Semua Bab Bayi Bos: Bab 11 - Bab 20
63 Bab
11. Sekamar
Aku menyipitkan mata dengan bibir yang otomatis naik satu, ekspresi nyinyir yang jarang ditunjukkan di depan orang lain apalagi Roan. Roan kembali menoleh, gugup melihatku yang seperti orang marah. "Kenapa? Benar 'kan dari pada bohong mending hamil beneran." "Nggak usah ngadi-ngadi deh, Pak." Aku sudah mulai mengikhlaskan perawanku untuknya, tidak mungkin mau menyerahkan rahimku juga. Apalagi hidupku. Iuhhh.Selama hidup aku belum pernah bahagia, sekarang usahaku tinggal dikit lagi. Sampai aku bisa lepas dari pernikahan palsu ini, punya apartemen dan tabungan. Aku bercita-cita liburan ke Bali dan makan banyak lobster di pinggir pantai.Aku tidak mau rencanaku kacau karena Pak Roan menitipkan embrio di dalam tubuhku, darahku akan ikut terseret juga dan pasti impianku hancur. Aku akan terjebak hubungan rumit dengan keluarga Nathanael selamanya. Oh no banget.Aku ingin menikah di usia 27 tahun, tapi sebelum itu aku ingin mencoba banyak hal menyenangkan seperti terjun payung, mendaki
Baca selengkapnya
12. Mempersiapkan Malam Panas
Langit dipenuhi taburan bintang dengan bulan bersinar terang, angin berembus menerpa wajah Roan. Dia ada di balkon kamar. Melihat sekitar yang hanya diterangi lampu. Di bawahnya ada kolam renang. Cahayanya memantul menyilaukan. Sekarang sudah pukul sembilan malam, biasanya dia akan membaca buku sebelum tidur. Hangat di ranjang dengan selimut dan AC yang menyala. Sekarang di dalam kamarnya ada Rin. Melihatnya memakai baju tidur akan membuat mereka canggung. Padahal sebelumnya mereka sering dinas keluar negeri bersama. Tapi hubungan profesional tidak ada kecanggungan sama sekali, mereka bekerja seperti atasan dan karyawan seperti biasa. Tidak ada romansa kantor sedikitpun."Pak," panggil Rin. Pada akhirnya Roan menguatkan jantungnya untuk masuk ke dalam. Mereka harus melupakan kecanggungan supaya bisa kembali normal. "Iya," jawabnya sembari membuka pintu kaca. Rin sudah memakai baju tidur, di tangannya ada jas dan perlengkapan kantor."Pak, besok ke kantor mau pakai jas ini atau i
Baca selengkapnya
13. Drama
Bola mata Rin begitu bening sampai bisa membuat Roan tenggelam di dalamnya, wajahnya yang polos itu memerah. Dia mengedipkan mata beberapa kali lalu berdehem. Kakinya mundur. "Kamar orang kaya pasti kedap suara," sangkal Rin. "Kamarku emang kedap suara, tapi karena pipa bocor dan kamar mandi sering bermasalah jadi pindah ke sini." Rin pasti ingat bahwa setahun lalu Roan mengeluh karena kamarnya tidak nyaman. Rin sendiri yang menyarankan memakai kamar lain. Rin terlihat salah tingkah, mungkin dia sadar bahwa sudah terjebak dengan permainannya sendiri. Sekarang mau tidak mau mereka harus menjalankan malam panas untuk menutupi kebodohannya."Tinggal buat suara ah ih uh ih 'kan, Pak?" tanya Rin sok santai. Dia berhedem.Roan kembali berdiri dengan benar, kepalanya mengangguk. Matanya melirik ke bawah. Melihat ekspresi Rin. Wanita itu jauh lebih pendek darinya."Tunggu bentar," kata Rin. Dia melesat pergi. Roan menunggu di kamar, menguap memeriksa ponselnya yang diletakkan di atas nak
Baca selengkapnya
14. Mbah Rin
Ganti rugi duit terlalu ringan, bahkan Roan pikir itu tidak sebanding sama sekali. Rin harus melakukan yang lebih dari itu. Sebenarnya ia ingin mengulangi malam panas mereka, tapi rasanya malu mengatakannya dan seperti dia pria kurang ajar. "Ambil simpati Mama aja," jawab Roan. "Cuma itu?" Roan mengerutkan keningnya. Ia tahu bagaimana Mamanya sangat membenci Rin hingga mendatangkan Angel ke rumah ini. Dan sekarang dengan entengnya Rin bilang 'cuma'? "Aku nggak yakin kamu sanggup.""Itu gampang, Pak. Tapi hari ini kita beneran harus pergi dari sini. Aku beberes dulu." Rin mengambil tas, dia memasukkan baju-bajunya. Lalu menyuruh Roan tetap di kamar dan menyusulnya 10 menit kemudian. "Aku tugas dulu, Pak. Tunggu di situ." "Sebenarnya kamu mau ngapain?" Rin tak menjawab dan malah keluar dari kamar, karena penasaran Roan mengikuti dari belakang. Rupaya Rin mendatangi Mamanya dan berlutut di sana, Roan belum bisa mendengar ucapan Rin. Dia pun semakin mendekat. "Apa yang kamu lak
Baca selengkapnya
15. Rin Menggoda Tanpa Sadar
Roan tidak mengenal keluarga Rin, dulu ketika dia menanyakan apakah Rin memiliki wali nikah, Rin bilang tidak punya karena Bapaknya menghilang sejak dia baru masuk SMA. Keluarga dari bapaknya tidak jelas karena tidak pernah bertemu. Hanya nenek kakek dari ibunya yang pernah merawatnya dari SD sampai SMP. Saat itu Roan abai dan menganggap keluarga Rin tidak penting, malah kalau tidak ada mertua lebih baik. Saat mereka bercerai tidak perlu merisaukan apapun. "Pak, gimana?" tanya Rin lirih. Telepon belum ditutup."Aku akan bicara dengan kakekmu." Roan menepikan mobilnya, mengambil ponsel Rin. "Hallo, Mbah. Saya Roan, suaminya Rin." "Kamu suaminya Rina?" "Benar, Mbah." "Kamu sama sekali ndak punya unggah-ungguh alias sopan santun. Nikahin anak gadis orang tapi ndak izin keluarganya, kamu anggap kami ini apa?"Roan tampak gugup, dia menelan saliva. Benar yang dikatakan Mbah, walaupun nikah kontrak tapi Rin sungguh menjadi istrinya. Apalagi dia juga mengambil kesucian Rin. Tidak sopan
Baca selengkapnya
16. Roan Di Kampung Rin
Bagiku, pernikahan ini adalah ladang uang. Aku memeluk erat sampai membawa tidur kartu kredit yang Roan berikan. Jaminan hidupku, jalanku menuju korupsi sebagai istri. Aku membeli kebutuhan sehari-hari termasuk baju baru dan make up dengan uang itu, tadinya aku pikir Roan akan protes, tapi ketika aku mengatakannya dia cuek saja. Aku tidak tahu alasan dia tiba-tiba cuek padaku, hubungan kami berubah canggung lagi. Tapi aku tidak peduli. Tetap melakukan kegiatanku dengan ceria. Selama ada kartu kredit ini, aku tidak lagi risau membeli apapun. Yang penting aku tidak menghabiskan ratusan juta dan tahu batas supaya Roan tidak marah. 10 atau 20 juta sebulan, itu masih wajar. Pengeluaran Roan sebulan saja 100 jutaan. Itu kalau dia tidak membeli baju dan lainnya. Hanya biaya makan di restoran dan jajan.Kalau Roan membeli baju satu biji saja, pengeluaran bulanannya bisa ratusan juta hingga miliaran. Dia selalu memakai barang branded. Kaosnya seharga 120 juta. Belum sepatu dan baju. Dia se
Baca selengkapnya
17. Menantunya Mbah
Sebenarnya, Roan mau ke kampungku saja sudah aneh. Dia orang yang kaya raya sejak janin, aku yakin tidak pernah menginjakkan kaki di kampung. Sekolah internasional, sampai pergaulan yang internasional, dia tidak punya kampung halaman seperti orang asli Indonesia. Kampung halamannya ya Jakarta. Sebentar, aku jelaskan asal usul Roan. Ibu Roan adalah anak tunggal pemilik perusahaan periwisata terbesar di Indonesia, memiliki ratusan resort dan hotel. Kekayaan dan kekuasaannya sangat banyak.Sementara ayahnya Roan hanyalah orang genius tanpa modal usaha, dia mendirikan Nathanael Grup dengan bantuan modal Nyonya Rosa. Bisa dibilang sebenarnya Nyonya Rosa merebut suami ibunya Jexeon, uang memang segalanya. Itu juga yang membuat Jexeon merebut tunangannya Roan, Yua. Biasalah, balas dendam. Keluarga mereka memang rumit. (Novel : aku, kamu dan buku nikah)Tapi yang pasti sekarang ayahnya Roan memimpin perusahaan nyonya Rosa karena kakek Roan sudah meninggal. Beberapa tahun lalu ayahnya memint
Baca selengkapnya
18. Tidur Bareng
Aku tidak bisa diremehkan seperti ini, dia menggoda hingga membuat pipiku merah bagai tomat. Aku balas menatap matanya. Mendekatkan wajah kami seolah berani. Jemariku meraba dadanya yang basah, kuku panjang karena malas dipotong itu pasti menimbulkan sensasi merinding."Bukankah Bapak juga sudah pernah menggigitku?" tanyaku dengan bibir menyeringai. Mata kami bertatapan begitu dekat, aku belum pernah melewati batas seperti ini. Tangannya memegang kedua pundakku. Lembut lalu tiba-tiba kuat. Setahuku, Roan memang pernah menjalin hubungan dengan beberapa wanita, dia digosipkan pacaran dengan model papan atas dan putri konglomerat. Aku selalu disuruh membereskan tanpa tahu apakah itu benar atau tidak. Hampir semua masalah yang terjadi pada Roan selalu aku yang mengatasi.Pernah dia menabrak tiang listrik, malang sekali tiang listrik itu hingga menyebabkan satu kecamatan mati lampu. Aku yang membereskan dengan mengganti pengemudinya. Roan dirawat di rumah sakit tanpa ada yang tahu, be
Baca selengkapnya
19. Mantan Pacarku Orang Terkaya di Desa
Pagi harinya aku terbangun setelah mendengar suara kokok ayam, suasana desa memang istimewa. Aku mengeluap sembari duduk, mengucek mata yang masih lengket. "Astaghfirullah!" Teriakku ketika mendapati Pak Roan yang duduk dan tangannya terlipat di depan dada. Matanya setajam elang, pipinya merah bekas tangan. Apa ada orang yang memukulnya? "Bapak kenapa?" "Apa kamu nggak lihat ini?" Dia menunjuk pipinya. "Siapa yang memukul Bapak?" Jari telunjuk Roan mengarah padaku, raut wajahnya marah. Ha? Maksudnya aku yang memukul Roan? Mana mungkin! "Aku nggak pukul Bapak kok." "Kamu mau mengelak?" Roan mengambil tangan kiriku, ditempelkan di pipinya. Cap tanganku jelas di sana. "Sudah lihat? Kebiasaan tidurmu mengerikan," katanya kesal. Ah, ternyata aku tidak sengaja memukulnya ketika tidur. Pipi Roan halus, aku mengusapnya tanpa sadar. Dia terdiam, mata kami bertatapan di antara sinar matahari yang hampir muncul. "Kalian shalat subuh dulu." Suara Nenek membuat kami menjaga jarak, ak
Baca selengkapnya
20. Hamil
Roan adalah pria sejati, dia tidak akan menyentuh wanita sembarangan. Apalagi sudah pernah membuat kesalahan di malam pengantin. Tidak mungkin ia mengulangi hal yang sama. Hanya saja Rin yang tidak peka menyulitkannya, bisa-bisanya memakai baju basah dan menggodanya. Kalau Roan tidak menahan diri, sudah pasti ia akan jadi pria brengsek untuk kedua kalinya. Kalau seumpama Rin mengangguk setuju, maka berkah untuknya. Sayangnya Rin tidak setuju, tidak mungkin Roan memaksa.Hubungan profesional yang mereka jalin selama 4 tahun tidak boleh rusak hanya karena nafsu, Roan merasa tidak ada sekretaris yang cocok dengannya selain Rin. Wanita itu tahu semua tentangnya, tidak disuruh pun Rin selalu siap siaga. Roan tidak bisa kehilangan Rin sebagai rekan kerja."Selamat, istri anda hamil," kata Pak Mantri. Tersenyum lebar.Sejenak Roan linglung, dia yang dijuluki genius mendadak tidak bisa mencerna ucapan Pak Mantri. Keningnya berkerut. "Hamil?" "Iya, sebentar lagi anda akan jadi seorang aya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status