi.Emily ingat jika dalam ke tidak sopanan Giana yang tiba-tiba menyela obrolannya dengan Batara, Giana menyebut diri sendiri aku dan memanggilnya Kakak. Yang mana tidak pernah Giana lakukan sebelumnya.“Sial banget aku, bisa dicincang sama Gallen jika sampai dia tahu,” gumam Emily masih dengan mata terpejam dan kepala menengadah.Hingga waktu menunjukkan pukul tujuh malam Giana belum juga pulang, sedangkan Gallen sudah sampai di rumah pukul delapan malam.“Adik kamu belum pulang, kami .... “Ucapan Emily terputus kala Gallen mengulurkan paper bag di tangannya untuk Emily.“saya belikan ayam bakar taliwang, sop iga sama fuyunghai seafood. K
Read more
Perkelahian
Emily mendengus kencang akan sindiran telak gadis yang tidak segan menatapnya dengan tajam. “Sudah saya bilang saya bukan anak manis yang akan berkata manis sama kamu.” Giana mengangkat bahunya acuh.“Saya bisa lihat itu, kamu sangat suka bergesekan pendapat dengan saya. Saya memang harus menemui Batara terlepas apa yang dia perbuat. Saya butuh alasan dan penjelasan, tentu saja saya tidak mengharapkan ada Gallen yang mendengarkan percakapan kita. Keputusan saya menemui Batara tidak saya sesali. Harusnya kamu lebih bisa menahan diri kemarin dan mendengarkan kelanjutan perbincangan kami. “ Emily melipat tangannya masih membalas tatap Giana.“Whatever you say, saya sudah tidak tertarik mendengarkan. Jelas sekali kamu tidak ingin memberitahukan dia kalau kamu sudah menikah. Saya ada kelas satu jam lagi, mau bicara apa lagi? saya tidak akan lagi mengajak kamu ribut selama kita tinggal bersama, tenang saja.” Giana mulai mengambil arem-arem dan membuka untuk ia gigit kembali tanpa menaw
Read more
Simpati
“Tidak apa-apa Tante, kami sudah mengurusnya ke pihak berwajib.” Gallen menjawab pertanyaan Mama Emily yang datang bersama Gracia saat mendengar kabar pemukulan Hallen oleh Batara.“Iya harus dilaporkan, ya Tuhan kenapa dia nekat sekali. Kamu juga hati-hati ya Emily, kok Mama takut kamu kenapa-kenapa juga.” Mama Emily menggenggam tangan putrinya erat.Emily mengangguk meyakinkan mamanya untuk lebih hati-hati. Sejak percakapan tidak selesainya dengan Gallen mengenai pertemuannya dengan Batara, mereka berdua belum kembali bicara berdua karena keluarga Emily dan Giana berdatangan langsung. Giana sendiri tidak banyak bicara, hanya memperhatikan percakapan mereka semua di sofa ruangan Gallen dirawat.“Giana sini,” panggil Gallen saat keluarga Emily sudah kembali ke kediaman mereka karena sudah larut dan Gallen sendiri yang meminta mereka pulang untuk istirahat.“Ada apa Bang? Abang butuh sesuatu? Mau ke kamar mandi?” Giana sigap langsung bertanya begitu sudah di samping Gallen.“Kamu
Read more
Keributan di Rumah Sakit
Emily kaget saat seorang perawat masuk dan meminta izin mengganti pakaian Gallen serta membantunya ke kamar mandi. Padahal ia sedari tadi tidak ke mana-mana dan hanya duduk di sofa memainkan ponselnya.“Kenapa kamu panggil perawat padahal saya ada di sini?” Emily langsung bertanya begitu Gallen kembali berbaring dengan pakaian yang sudah ganti dan wajah lebih segar karena sudah ia basuh dengan air dingin.“Saya tidak mungkin minta kamu ke kamar mandi dan menunggui saya berganti baju sampai pakaian dalam bukan? Tentu kamu akan risih atau bisa jadi teriak histeris seperti saat di rumah itu.” Gallen menjawab dengan jujur.Emily seketika merona teringat kejadian mereka berpapasan dengan Gallen yang hanya mengenakan pakaian dalam. Ia berdecap keras untuk menutupi salah tingkahnya di hadapan Gallen.“Itu lain cerita, waktu itu saya kaget. Sekarang posisinya kamu sedang sakit dan itu gara-gara saya. Apa susahnya saya bantu gantikan kamu baju kan. Saya bisa memejamkan mata kalau kamu yan
Read more
Obrolan Ringan Pertama
“Gila memang dia, masa di rumah sakit berani menyerang begitu. Untung keamanan sini sigap sekali langsung di bawa ke kantor polisi.” Giana menggerutu panjang dengan menyaksikan Gallen yang sedang ditangani kembali infus yang terlepas.“Abang yang menyerang Giana, kamu bisa tolong diam? Abang pusing sekali kamu mengomel terus,” tegur Gallen.“Iya Bang maaf.” Giana langsung diam setelah Gallen menegur.Mereka berempat di ruangan Gallen terdiam sampai sang perawat selesai menangani Gallen. Syahdan menghela nafas panjang melihat bagaimana bengkaknya tangan kanan Gallen setelah kejadian.“Kamu pulang saja Syahdan, biar mereka berdua saya yang urus. Terima kasih ya sudah antar Giana ke makam.” Gallen mengucapkan terima kasih pada Syahdan yang sudah membantunya menemani sang adik.“Siap Bang, saya pulang dulu ya. Heh anak bandel jangan simpan macam-macam dalam tas kamu itu.” Syahdan menepuk kepala Giana sekali.“Itu aku beli karena kemarin lusa spion motor aku kendor, dari pada beli d
Read more
Pelukan Pertama
“Pernah ... sering dulu pas awal-awal. Yang paling parah menurut saya adalah saat kami salah pesan bunga seharga lima belas juta. Di sini bukan masalah di uang, tapi baby pink yang di minta keluarga perempuan kami pesankan dengan warna pink tua. Pemesanan bunga tidak bisa sekali panggil mereka menyediakan. Karena bunga asli lebih susah pesannya, waktu tidak memungkinkan untuk mencari penggantinya jadi kamu tahu tidak ... ya Tuhan ini sungguh pekerjaan paling menguras kesabaran. Saya panggil dua puluh anak SMA teman Giana, untuk membantu mewarnai satu persatu kelopak bunga dengan warna baby pink. Itu bunga satu truk besar Emily ... kami bertiga puluh semalam suntuk mewarnai kelopak bunga. Saya izin sama orang tua mereka tentu saja, untungnya mereka sedang libur semester.” Gallen sudah duduk bersandar kepala ranjang setelah Emily bantu duduk. “Astaga ... saya enggak bisa membayangkan. Apa keluarga mempelai tidak keberatan?” Emily sangat tertarik dengan cer
Read more
Getaran Pertama
Gallen berdehem sekali untuk menutupi kegugupannya, setelah mereka diam beberapa lama agar pusingnya berkurang. Kini Emily memapahnya menuju bangkar dan membantunya berbaring.“Celana kamu basah, saya bantu ganti ya. Kamu pusing dari dalam kamar mandi ya?” Emily cekatan membuka lemari di samping ranjang untuk mengambil pakaian ganti Gallen.“Biarkan saja hanya sedikit basah tadi,” ujar Gallen.“Saya tidak akan menyentuh yang tidak seharusnya disentuh tenang saja. Kamu digantikan suster mau, kenapa sama saya enggak mau?” sindir Emily telak.“Takutnya kamu yang risih. Bagaimanapun saya laki-laki dan kamu perempuan.” Gallen menjawab pasrah akhirnya kala Emily membentangkan selimut hingga dadanya sebelum menarik turun celana pasien Gallen tanpa membuatnya terbuka. Emily tersenyum kecil mendengarnya, tangannya cekatan memakaikan Gallen celana bersih sebelum kembali menurunkan selimutnya. Gallen tidak betah pakai selimut selama Emily di sampinya jarang melihat Gallen berselimut lama.
Read more
Ternyata Tidak Polos
Emily berdehem dengan mengalihkan pandangannya dari manik mata Gallen, ia tidak menyangka akan mendapat serangan telak dari Gallen akan alasan mengapa Gallen sangat tidak suka bersentuhan dengan wanita walau dalam konteks tidak sengaja.“Tidak pernah pacaran?” tanya Emily setelah mengatasi kegugupannya.“Pernah beberapa kali, tapi karena saya ... aku maksudnya ... selalu sibuk dengan pekerjaan jadi mungkin mereka kesal, bosan, akhirnya meminta menyudahi hubungan.” Gallen memutar badannya agar tidak berhadapan dengan Emily yang masih setia memandangnya lekat.“Pacarannya syar’i?” Emily masih penasaran bagaimana interaksi Gallen dengan para kekasihnya dahulu.“Pacaran Syar’i itu seperti apa? pacaran saja sudah dosa, kok ada Syar’inya.” Gallen geli mendengar pertanyaan Emily.Emily berdecap menepuk Gallen kesal. “Maksudnya hanya jalan jejeran terus mengobrol saja begitu?”“Memang ada hal lain yang harus dilakukan selama masa pacaran? kamu seperti itu? melakukan sesuatu yang belum w
Read more
Ditampar Mantan Calon Mertua
“Terima kasih, selamat bekerja.” Emily mengucapkannya setelah hampir sepuluh menit sisa perjalanan mereka di warnai keheningan, Giana terlebih dulu turun karena lokasi kampusnya yang paling dekat dengan rumah.“Emily,” tahan Gallen.“Iya?” Emily menoleh pada Gallen yang menahan lengan berbalut blazer mocca.“Sorry untuk yang semalam, aku ... tidak ada maksud berbuat asusila tapi .... ““Iya aku tahu, bukan hanya kamu saja yang melakukannya. Jangan dibahas lagi tolong, aku malu sumpah,” kekeh Emily menutupi salah tingkahnya.Gallen mengangguk menyetujui. “Tapi kalau kamu mau pertanggung jawaban, aku akan tanggung jawab sungguh.”“Aku enggak hamil astaga apa yang harus dipertanggung jawabkan. Kita sama-sama tidak ada paksaan jadi stop bahas mengenai ciuman di dapur. Sudah ya aku harus masuk kantor.” Emily tidak menunggu jawaban dari Gallen dan langsung keluar dari dalam mobil yang tiba-tiba terasa panas.Emily berusaha melupakan kejadian di dapur agar bisa fokus bekerja, tidak ad
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status