All Chapters of My Cassanova Husband: Chapter 151 - Chapter 160
174 Chapters
149. Masa Foto Adik Begini?
“Buka dulu, Sayang,” ucap Gendarly, “Mommy penasaran apa isinya.”Aurora mengangguk. Tangan mungilnya kemudian merobek kertas pembungkus dengan tidak beraturan. Lalu ia mengumpulkan kertas-kertas tersebut supaya tidak berceceran.Aurora mengeluarkan isi kotak tersebut—yang merupakan sebuah bando kecil berbahan metalik dengan motif bintang kristal, dan selembar foto hitam yang tidak begitu menarik bagi Aurora.“Ini apa, Daddy? Kok gambarnya hitam gini? Daddy fotoin apaan, sih?”Auriga tersenyum kecil. “Ini foto calon adik Aurora.”“Adik?” Aurora mengerutkan kening seraya menilik foto itu dengan kepala dimiringkan, ia tampak tidak percaya dengan ucapan ayahnya. “Daddy jangan bohong. Masa foto adik begini? Kepalanya mana? Kaki dan tangannya mana? Ini kan cuma gambar seperti gelembung doang.”Terdengar tawa Lavina dan Gendarly yang bersahutan. Mereka tidak berniat menyela percakapan Auriga dan Aurora.Alih-alih menjawab, Auriga malah memasangkan bando metalik itu di kepala Aurora. “Ini ba
Read more
150. Kejutan Lagi
Lavina tercengang.Mulutnya ternganga, matanya membulat sempurna kala melihat lautan paket di hadapannya.Ia baru saja pulang dari kampus dan sudah disambut oleh puluhan paket yang tak pernah ia beli.“Mom…,” gumam Lavina seraya mengerjapkan mata berkali-kali, berharap ia salah lihat. Lalu menaikkan pandangannya ke arah sang ibu mertua, yang berdiri di hadapannya—terhalang oleh puluhan paket itu. “Ini benar untuk aku? Kurirnya nggak salah alamat, ‘kan?”Gendarly menggeleng seraya mengerutkan kening, seolah sedang berpikir. “Nggak, Sayang. Mommy lihat di resinya nama kamu, kok, dan alamatnya memang rumah ini.”“Mungkinkah ada nama Lavina yang lain di apartemen ini, Mom?” gumam Lavina lagi dengan ekspresi kebingungan. “Aku nggak pesan apa-apa di online shop.”“Hmm….” Gendarly mengusap-usap dagu. “Kenapa bisa, ya? Tapi Mommy juga yakin, kamu bukan tipe orang yang akan beli barang sebanyak ini.”Lavina berjongkok untuk memastikan sekali lagi nama dan alamat yang tertera pada kertas di set
Read more
151. Good Bye, Korea
“Mas!” seru Lavina dengan tatapan tak percaya. “Mas Auriga di sini? Aku nggak salah lihat, ‘kan?”Auriga menoleh. Senyuman lembut terlukis di bibirnya yang membuat Lavina yakin kalau pandangannya masih berfungsi dengan baik. Tidak salah lagi. Auriga memang berada di hadapannya saat ini.“Iya, Love. Aku di sini.” Auriga mendekati Lavina, lalu menariknya ke dalam pelukan. “Untuk kamu. Dan untuk anak-anak kita.”Lavina balas memeluk pinggang Auriga, jantungnya seketika berdebar-debar dan hatinya kembali terasa penuh. “Selamat datang di rumah, Mas.”“Iya.” Auriga mengecup puncak kepala Lavina dengan mesra. “Ke manapun aku pergi, kamu akan selalu jadi rumah untukku, Love. Aku benar-benar merindukanmu.”Lavina tertawa kecil, lalu ia mendongak untuk menatap wajah suaminya dengan tatapan kagum. Meski mata Auriga terlihat mengantuk tapi pria itu masih sangat memukau. “Kenapa Mas tiba-tiba datang ke sini?”“Kangen kamu.”“Ish! Kamu bikin aku malu, Mas.” Lavina menangkup pipinya dengan bibir cem
Read more
152. Apa Dulu Kalian Tidur Bersama?
Lavina menghirup dalam-dalam udara Jakarta yang sudah sangat ia rindukan. Ia memandangi bandara yang terlihat sibuk. Orang-orang terlihat berjalan cepat menuju pintu keluar bandara, sambil menarik koper atau mendorong troli.Kemudian pandangannya beralih pada ibu mertuanya yang sedang berbicara dengan Daddy Axl melalui telepon, mungkin beliau sedang mengabarkan kedatangan mereka, yang sudah sampai di terminal kedatangan beberapa menit yang lalu.“Maaf, sudah membuatmu menunggu lama.”Bisikan lembut dan pelukan dari belakang, membuat Lavina sedikit terkesiap. Namun ia sudah mengenali pemilik suara berat itu dan parfum yang menguar dari tubuhnya.Lavina berbalik, menghadap Auriga yang masih mengenakan topi pilotnya. Lavina tersenyum lebar. Lalu tanpa diduga-duga, ia berjinjit dan menghadiahkan kecupan ringan di sudut bibir Auriga, yang membuat pria itu seketika membeku.“Terima kasih, Capt. Anda memang hebat. Penerbangannya sangat menyenangkan dan memuaskan,” ucap Lavina dengan antusias
Read more
153. Rusuh
Auriga mengembuskan napas panjang dan memejamkan matanya sejenak. “Kamu percaya sama drama yang dia buat, Sayang?”“Drama?”“Hm.” Auriga mengangguk sambil mengerjap. “Itu cuma drama yang dia bikin sendiri untuk membuat kamu cemburu dan salah paham sama aku. Padahal kenyataannya, aku nggak pernah menyentuh dia.”Kening Lavina berkerut sembari berpikir sejenak. “Iya juga, ya. Kenapa dulu aku bisa percaya gitu aja sama dia?” gumamnya dengan perasaan menyesal.Andai saat itu Lavina bisa lebih bersikap dewasa, mungkin ia dan Auriga tidak akan bertengkar dan sampai berpisah jauh. Namun, jika tidak begitu, Lavina mungkin tidak akan punya kesempatan kuliah di Korea.Dan ya, semuanya sudah digariskan seperti itu. Selalu ada pelajaran yang terselip dalam setiap masalah yang dihadapi.“Yang sudah berlalu nggak perlu disesali, Love.” Auriga merangkul bahu Lavina dan membawanya masuk ke dalam kamarnya. “Yang terpenting bagi kita sekarang… adalah masa kini dan masa depan. Kita bisa memperbaiki bers
Read more
154. Demi Istri
Seharian itu Lavina cemberut pada Auriga.Auriga pun tidak membujuk dan merayunya, ia mendiamkan perempuan itu. Berharap dengan begitu Lavina akan berpikir bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan anak tidak bisa disikapi dengan kekanakkan.Namun, bukannya berpikir dan menyadari sikapnya, Lavina justru malah semakin dingin pada Auriga.Bahkan perempuan muda yang sedang hamil menuju 7 bulan itu tidak berbicara sama sekali pada suaminya. Dia hanya menjawab seperlunya dan sesingkat-singkatnya dengan ketus jika Auriga bertanya.Ternyata begini rasanya bertengkar dengan perempuan yang jauh lebih muda dariku, batin Auriga seraya mengusap wajahnya dengan kasar.Auriga menoleh ke kasur di sebelahnya yang masih kosong. Sudah pukul sepuluh malam tapi Lavina tak kunjung masuk ke kamar.Sebagai pria yang sudah dewasa, dan sebagai seorang pemimpin dalam rumah tangga ini, Auriga berusaha mencari solusi untuk masalah ini agar tidak berlarut-larut.Dan tak bisa dipungkiri, tidak tidur bersama Lav
Read more
155. Mengalah
“Love….” Auriga duduk menghadap Lavina. “Kita bisa membuat ruangan yang sederhana dan hangat, tapi dengan gaya yang klasik dan elegan, Sayang.”“Mas ini kenapa sih, selalu ujung-ujungnya yang elegan, elegan dan elegan.” Lavina merotasi matanya dengan malas. “Mas tahu? Gaya yang kayak gitu nggak cocok buat kamar anak-anak, Mas.”“Tapi kita bisa diskusiin ini sama Mommy,” timpal Auriga, “Aku yakin, dengan kemampuan Mommy, gaya yang klasik itu akan disukai anak kita.”“Aku bilang nggak suka ya nggak suka, Mas….” Lavina bersikukuh, keceriaan di wajahnya perlahan memudar. “Mas ini kenapa, sih? Selalu mentingin kemauan Mas daripada anak kamu.”“Oh ya?" Kening Auriga berkerut. “Memangnya kamu pikir, desain yang kamu mau juga kemauan anak kita?” Auriga menggeleng. "Bukan. Itu bukan kemauan anak kita, tapi kemauan kamu,” tandas Auriga, yang membuat Lavina tertohok.Raut muka Lavina terlihat semakin keruh. Ucapan Auriga barusan yang terdengar tegas membuat hatinya yang sedang sensitif itu tercu
Read more
156. I Miss You Too, Baby
Lavina menatap pantulan dirinya di cermin. Ia merasa puas dengan penampilannya akhir-akhir ini. Sejak kehamilannya membesar, Lavina sudah meninggalkan celana dan hoodie, lalu mencoba membiasakan diri memakai dress feminin yang membuatnya terlihat lebih dewasa.“Mami, Mami udah cantik, tunggu apa lagi, Mami? Daddy sebentar lagi sampai,” celoteh Aurora yang terlihat gemas pada Lavina. Pasalnya dari tadi ibunya itu selalu melihat-lihat dirinya di cermin.Lavina berbalik menatap Aurora. “Sayang, serius Mami udah cantik? Nggak ada yang aneh, ‘kan?”“Nggak ada, Mami….” Aurora memutar matanya, ia meniru kebiasaan Lavina. Lalu tersenyum lebar dan mengangkat dua ibu jarinya. “Mami sangat cantik!”Lavina tertawa. Anak kecil nggak mungkin bohong, batinnya sembari masih tertawa dengan geli. Akhir-akhir ini ia selalu ingin tampil cantik di hadapan Auriga.“Ayo buruan. Tuh ‘kan, Daddy sudah sampai. Ayo!”“Ah, iya juga.” Lavina kaget saat mendengar deru mesin mobil yang berhenti di depan rumah.Deti
Read more
157. Time Flies
“Astaga, Mas!” Lavina merotasi matanya dengan malas. Pria ini sedang cemburu, dan Lavina benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Auriga. Padahal dari segi usia seharusnya Auriga sudah dewasa.“Mas nggak lihat kondisi istrinya? Jadi wanita hamil itu nggak mudah lho, Mas. Aku ngerasain gimana perasaan dia. Coba kalau Mas ada di posisi suaminya, apa Mas mau menolak keinginan aku?”Pertanyaan Lavina membuat Auriga terdiam. Karena pada kenyataannya, ia pun akan melakukan segala cara untuk mengabulkan keinginan Lavina.Auriga menghela napas berat, lalu mengecup puncak kepala Lavina yang berjalan di sampingnya. “Maaf, Love. Aku benar-benar nggak suka kamu disentuh lelaki lain.”Lavina merotasi matanya. Auriga memang seperti itu, berlebihan kalau cemburu. Belum sempat Lavina menanggapi ucapan suaminya, tiba-tiba ia mendengar suara seorang wanita yang sangat ia kenali sedang berbicara, “Apa pihak rumah sakit nggak bisa memberikan keringanan pada kami, Pak? Saya nggak punya uang sebanya
Read more
158. Nggak Mungkin Aku Keguguran, Kan?
Apa boleh buat?Meskipun Auriga kurang setuju dengan model rambut Lavina yang dapat mempertontonkan lehernya yang jenjang dan indah, akan tetapi Auriga tidak bisa berbuat banyak. Pasalnya, mereka bisa terlambat jika Lavina menata ulang rambutnya. Bisa-bisa Auriga mendapat semprot dari Daddy Axl jika mereka datang terlambat.Alhasil, setelah tiba di tempat acara anniversary orang tuanya yang meriah dan megah, Auriga berusaha lebih keras menjaga istrinya dari pandangan mata yang jelalatan.Lavina yang masih muda, cantik, apalagi ketika ia hamil aura kecantikannya semakin tumpah ruah, berhasil menarik perhatian orang lain, khususnya lelaki.Tidak jarang mereka menoleh lebih dari dua kali pada Lavina sejak memasuki ballroom. Rahang Auriga mengetat. Ingin rasanya ia menusuk berpasang-pasang mata yang jelalatan itu menggunakan jari telunjuk dan jari tengahnya, hingga mereka tidak bisa lagi melihat keindahan Lavina.“Hati-hati, Love. Jangan jauh-jauh dariku,” ucap Auriga dengan lembut seraya
Read more
PREV
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status