All Chapters of MENIKAHI SUAMI WARISAN: Chapter 21 - Chapter 30
136 Chapters
21. KETIBAN DURIAN RUNTUH??
“Da dah, Papa.” Amanda lebih dulu bersuara dan memundurkan tubuhnya. Menjadikan Radit buru-buru menegakkan kepala juga. “A-aku pergi dulu,” pamit Radit dengan suara sedikit terbata-bata. “Iya,” sahut Amanda datar. Senyumnya terbit ketika menatap Ayra. Lantas kemudian bersuara lagi. “Hati-hati, Papa. Ayra tunggu di rumah ya.” “Iya, Sayang. Sampai nanti.” Setelah memastikan mobil Radit menghilang dari pandangan, Amanda pun berbalik badan. Kebetulan pula di seberang jalan para emak-emak yang hendak berburu sayuran dan lauk pauk lewat. Mereka memandangnya dengan tatapan penasaran. “Saya mau ke kedai, Bu. Mau dimasakin apa?” tanya Bi Asih yang sudah muncul dari ambang pintu. Mengalihkan atensi sang majikan dengan segera. “Apa ya?” Amanda berpikir sebentar lalu mengendikkan bahu. Asisten rumah tangganya itu terkekeh. “Duh. Memangnya tadi papa Ayra enggak ada minta masakin apa gitu?” Bi Asih menggeleng-geleng. “Kata bapak terserah ibu.” “Ya udah. Terserah Bibi aja. Kecuali kerang
Read more
22. DRESS MILIK DINDA
Amanda malah mengerutkan dahi ketika mendengar pertanyaan senada yang dilontarkan oleh suaminya. “Ada apa denganmu?”“Ganti pakaianmu dengan yang lebih sopan,” gumam Radit tanpa melepaskan tatapan tajamnya dari Amanda.“Kau sudah berani protes dengan penampilanku?”“Oh Tuhan.” Radit pun berdecak pelan seraya meraup wajahnya dengan kedua telapak tangan. “Aku ini seorang dosen, Manda. Semua hal yang berada di sekitarku akan jadi sorotan.” Model cantik itu mengangguk pasrah. Tak mau berdebat dengan Radit yang bahkan saat ini belum berganti pakaian sama sekali. Dia lantas melangkah pelan menuju koper lalu mengobrak-abrik isi di dalamnya.“Kau mau aku pakai yang mana?” tanyanya kemudian.“Apa saja yang sopan.”“Sayangnya sopan versi kita berbeda,” sela Amanda.“Seperti yang dikenakan Dinda,” ucap Radit akhirnya. “Dia itu tahu menempatkan diri sebagai istriku.”“Apa aku harus mengenakan pakaian miliknya?” Radit tak lagi menjawab. Dia menyambar pakai
Read more
23. SEBULAN SETELAH PERNIKAHAN
“Lepas, Radit!” Sayang, suara barusan sama sekali tak dipedulikan oleh Radit. Dia mengunci pintu kamar lalu setelahnya menyentakkan lengan Amanda hingga wanita itu terpelanting di atas ranjang.“Beraninya kau mengenakan pakaian Dinda. Lancang!!” maki Radit yang sudah berkacak pinggang. Bukannya takut dengan suara lantang tersebut, Amanda malah menatap sengit sang suami. Tangannya mengelus bagian lengan yang sudah memerah akibat cekalan yang cukup menyiksa tadi.“Kenapa, hemm?!” Amanda tersenyum miring. Berusaha mendudukkan diri dengan gerakan pelan. “Apa yang kau rasakan? Apa kau tergoda?”“Kau??”Tawa gadis itu pun pecah. “Jangan bilang kau tergoda hanya karena melihatku mengenakan pakaian Dinda. Dasar payah!”Radit menggeram lemah. Kedua tangannya mulai mengepal sempurna. Menampakkan buku-buku jari yang memutih seketika. Jangan lupakan rahangnya yang sudah mengencang saat Amanda mengeluarkan kata-kata meremehkan tadi.Sumpah. Dia menyesali perbuatan kasar
Read more
24. MENGANTAR ISTRI PACARAN?
“Tolong bawa aku keluar. Andre udah nungguin.” Itulah yang dibisikkan Amanda saat bibirnya berada tepat di telinga kanan Radit. Sengaja mengatakan demikian karena kebetulan sang papa sempat meliriknya yang sedang melangkah tergesa-gesa. Hingga kemudian pelukan tadi terlepas secara perlahan.Radit menatap lekat manik mata kecokelatan itu. Mengangguk pelan sembari mengulum bibirnya. “Apa Ayra sudah tidur?”“Hu um. Dia sudah di kamarnya bersama Sus Rini,” jawab Amanda cepat.“Aku ingin masuk ke sini sebentar. Kau bisa tunggu di kamar. Setelahnya kita pergi.” Keduanya lantas melirik Tuan Yuda yang sudah tak kelihatan lagi. Barulah Amanda memutar tubuh meninggalkan Radit yang hendak membuka knop pintu kamar milik mendiang Dinda yang memang tidak pernah terkunci.[Aku akan keluar dengan Radit. Kamu tunggu di sana ya.][Iya, Sayang. Hati-hati.] Usai mengirim pesan barusan, Amanda lekas memindai wajahnya di depan cermin. Memastikan bahwa penampilannya
Read more
25. SALAH SASARAN
“Apa kau kenal dia?”Wanita yang sedang berada dalam dekapan pria asing tadi menggeleng cepat. Menatap Radit sambil bergidik ngeri. Selang beberapa detik kemudian terlibat kontak mata antara kedua kaum Adam itu.“Maaf. Aku … sudah salah orang,” ucap Radit sambil meringis pelan.“Lain kali gunakan matamu!!” hardik si pria dengan mata yang berkilat menahan geram. Radit mengangguk mengiyakan. Setelahnya dia berbalik badan lalu merutuki diri sendiri. Perasaan cemas yang sedang melanda ternyata mampu membuatnya bertindak gegabah. Meskipun begitu, tetapi jauh di dalam lubuk hatinya menyimpan perasaan lega karena Amanda tidak seburuk yang ia pikirkan. Semoga saja.“Ketemu?” tanya Sebastian yang ternyata masih ada di sana. Gelengan Radit membuatnya tersenyum mengejek. “Kenapa tidak kau telepon saja, heh??” Ucapan sang teman ada benarnya. Radit mendengus pelan lalu lekas merogoh ke dalam saku celana. Tak berapa lama ponselnya bergetar.“Kau ada di mana?” Suara Amand
Read more
26. KEDATANGAN MERTUA CEREWET
Ya. Amanda sempat menampakkan wajah kagetnya. Namun, gadis itu lekas mengubah respon tadi dengan kuluman senyum tertahan. Tak pelak menyalami Bu Ningsih dan mempersilakan mertuanya tersebut untuk duduk. Pun begitu juga dengan Arini.“Bi Asih,” panggilnya kemudian.              Orang yang dielukannya muncul dari arah belakang. Tersenyum hangat dan mengangguk pada para tamu tersebut..“Bi, ini ibuku dan Arini, tetangga kami. Mereka baru tiba dari Kisaran,” terang Radit memperkenalkan keduanya.“Iya, Pak,” sahut Bi Asih sambil tersenyum.“Tolong siapin minuman ya.”              Bi Asih langsung mengiyakan setelah beramah tamah sebentar. Hingga kini Amanda pun duduk di sebelah Radit untuk menemani tamu mereka.“Kau heran ya kenapa ibu bisa ke sini?”
Read more
27. AMANDA MULAI BERUBAH
“Padahal bude senang loh kalau kau tinggal di sini lebih lama lagi." Bu Ningsih memasang wajah sedihnya saat Arini hendak pamit undur diri.Wanita yang berumur setahun di bawah Radit itu terkekeh pelan. “Nanti aku sering mampir kalau ada waktu, Bude. Kebetulan di kampus ada asrama untuk dosen perempuan yang masih jomblo. Jadinya sayang kalau disia-siakan.”“Ya sudahlah,” ucap Bu Ningsih akhirnya.“Bu, Arini juga punya kehidupan sendiri. Mana mungkin terus-terusan sama ibu,” tegur Radit kemudian. Dia lantas melirik ke arah teman masa kecilnya itu. “Semoga betah di asrama ya, Rin.” “Iya, Bang. Makasih sudah anterin aku.” Arini mengangguk lalu tersenyum pada Amanda juga. Tak pelak mengusap lembut kepala Ayra yang ada di gendongan wanita itu. “Tante pamit ya, Cantik. Bye bye.” “Semangat kerjanya, Tante. Sering-sering ke rumah ya.”Pernyataan barusan membuat Bu Ningsih menyipitkan matanya. Berusaha mencari kejanggalan dari apa yang disampaikan oleh sang menantu. Sungguh aneh, begitu piki
Read more
28. BELANJA DITEMANI RADIT
              Pertanyaan barusan membuat dahi Amanda seketika berkerut. Matanya pun memicing sempurna.“Aku? Kenapa denganku?” ucapnya balik bertanya.“Kau berubah,” jawab Radit cepat. “Ada apa?”              Barulah istrinya itu mengangguk perlahan. Tak pelak tersenyum manis. Membuat darah Radit berdesir dalam hitungan detik. Apa dia salah kalau menaruh hati pada wanita yang halal baginya?              Radit lekas memijat pelan pelipisnya. Berusaha memusnahkan pemikiran aneh yang sempat melintas. Sekaligus merutuki aroma sabun terapi yang sampai sekarang masih saja berhasil membuat otaknya travelling. Hingga tawa kecil Amanda merenggut fokusnya lagi.“Aku hanya berusaha menjadi wanita yang baik,” jawab Aman
Read more
29. APA YANG KAU LAKUKAN??
“Oh ya ampun.” Amanda menganga sebentar lalu kemudian terkekeh kecil. “Apa kau baru saja bertanya padaku? Atau … hanya iseng barangkali?” “Kenapa? Aku ingin tahu saja. Kau memang sayang pada Ayra atau tidak. Itu saja.” Amanda yang baru saja meletakkan baju bayi di deretan semula lantas mengangguk cepat. “Ayra itu bagian dari Dinda, adik kandungku. Dia keponakanku kalau kau masih ingat. Hah kau ini. Pertanyaanmu terdengar menggelikan. Sudah pasti aku menyayanginya.” Jawaban barusan membuat Radit tersenyum puas. Sementara istrinya kini segera berjalan menuju kasir. Beruntung tidak mengantri seperti saat mereka di toko sebelah tadi. “Anggap saja aku yang traktir. Tidak usah sungkan,” kata Radit yang secepat kilat mengambil alih barang belanjaan Amanda. Lagi-lagi pria itu mengenakan uang miliknya untuk membayar apa yang dibeli oleh sang istri. Termasuk saat keduanya memutuskan untuk makan malam di luar. “Kenapa kau melihatku begitu?” tanya Amanda di sela-s
Read more
30. PERNAH MUDA
“Maaf. Aku tidak tahu kalau kau tadi sempat membeli—“ “Diamlah!” potong Amanda cepat. “Lebih baik kau keluar. Aku akan membereskan ini. Mama dan papa sepertinya akan pulang.” Radit mengangguk pasrah meskipun wajahnya sudah menunjukkan rasa penyesalan yang dalam. Sementara Amanda kini mengembuskan napas kasar. Merutuki apa yang terjadi di ruang tamu beberapa saat lalu. Sungguh dia malu sekali. Padahal tadi dirinya sudah mewanti-wanti agar Radit hanya membuka plastik yang besar saja. Siapa sangka sang suami malah membongkar apa yang ia sembunyikan dengan susah payah. Hah. Mencuri waktu berbelanja keperluan pribadi dengan dalih ke toilet ternyata sia-sia belaka. “Ayra lagi sama Sus Rini. Dia sudah tidur,” ucap Radit saat Amanda baru saja ke luar dari kamar. Dia lantas tersenyum kaku saat tak tahu harus mengatakan apalagi. Sementara kini orangtua Amanda sudah menahan geli, sedangkan Bu Ningsih juga memasang wajah serupa. Menjadikan pasangan su
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status