Semua Bab My Cassanova Husband: Bab 121 - Bab 130
174 Bab
119. Aku Hampir Gila
Namun, sesaat kemudian Lavina menjauhkan kepalanya. “Sebaiknya Om jangan dekat-dekat aku. Om Auriga adalah salah satu orang yang nggak mau aku lihat di dunia ini.”Auriga terdiam. Lalu menjejalkan kedua tangan ke saku jaket. “Tapi… kamu adalah salah satu orang yang ingin aku lihat setiap waktu. Bagaimana ini? Kita bertolak belakang.”Lavina berdecih. “Player tetap akan jadi player. Om pikir, aku akan percaya sama mulut Om, yang mungkin udah mengatakan kalimat itu pada ribuan wanita?” Ia mendengus sebal, kemudian bergegas menaiki bis begitu kendaraan tersebut berhenti di hadapannya, bersamaan dengan beberapa orang yang juga sudah menunggu sejak tadi.Lavina melihat ada dua kursi kosong yang berdampingan, lalu ia menoleh ke belakang, ke arah Auriga yang mengikutinya. Lavina yakin, jika ia duduk di sana maka Auriga akan duduk di sampingnya.Karena tidak ingin berdekatan dengan pria itu, seketika itu juga Lavina memilih menempati satu kursi kosong di bagian agak depan, tepat di samping se
Baca selengkapnya
120. Tidak Akan Berhenti Mengejar
Di tengah-tengah dinginnya udara malam hari di musim dingin ini, Auriga bertopang dagu, tersenyum sendiri seraya memandangi Lavina dari luar mini market, melalui dinding kaca.Perempuan itu tampak sibuk melayani pelanggan, dia cekatan dan ramah. Senyuman Lavina terlihat tulus dan ceria. Sayang, senyuman itu hanya diperlihatkan kepada orang lain. Di hadapan Auriga Lavina tidak pernah tersenyum dan hanya cemberut sepanjang waktu.Namun, tidak apa-apa. Hanya melihat sosoknya saja Auriga sudah merasa bahagia, seakan-akan dunia Auriga yang sempat runtuh kini telah kembali utuh.Auriga pikir, setelah menemukan Lavina rasa rindunya akan terobati. Namun ia kecele. Pada kenyataannya, rindu yang ia rasakan semakin menggebu-gebu. Lavina ada di depan mata, tapi ia sama sekali tidak bisa menjangkaunya. Dan itu sungguh-sungguh sangat menyiksa.Auriga mengembuskan napas berat, membuat uap keluar dari mulutnya.Di musim dingin seperti ini sepertinya orang-orang malas duduk di kursi yang ada di luar m
Baca selengkapnya
121. Tinggalkan Aku
Auriga mengembuskan napasnya dengan berat. “Maafkan aku,” lirihnya, yang membuat Lavina seketika membeku. “Maaf karena sudah melukai hatimu, Lav.”Lavina merasakan hatinya berkecamuk. Meskipun hatinya masih diselimuti dengan ketidakpercayaan, namun aroma kejujuran dalam suara Auriga membuatnya terguncang." Aku tahu, aku sudah membuat kesalahan besar, Lav,” lanjut Auriga lagi. “Dan setelah kamu meninggalkan aku, aku menyadari aku nggak mau kehilanganmu. Kita bisa melewati ini bersama, kalau kamu masih mau memberiku kesempatan."Lavina merenung sejenak. Dia bisa merasakan kejujuran dalam kata-kata Auriga, tetapi luka hatinya belum sepenuhnya sembuh. Namun, ada bagian dari dirinya yang ingin mempercayai lagi."Apa Om benar-benar menyadari kesalahan Om?" tanya Lavina dengan nada skeptis.Auriga melonggarkan pelukannya untuk menatap wajah Lavina. "Aku sadar, aku sangat bodoh saat itu. Sekarang aku berjanji nggak akan mengulanginya lagi. Flora adalah masa laluku, dan kamu adalah masa depan
Baca selengkapnya
122. Gila
Bulan ke satu.Di ruangan keluarga rumah Axl, terdengar ramai oleh gelak tawa Cassie dan Feli yang tengah mendengarkan candaan tidak bermutu dari Agler. Diiringi dengan teriakan dan tawa Aurora, Ernest dan Kimberly yang berlarian saling mengejar di tengah ruangan yang luas itu.Jika bersama dengan Kimberly dan Ernest, Aurora akan terlihat ceria seperti anak-anak pada umumnya.Sementara itu, Auriga terlihat sedang mondar-mandir tanpa tujuan di ruangan itu. Raut wajahnya tampak suram. Di tangan kanannya tergenggam ponsel yang menampilkan nomor telepon Lavina.Ia ingin menghubungi nomor telepon perempuan itu. Tidak apa-apa tidak melihat wajahnya, mendengar suaranya saja sudah sangat cukup. Namun, Lavina memblokir nomor ponsel Auriga. Sial.Saat Auriga sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba….BUKKK!!!“Aaaargh! Sialan!” umpat Auriga dengan nada jengkel ketika Archer menabraknya, hingga kopi dalam cangkir yang tengah dipegang Archer tumpah ke kaki Auriga.“Oops! Sorry.” Archer mengerjap dengan
Baca selengkapnya
123. Time Flies
Bulan ke lima….Auriga memandangi botol yang berisi beberapa butir obat tidur, yang sudah ia konsumsi selama dua bulan terakhir setiap kali ia sulit tidur.Ia menghela napas panjang, lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Pagi ini Auriga baru saja terbangun dari tidurnya. Andai semalam ia tidak mengonsumsi obat itu, mungkin sampai saat ini ia masih terjaga karena terus menerus memikirkan Lavina.Auriga benar-benar merindukan perempuan itu. Ia baru tahu bahwa ternyata rindu bisa semenyakitkan ini.Dulu, ia pernah merindukan Flora yang pergi darinya setelah meninggalkan luka. Akan tetapi rasa rindu pada Flora tidak sampai sedalam sekarang.Jika itu dulu, Auriga masih bisa melampiaskan rasa rindunya pada hal lain. Bermain bersama wanita di atas ranjang misalnya. Setelah itu Auriga akan melupakan perasaan rindu itu.Namun, kini, tidak ada yang bisa menjadi obat di kala ia sedang rindu Lavina.Ia pernah mencoba pergi ke club malam, menyewa seorang wanita nomor satu di club tersebut. Berharap
Baca selengkapnya
124. Arnold
Panggilan dari bosnya.“Halo?” sapa Lavina sambil mendaratkan bokongnya di tepian ranjang.“Lavina, kerja bagus. Kau memang luar biasa dan selalu totalitas dalam bekerja,” puji seorang pria di seberang telepon dengan nada menggebu-gebu.Lavina tersenyum meringis sembari mengusap tengkuk. Pipinya merona. “Terima kasih pujiannya, Mr. Kim. Aku senang sekali dengan pekerjaan ini.”“Ngomong-ngomong… begini, Lavina. Apakah lusa kau bisa kembali bekerja?”“Lusa?”“Ya. Bagaimana? Kau bersedia?”Lavina mengangguk cepat, tapi saat sadar bosnya yang bernama Kim Jun Seo itu tidak akan melihat gerakannya, buru-buru ia menyahut, “Tentu saja. Aku bersedia!”Jun Seo tertawa. “Bagus. Bagus. Aku suka sekali dengan orang sepertimu,” timpalnya.“Ngomong-ngomong kali ini wisatawan dari mana? Indonesia?”“Ya. Ini perjalanan privat, bukan rombongan wisatawan dari grup travel. Kau hanya membawa satu orang saja, dan dia akan berwisata selama kurang lebih satu bulan.”“SATU BULAN?!!” Mata Lavina terbelalak, ia
Baca selengkapnya
125. Makan Malam
“Jadi? Kenapa Om pakai nama Arnold? Untuk mengelabuiku? Iya?” cecar Lavina dengan bibir merengut dan kening yang berkerut.Auriga mengulum senyum dan membasahi bibirnya, lalu tertawa hingga menampilkan sederet giginya yang rapi. Ia menoleh ke arah kanan jalanan yang mereka lewati, lalu menatap Lavina lagi yang duduk di sampingnya dengan tatapan dalam. Senyuman masih terlukis di bibirnya.Tidak ada yang bisa menakar seberapa besar kebahagiaan Auriga saat ini. Akhirnya, setelah penantian panjang selama satu tahun yang terasa bagai seratus tahun, Auriga bisa bertemu dan menatap kembali wajah Lavina yang selama ini hanya hadir di dalam mimpi.“Arnold adalah nama temanku,” jawab Auriga dengan suara lembut.“Terus kenapa dipakai sama Om?”Melihat wajah ketus Lavina dengan bibir merengut seperti anak kecil, membuat Auriga semakin yakin bahwa kali ini ia sedang tidak bermimpi.“Sengaja.”“Apa?!”“Karena kalau memakai namaku, kamu pasti nggak akan mau menjadi tour guide aku, Lav,” jawab Auriga
Baca selengkapnya
126. Berlutut
Hati Lavina terasa berkecamuk. Sudah lama sekali mereka tidak begitu dekat seperti ini dan mengobrol dengan tenang. Dan restoran ini memberikan kesempatan untuk merayakan pertemuan mereka kembali.“Gimana kuliah kamu? Ada hambatan?”Lavina tersenyum kecil, lalu menggeleng. “Lancar, kok. Kuliah di sini sangat menyenangkan.”“Syukurlah.” Auriga memasukkan makanan ke mulutnya. “Kamu makan dengan benar selama di sini?”Lavina mengangguk.“Lalu kenapa tubuhmu terlihat lebih kurus?”“Ah, ini… siapa bilang aku kurus? Berat badanku stabil, kok.”“Kamu yakin?”“Hm.” Lavina mengangguk kembali.Auriga menandangi Lavina cukup lama, yang membuat Lavina tak berani balas menatap pria itu karena gugup.“Ngomong-ngomong, ada yang mau kamu tanyain ke aku?” tanya Auriga, yang membuat Lavina seketika terdiam.Banyak.Banyak hal yang ingin Lavina tahu tentang Auriga dan Aurora. Namun Lavina masih merasa ragu dengan hubungan mereka berdua.“Tanyakan saja. Nggak usah sungkan. Kamu berhak tahu,” ucap Auriga,
Baca selengkapnya
127. Satu Kamar
Lavina merasa terenyuh. Lalu detik itu juga ia terkejut kala mendengar suara tepuk tangan dari orang-orang di sekeliling mereka yang tampaknya sudah memperhatikan sejak tadi.“Kalian benar-benar pasangan yang serasi!”“Semoga kalian berdua hidup bahagia.”Lavina tersenyum dengan pipi merona mendengar ucapan dua orang wanita dalam bahasa Korea itu. Lavina mengucapkan terima kasih, lalu menatap Auriga yang sudah kembali duduk di kursinya. Auriga pun tampak salah tingkah, tapi pria itu berhasil menyembunyikannya.“Apa yang mereka bilang?” tanya Auriga penasaran.“Katanya aku terlalu muda untuk Om,” dusta Lavina, yang membuat Auriga seketika memelotot.“Hey! Serius mereka bilang begitu? Waah… sepertinya aku harus memberi mereka—”“Aku berbohong,” sela Lavina dengan cepat sebelum Auriga berbuat yang tidak-tidak. “Sensi banget ya kalau dibilang tua.”Auriga tampak kesal, tapi setelah menatap wajah Lavina ia pun menghela napas panjang dan ketegangan di wajahnya seketika mengendur. Ia tertegu
Baca selengkapnya
128. Lav or Love
“Aku sangat merindukanmu, Lavina,” bisik Auriga, “dan akan aku buat kamu mengaku, kalau kamu juga merindukanku.”Suara Auriga yang berat dan tatapannya yang memabukkan, membuat Lavina lupa bagaimana caranya untuk bernapas. Dada Lavina semakin berdebar tak karuan, hingga ia takut jantungnya akan melompat keluar dari dalam dada.Seketika itu juga, secara spontan Lavina menutupi seluruh wajah Auriga dengan kedua telapak tangannya sambil berkata, “Tu-tunggu dulu!”“Apa yang kamu lakukan?” desis Auriga.Lavina menelan saliva. Lalu perlahan-lahan ia menarik tangannya dan menatap pria itu dengan gamang. “Aku tahu apa yang ada di pikrian Om.”“Oh ya?”“Om nggak bisa melakukannya malam ini.”“Kenapa?”“Karena….” Lavina menggigit bibir bawahnya sejenak. “Aku lagi berhalangan.”Raut muka Auriga seketika berubah menegang. “Sejak kapan?”“Ha-hari ini hari pertama.”Auriga memejamkan matanya seraya mengembuskan napas dengan amat berat. “Berapa lama?” tanyanya seraya membuka matanya kembali. Kemudia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
18
DMCA.com Protection Status