All Chapters of Bayi Bos: Chapter 41 - Chapter 50
63 Chapters
41. Diterima Mama
Gaya hidup bapak seperti orang kaya, liburan dan berpesta. Main perempuan juga. Hanya saja keuangannya tidak mumpuni karena pengangguran dan menjilat di sana sini. Untuk memenuhi gaya hidup Bapak yang suka pamer liburan di media sosial, bapak berjudi. Juga menyusahkan ku. "Pak, niatku membawamu ke mari adalah membuangmu. Tapi aku nggak nyangka Bapak udah akrab sama tempat ini. Tapi walaupun begitu aku tetap akan meninggalkanmu di sini, jadi aku nggak akan ngasih penginapan." Aku bicara terus terang. "Apa? Kamu berniat membuang orang yang sudah merawatmu?!" Teriaknya tambah emosi. Dia mendorong Roan hingga terhuyung ke samping. Mencengkeram kuat tanganku, terasa sakit. "Kapan Bapak merawatku?! Bapak udah buang aku sejak kecil!" Balasku."Kau pikir, kalau aku tidak mengambilmu dari tempat sampah, apa kau sekarang masih bisa hidup?!" Teriaknya lagi. Eh, apa? Mengambilku dari tempat sampah. Apa itu berarti aku bukan anak kandungnya? Apa itu yang membuat Bapak dan ibu mengabaikanku
Read more
42. Asal Usul
Suasana mendadak aneh, Roan kembali setelah mengantar Bapak ke petugas keamanan. Wajahnya melihatku dengan iba, juga Tuan besar yang biasa tegas kini mengasihaniku. Hal yang lebih aneh adalah Nyonya Rosa menangis untukku. Melihat gelagatnya kurasa dia tulus. Aku jadi salah tingkah kalau semua orang seperti ini. Walaupun hidupku sangat kacau, tapi aku sungguh baik-baik saja. Nyonya Rosa melepas pelukannya, menghapus air di sudut mata. Kupikir dia akan semakin membenciku yang merupakan anak tong sampah. Ternyata dia malah iba. "Kami akan berusaha mencari orang tua kandungmu," kata Nyonya Rosa. "Nggak perlu, Ma. Aku beneran nggak papa." Orang tua ku kaya atau miskin, sama-sama menyusahkan. Bisa aku tebak bahwa ayahku kaya dan ibuku miskin. Kalau sangat kaya maka aku bisa terlibat perebutan hak waris yang merepotkan. Beruntung kalau aku tidak diracuni anak ayahku yang lain. Apalagi aku hanya di luar nikah. Tidak mungkin banyak dapat warisan. Kalau ibuku sudah bisa diperkirakan miski
Read more
43. Kami Ketahuan
Kami duduk di kayu, melihat laut lepas dan ombak. Tidak terlihat indah di malam hari. Tapi pantai ini banyak orang berlalu lalang dan lampu yang menyala terang. "Apa kamu masih sedih?" tanya Roan. "Sejak awal aku nggak sedih," jawabku. "Jangan bohong," kata Roan.Aku menggeleng. "Aku nggak bohong. Aku nangis karena kayaknya kalian pikir aku sedih."Kami saling diam, Roan melihat ke depan. Mengikuti arah pandanganku. "Syukurlah kalau kamu nggak sedih.""Mungkin karena dari awal aku ngrasa nggak punya orang tua, jadi waktu tahu ternyata aku memang nggak punya orang tua, rasanya biasa aja." "Apa kamu nggak mau cari orang tua kandungmu?" "Kalau ketemu pun mau ngapain? Kita hanya orang asing." "Meskipun begitu, mereka tetap orang tuamu." "Cariin aja ayah kandungku, biar kalau aku mati di nisanku jelas binti siapa." "Hahaha, kamu bisa aja bercanda.""Aku nggak bercanda." Suasana berubah, Roan tidak jadi tertawa. Wajahnya canggung. "Baiklah." Kami menikmati suasana malam di pulau M
Read more
44. Kandung
Kupikir hidupku terlalu sempurna, hal-hal baik terjadi setelah menikah. Semua berubah 180 derajat. Aku memiliki Roan yang menyayangiku, mengandung baby sultan dan mertua yang baik. Semua berjalan sangat lancar sampai aku lupa bahwa ini diawali dengan kebohongan. Niat awal pernikahan adalah menipu kedua orang tua Roan, berakting dan membodohi mereka. Niat yang sangat buruk untuk orang yang sudah membesarkan dari kecil. Orang tua Roan sangat menyayangi putra kesayangannya itu. Namun, balasannya adalah penipuan. Mereka sakit hati dan mengusir kami, Roan berusaha menjelaskan bahwa memang awalnya seperti itu. Tapi selebihnya kami sungguh suami istri dan saling menyayangi. Hanya saja kedua orang tua Roan terlanjur kecewa dan marah. Dulu aku tidak peduli dengan kedua orang tua Roan, bagiku yang penting dibayar. Aku sering bersikap kurang ajar pada Nyonya Rosa di awal pernikahan karena tidak menganggapnya mertua. Tapi sekarang semua berubah, kasih sayang kedua orang tua Roan padaku nyata.
Read more
45. Menghindar
Aku memandang Roan yang tersenyum, menunggu reaksi bahagiaku karena sudah berhasil menemukan orang tua kandung. Apa aku harus pura-pura bahagia? "Kok malah cemberut? Aku udah nemuin orang tua kandungmu." Roan memegang kedua pipiku, mencubitnya supaya aku tersenyum. Sayangnya bibirku tidak bisa berbohong. Aku tidak bahagia. Tidak ada gunanya menemukan orang tua kandung, aku sudah nyaman hidup tanpa mereka. Rasanya akan canggung dan penuh drama kalau bertemu. Keinginanku sekarang hanyalah berbaikan dengan orang tua Roan, melahirkan janin ini dengan selamat dan juga hidup bahagia sebagai Nyonya Roan Nathanael. Aku tidak membutuhkan apapun lagi. "Mereka hidup?" tanyaku. "Mereka hidup dan sehat wal afiat." Aku kecewa mendengarnya. "Jadi benar mereka membuangku ke tong sampah?" Roan diam, lewat ekspresinya aku sudah tahu jawabannya. Aku tidak berharap banyak, sungguh. Kalau seumpama aku diculik maka sudah pasti aku akan ditemukan sejak kecil. Jakarta sempit, aku tidak perlu mender
Read more
46. Ternyata Kaya
Hingga hari ketika pertemuan itu tiba, aku memakai jurus berbagai macam alasan supaya bisa kabur. "Aku mules, nggak bisa ketemu hari ini. Duh, kapan-kapan aja ya." Roan langsung mengeluarkan obat diapet, diare mampet."Badanku rasanya nggak enak," alasanku yang lain.Roan mendatangkan dokter. "Kakiku sakit." Roan membelikan kursi roda. "Aku pingin makan cilok." "Eh, apa?" "Cilok." Tak lama kemudian segerobak cilok datang. Aku sungguh tidak ada alasan lagi, Roan menyeretku yang kaku seperti tiang listrik. Sebelumnya dia mendadaniku hingga mengucir rambutku."Jangan bertemu di tempat umum," kataku. Kami berada di mobil, melihat kanan kiri, siapa tahu ada jalan untuk kabur. Aku belum siap bertemu ayah kandungku yang suka buang benih sembarangan. Hanya karena dia ayahku, bukan berarti kami harus bertemu 'kan? Tapi Roan bilang nanti bingung nasabnya, tidak mau anak kita sampai menikah dengan sepupunya sendiri atau lebih parah dari itu. Maka asal usulku dari pihak ayah harus jela
Read more
47. Sia-sia Dong
Untuk pertama kalinya aku bertatapan dengan ayah kandungku, rambutnya sedikit ikal mirip denganku. Tubuhnya tidak tinggi, sejajar dengan istrinya yang memakai sepatu hak tinggi mahal. Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa melihat tatapannya yang terharu. Aku hanya sebagian kecil benih yang terbuang di rahim wanita pelacur, anaknya tapi bukan berarti keluarga. Jadi tidak ada keharusan terharu ketika bertemu. Kami orang asing yang kebetulan memiliki darah yang sama. "Bagaimana caranya kamu menemukan ayah kandungku?" tanyaku berbisik pada Roan. "Itu agak sulit, tapi temenku membantu dan melakukan tes DNA ke beberapa orang." "Temenmu yang ngasih kita liburan?" "Benar." "Wah, sepertinya dia orang yang hebat." "Masih lebih hebat aku." "Baiklah aku percaya, kalau begitu kasih tahu apa yang harus aku lakukan ketika bertemu ayah kandung?" "Meluapkan emosi? Terharu?" "Aku nggak ada perasaan terharu semacam itu.""Kamu memang wanita dingin. Kalau begitu lakukan sesukamu." Roan men
Read more
48. Kecelakaan
Sejak kecil Roan terbiasa bertengkar dan berselisih pendapat dengan orang tuanya, ia yakin kali pun mereka akan segera baikan. Seperti biasa, ia hanya perlu menunggu kemarahan reda lalu merayu dan pasti akan dimaafkan. Namun, rupanya Rin adalah orang yang tidak sabaran. Mendatangi sendirian dan berakhir mengenaskan. Rin terlihat menyayangi kedua orang tuanya. Wanita yang biasanya cuek terhadap kasih sayang itu bisa menangis dan sedih. Roan cukup terkesima. Sekarang, mereka sudah meluluhkan hati kedua orangtuanya seperti yang diperkirakan Roan. Semarah apapun orang tuanya, jika menyangkut cucu yang akan 7 bulanan pasti luluh juga. Roan merayu dan bilang tidak tahu cara menggelar acara 7 bulanan, meminta bantuan orang tuanya untuk menyiapkan. Tak disangka ternyata mereka memikirkan acara itu jauh sebelum Roan meminta. Begitulah orang tua, tetap peduli dengan darah dagingnya.Sekarang Roan senang melihat Rin tampak bahagia, senyumnya cerah membantu Mama menyiapkan acara. "Ini ditaruh
Read more
49. Kehilangan
Roan tahu yang menyatukannya dengan Rin adalah bayi mereka. Ia juga sadar setelah ini Rin akan membencinya. Wanita itu akan merasa hancur saat tahu anak mereka telah meninggal. Ia yang membunuhnya dan tidak bisa memenuhi janji. Selama ini ada hal penting yang Roan lupakan, yakni ungkapan cinta. Ia tidak pernah mengungkapkan cinta pada Rin padahal mereka selalu bersama dan sangat harmonis, ia pikir tanpa diucapkan pun Rin sudah tahu. Sekarang Roan menyesal, ia ingin mengungkapkan betapa ia mencintai Rin lebih dari apapun. Termasuk darah dagingnya sendiri. Ia menerima Rin apa adanya tanpa meminta ada yang diubah. Ia sangat bahagia memiliki Rin dalam hidupnya. "Roan!" Mama berteriak melihat Roan duduk di lantai, ia berlari bersama Papa dan langsung berjongkok. "Bagaimana keadaan Rin dan anak kalian?" tanya Mama. Roan tidak bisa melihat ke arah Mama, ia menunduk dan menangis. Tak bisa berkata-kata. Ia melihat tangannya yang penuh darah, lewat tangan ini juga ia menandatangani perset
Read more
50. Hancur
Dari dulu Mama selalu memberi jalan terbaik dan menjauhkan segala sesuatu yang bisa membuat Roan terluka. Dilimpahi kasih sayang dari semua orang membuat Roan tumbuh menjadi pribadi yang baik. Ia peka dan peduli terhadap sesama. Hatinya juga hangat. Namun, terkadang jalan yang diberikan Mama tidak selalu benar. Contohnya ketika ia harus kehilangan Yua. Tapi lambat laun Roan sadar bahwa Yua memang bukan jodohnya. Tuhan menyuruhnya menunggu sampai Rin datang, membuat kebahagiaannya lengkap. Roan pikir kisahnya sudah happy ending ketika mereka saling menerima, serius dengan pernikahan dan berkomitmen terus bersama. Apalagi bayi mereka akan hadir menjadi pelengkap rumah tangga. "Rin, udah ya, bayinya harus dibawa ke inkubator lagi." Roan berusaha mengambil bayi Yua dari gendongan Rin. "Bayi kita sehat kok, nggak perlu dibawa ke inkubator. Lihat pipinya gembul kayak gini." Rin wanita cerdas, sangat sulit menipunya. Membuat Roan harus hati-hati. "Tapi kamu belum sehat, tadi aku bilan
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status