All Chapters of Bayi Bos: Chapter 31 - Chapter 40
63 Chapters
31. Mantanku Yang Kampret
Aku ingat awal kegilaan ini dimulai, yakni malam pengantin yang dilakukan tanpa pikir panjang. Membuatku ingin tenggelam ke samudera Atlantik saking malunya. Menyesali perawan yang hilang hingga mencakar tembok kamar mandi. Hari ini, aku malah menyerahkan tubuh secara sukarela pada Pak Bos killer yang selalu mengkritikku. Dia orang yang pernah menindasku hingga membuat kepercayaan diriku terkikis habis. Aku memakai baju dinas saringan tahu kado dari teman kantor, ada beberapa biji dengan desain aneh-aneh. Aku memilih warna merah menggoda, cukup untuk membuat Roan hilaf lagi. Kali ini kami akan melakukannya pelan-pelan dan penuh penghayatan, kupikir begitu, yahh itu harapanku, namun tidak sesuai ekspektasi. Roan menghajarku sampai jam satu pagi. Walaupun ada sesi istirahat dan ngobrol tetap saja aku lelah. Berbeda dari dulu, pagi ini tidak ada kecanggungan sama sekali. Aku tersenyum melihatnya tertidur di sampingku. Wajahnya tampan dengan dada kotak-kotak. Otot kekar itu selalu saj
Read more
32. Rela Diporotin
Aku pacaran dengan Nicole di kelas 2 SMA, itu masa yang sangat berat karena Yua menggila. Setiap hari Yua ke klub dan berpesta dengan teman-temannya. Aku sering dimarahi orang tuanya karena tidak bisa mengendalikan anak konglomerat itu. Lah, aneh. Emangnya aku siapa bisa mengendalikan Yua? aku nasehati sedikit saja katanya berkata kasar dan diadukan ke orang tuanya. Hal itu berakhir dengan uang jajanku dipotong. Uang jajan tidak seberapa itu harus dipangkas hingga membuatku pulang jalan kaki. Aku begitu stres di usia 16 tahun, mengerjakan tugas Yua supaya nilainya stabil, mengurus nilaiku sendiri supaya dapat beasiswa. Belum keluhan dari nenek kakekku karena bapak menggadaikan rumah ke bank untuk berjudi. Saat semua kesulitan itu menimpaku, Nicole datang memberi harapan. Di sekolah ku dulu ada tingkatan kasta, pertama adalah anak emas, yakni anak-anak pemilik perusahaan besar seperti Yua. Hanya ada 10 orang, maka dari itu sangat istimewa dan mendapatkan perlakuan khusus. Lalu tin
Read more
33. Jebakan
Aku tahu rasanya sendirian, kesepian dan tidak memiliki tempat bergantung. Hingga rasa iri pada Yua setinggi gunung dan berpikir untuk menyerah.Beberapa tahun lalu, aku berniat melompat dari jembatan. Itu adalah fase yang sangat berat tanpa dukungan siapapun. Aku menengadah ke langit merasakan air hujan, tanganku memegang besi pembatas jembatan. Ingin menertawakan hidupku yang sangat kacau. Aku lapar, tapi tidak punya uang. Aku sudah berjalan selama dua jam pulang dari tempat lomba.Nilai Yua kurang, aku harus menggantikannya ikut lomba cerpen, awalnya Yua mau mengantarku, berjanji akan menunggu sampai selesai karena aku tidak punya ongkos pulang. Tapi dia tiba-tiba pergi makan bersama keluarganya, membuatku pulang jalan kaki. "Dunia ini adil untuk sebagain orang, tapi tidak sedikitpun untukku." Aku merasakan tetesan hujan menerpa wajah, bahuku terlalu kecil untuk menopang semuanya. Aku lelah hidup seperti ini.Beberapa waktu lalu aku pergi ke rumah Ibu, tidak berniat untuk meminta
Read more
34. Perlawanan Rin
"Hati-hati!" Seseorang menangkapku. Mata kami bertatapan sejenak. Dia seorang wanita dan ada seorang wanita lagi yang berusaha melindungiku. Mereka sedikit lebih tinggi, berkepang dua, memakai bando gambar idol, make up-nya cantik seperti anime Jepang. Mereka tidak jauh berbeda dengan para penonton konser lainnya, bergaya pakaian seperti remaja. Namun, kenapa wajah mereka tidak asing, seolah aku pernah mengenal atau melihatnya di suatu tempat. "Makasih ya udah nolongin aku," kataku. Kami berada di posisi menunggu orang-orang lewat.Aku melihat ke arah Mirna, dia melambaikan tangan."Kamu sudah aman," kata gadis satunya. Dia lebih tinggi dari gadis yang menarik tanganku tadi.Mereka berdua memakai make up ala anime Jepang, imut dan sangat tebal. Warna rambut putih campuran ungu. Gaya pakaian juga keren seperti anak gaul jaman sekarang. "Sekali lagi terima kasih," ucapku. "Kalian juga duduk di zona biru, 'kan? Gimana kalau kita bareng?" Sebelum mereka menjawab Mirna berlari ke ara
Read more
35. Risa
Risa menghentikanku yang sudah memancing orang-orang berlari mendekat, Lili juga berlari ke arah kami. "Hentikan!" Kata Risa. Wajahnya panik. Dia sangat terkejut aku bertindak secara brutal. "Tolong!" Teriak pria itu, dia meminta ampun. "Dia bilang ingin membuatku keguguran!" Aku melepaskan tangan Risa. "Apa?!" Risa tampak terkejut. Dia menggeserku. Dan menendang pria yang sudah telentang kesakitan itu. "Akh sakit!""Berani-beraninya kamu mahluk bia dab!" Aku terpaku di tempat, terheran-heran melihat Risa lebih sadis dariku menghancurkan telur yang dilindungi pria itu. Risa melepaskan sepatunya dan memukul kepala si pria itu hingga babak belur. Ternyata dia lebih brutal dibanding diriku, sampai-sampai aku hanya bisa mematung melihat kemarahannya yang meluap-luap. "Nyonya hentikan!" Teriak Lili. Wajah Lili panik, dia mencoba menghentikan Risa yang tidak terkendali karena marah. Nyonya? Lili memanggil Risa Nyonya? Apakah Risa majikannya Lili? Sama seperti aku dan Yua dahulu?Be
Read more
36. Pengkhianat
Sejak dulu aku merasa yatim piatu. Menganggap seperti itu jauh lebih baik dari pada mengingat memiliki Bapak yang menyusahkan dan ibu yang tidak tahu diri. Aku merebahkan tubuh di ranjang setelah tertawa, lampu gantung di atasku bersinar meskipun sudah siang. Aku melihat sekali lagi isi pesan Bapak yang minta uang. Anehnya aku tidak sedih sama sekali tidak ditanyai kabar. Hubungan kami seperti orang asing, sudah lama aku membekukan hatiku untuknya. Sejak dia menyerahkan semua hutang padaku yang masih berusia 16 tahun, aku menganggapnya mati. Seorang ayah seharusnya melindungi putrinya, bukan malah menjerumuskan dalam kesulitan. Aku menutup mataku dengan punggung tangan. Menghalangi sinar lampu gantung."Aku nggak mau sedih untuk orang yang nggak penting," ucapku sembari duduk. Aku mandi dan berganti baju dibantu pelayan, berdandan ala orang kaya. Mungkin karena sering mendadani Yua dan Roan. Aku tidak kesulitan beradaptasi dengan status baruku. Aku bersiap ke kantor, berniat ma
Read more
37. Dunia kita berbeda
Peluncuran produk baru tinggal hitungan minggu, tapi lima jam lalu terjadi kebocoran data oleh hacker. Semua ahli IT langsung digerakkan untuk mengirim jutaan virus supaya data yang sudah dicuri rusak. Mereka bukan startup, Nathanael Grup sudah beroperasi sekitar 20 tahun, dari mulai membuat software untuk komputer jadul hingga memiliki banyak aplikasi andalan. Produk Nathanael Grup kini lekat di masyarakat, dari penyimpanan data, jual beli, treveling hingga urusan pembayaran. Tingkat keamanan mereka sangat tinggi dan tidak mudah dibobol oleh hacker. Roan merasa ada penyusup di perusahaannya, berbeda dari Rin yang mencurigai Mirna, ia malah mencurigai orang lain."Kau sudah datang?" tanya Lazio sembari mengangkat gelas berisi wine. Roan tidak pernah mengenal Pram, pemimpin Siluet, keluarga mafia nomor 1 di Asia Tenggara sebelumnya. Tapi katanya sebelum Siluet jatuh ke tangan Lazio, pemimpin sebelumnya sangat keji. Roan duduk berhadapan dengan Lazio, mereka berada di halaman rumah
Read more
38. Boti
Roan mengembuskan napas berat setelah melihat Rin pergi sembari menangis, ia hendak mengejar tapi Mama menarik tangannya. Tidak mengizinkan ia mengejar Rin. "Aku mau ngejar Rin, Ma." Roan melepaskan tangan Mamanya. "Rin bakal tambah marah kalau kamu salah ngomong lagi," kata Mama. Membuat langkah Roan berhenti. "Kalau nggak dikejar aku takut dia kenapa-napa." Roan tidak menghiraukan perkataan Mamanya dan memilih pergi mengejar Rin, napasnya terengah-engah, melihat ke kanan dan kiri. Tidak ada Rin di depan rumah.Roan tidak pantang menyerah, ia mencari Rin dengan berlari sembari menelepon. Roan keluar gerbang. Sayangnya telepon Rin tidak diangkat. Ia semakin khawatir. Takut terjadi hal buruk pada istrinya yang tengah hamil itu. "Kamu di mana, Rin?" gumamnya. Keringat bercucuran. Roan menyangga badan dengan memegang lutut, ia sudah berjalan sangat jauh. Tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Rin.Matahari bersinar terik padahal baru pukul 8, panas polusi kendaraan membuatnya batuk,
Read more
39. Hubungan Di Kantor
Rin melepaskan genggaman tangannya pada Roan, lalu tersenyum canggung pada Lazio. Tatapan Roan langsung berubah tajam melihat gelagat sang istri. Ia menggenggam tangan Rin kembali hingga membuat mata Rin melotot. "Kalian ... mesra." Komentar Lazio. Sebelah alisnya terangkat.Pria berbadan tinggi itu mengamati Rin dan Roan bergantian. Roan memakai jas mahal seperti biasa, sepatunya mengkilap dan rambutnya juga rapi. Sementara Rin memakai androk selutut, baju putih dan rambutnya bergelombang. Wajah Rin cukup imut di mata Lazio hingga membuat bibirnya terangkat, pria itu mengulurkan tangan."Lazio, sahabat dekaaaaattt Roan." Lazio memperkenalkan diri sebagai sahabat, padahal bagi Roan mereka tidak pernah berteman. Rin segera melepaskan tangan Roan dan menerima jabatan tangan Lazio. "Saya Rin, sekretarisnya Pak Roan." "Sekaligus istri." Roan menambahi. "Oh, ini istrimu. Aku baru tahu. Santai aja jangan terlalu formal." Lazio cukup ramah di mata Rin. Roan melepaskan jabatan tangan m
Read more
40. Bapak Rese
Aku tidur sepanjang penerbangan, mualku tidak separah awal kehamilan, tapi sebagai gantinya aku mudah lelah dan mengantuk. Beruntung ada Roan yang selalu menjagaku. Pesawat jet ini sangat nyaman, ada dapur dengan makanan yang lengkap. Desainnya sangat elagan dan cantik. Pramugarinya juga cantik dan ramah, kupikir pesawat ini memang didesain untuk para milyarder. Bisa aku bayangkan seberapa kaya temannya Roan itu.Oh ya, Bapakku ikut. Dia berfoto layaknya pemilik pesawat jet. Wajahnya merekah seolah ini memang liburannya. Sementara mertuaku, mereka tenang di sisi kursi yang berbeda. Tidak mau diganggu oleh kebisingan Bapak. Aku melihat keluar setelah dibangunkan Roan, kami telah sampai di pulau Maladewa. Dari atas terlihat sangat cantik. Air lautnya bening dengan pantai pasir putih. Pantas saja para orang kaya menjuluki tempat ini pulau surga. "Rina lihat itu, Bapak sudah pernah ke sini 7 tahun lalu. Keren, kan?" Bapak tersenyum lebar, bangga menunjukkan liburannya memakai uang jud
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status