Katanya cuma nikah kontrak 6 bulan, tapi kok aku malah hamil? Sebagai orang kepercayaan yang sudah bekerja selama 4 tahun, Roan, bosku menawari pernikahan kontrak agar tidak dijodohkan lagi. Bayarannya besar dan aku menyetujuinya, berpikir bahwa ini hanyalah pekerjaan sampingan. Tetapi, kami malah tidak sengaja melakukan hubungan malam pertama. Awalnya aku ingin melupakan kejadian yang membuat hubungan profesional canggung, namun semuanya semakin kacau karena aku hamil anaknya Pak Bos killer yang menyebalkan itu.
View MoreKata orang, aku cerdas dan bisa melakukan apapun. Bahkan di usia ku yang ke 24 tahun ini, aku sudah menjadi sekretaris CEO Nathanael Grup, salah satu perusahaan teknologi terbesar di Indonesia dengan aplikasi andalan kami yakni Nathashope.
Tahun ini kami berencana masuk ke industri yang lebih besar, yakni mengeluarkan kartu prabayar setelah tahun kemarin sukses membuat dompet aplikasi.Semua orang mengakui kelihainku dalam mendampingi CEO, termasuk Pak CEO sendiri, Roan Nathanael. Hubungan kami sangat profesional, seperti pelengkap dalam patner.Aku menyukai pekerjaanku dan bangga bisa mengimbangi cara kerja Roan yang gila, pria berusia 29 tahun itu merupakan pewaris Nathanael Grup di masa mendatang. Sangat kaku dan terkadang menyebalkan."Rin, aku sudah selesai memakai kamar mandi."Roan keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, handuk melilit pinggangnya."I-iya, Pak." Aku menjawab setelah mengalihkan pandangan.Aku berjalan ke kamar mandi. Kepalaku rasanya sakit. Aku juga lapar.Aku memakai shower untuk membasahi seluruh tubuh. Keramas dan gosok gigi.Semalam kami benar-benar gila.Aku menggaruk tembok, mengingat kenapa bisa sampai seperti ini padahal hanya pernikahan kontrak. Aku hanya disewa menjadi istri pura-pura di depan orang tuanya supaya dia tidak dijodohkan lagi.Kemarin kami menggelar acara pernikahan sungguhan. Resepsi pagi hingga sore hari dan malam pesta anak muda. Teman-teman Roan datang. Mereka sangat bersemangat karena Roan adalah anggota terakhir yang menikah.Mereka semua gila karena membuatku mabuk, itu adalah pertama kalinya aku minum alkohol. Kalau Roan tidak menghentikan teman-temannya yang terus mencekokiku alkohol, mungkin aku sudah mati.Aku tidak terlalu ingat apa yang terjadi. Hanya saja aku sadar sepenuhnya ketika merasakan perih di bawah sana. Sakit tapi aku tidak ingin menghentikannya.Di saat aku sedang mencerna keadaan, aku malah terbawa suasana dan mengikuti permainan.Akhhh... sekarang perawanku hilang! Aku ingin menangis tapi tidak bisa karena tadi malam aku juga menikmati. Itu bukan pemerkosaan. Aku tidak bisa protes ataupun minta ganti rugi."Evrina Arzety, kamu memang sudah gila."Aku melihat wajahku dicermin. Bagaimana jika aku hamil? Tadi malam tidak pakai pengaman, kalau minum pil KB sekarang, apakah masih bisa masih bisa mencegah kehamilan?Aku menggeleng, masih banyak kerabat Roan termasuk orang tuanya yang menginap di hotel ini. Aneh kalau tiba-tiba aku menghilang untuk membeli kontrasepsi. Lagi pula katanya banyak yang gagal di percobaan pertama, aku akan berpikir positif bahwa tidak mungkin hamil hanya karena kesalahan satu malam.Aku segera menyabuni tubuhku hingga bersih dan keramas, juga berusaha menenangkan diri bahwa tidak akan ada yang terjadi. Semua baik-baik saja. Semalam hanyalah sebuah kesalahan yang tidak akan berdampak apapun.Namun, kenapa sekarang aku merasa sangat canggung? Ketika membuka pintu kamar mandi mataku bertatapan dengan Roan. Dia sudah mengenakan kemeja putih dan membaca berita. Berbeda dari cerita komik yang aku baca, biasanya CEO kejam akan meninggalkan gadisnya setelah selesai melakukan itu.Roan mengalihkan pandangan dan berdehem, dia menscroll ipadnya. Berusaha tidak memedulikanku yang berjalan mengambil pakaian. Hubungan kami sekarang sungguh canggung, tidak ada obrolan seputar jadwal kerja seperti biasanya."Saya sudah selesai, Pak."Aku memakai dress selutut, sepatu hak tinggi dan make up tipis dengan rambut diurai. Jadwal pagi ini adalah sarapan bersama keluarga besar Roan sebelum melepas mereka pulang."Apa... tubuhmu sakit?" Roan tampak canggung.Ah, dia memerhatikan cara jalanku. Memang sekujur tubuhku masih terasa sakit terutama pinggang. Tapi aku wanita kuat yang tahan banting."Nggak terlalu sakit kok, Pak."Roan melipat kerah tangannya, lalu memasukkan ponsel ke saku. Sekilas menatapku sebelum berjalan ke depan."Kalau sakitnya tidak reda, kau bisa berobat menggunakan asuransi dari perusahaan."Gila, bagaimana bisa aku berobat hanya karena gituan? Kalau dia merasa bersalah harusnya ganti rugi kek. Dari hubungan semalam, sebagai wanita aku yang paling dirugikan."Baik, Pak."Pada akhirnya aku hanya bisa menjawab seperti itu. Sialnya di surat kontrak tidak tertulis mengenai hal tabu seperti malam pengantin atau bagaimana jika kami memiliki anak.Kami berjalan beriringan menuju lantai bawah, kupikir hubungan kami tidak akan berubah sekalipun berstatus suami istri. Ijab kabul kemarin sangat lancar, akting sebagai pasangan yang saling jatuh cinta begitu natural.Sekarang kami bergandengan tangan di depan keluarganya, terasa canggung. Padahal saat menghadiri acara resmi kantor, aku sering menjadi pasangan Roan. Menggandengnya adalah hal biasa."Ehem, pengantin baru udah dateng." Yua mengejek, dia adalah kakak ipar Roan sekaligus sahabatku.Dua bocah balita-anak Yua berlari ke arah Roan sehingga Roan melapaskan gandengan tangan kami."Om, bental lagi kita punya ade." Bocah laki-laki bernama Ikram memberitahu Roan.Wajah semua orang tampak gembira mendengar berita kehamilan Yua. Aku juga ikut mengucapkan selamat."Wah, selamat ya."Walaupun Roan mengucapkan selamat, aku tahu hati Roan berdesir sakit. Pasalnya Yua adalah mantan tunangan yang malah menikah dengan kakaknya. Kisah cinta mereka begitu rumit, aku tidak ingin membahasnya. (Novel Aku, Kamu dan Buku Nikah)Tiba-tiba kakak Roan, Jexeoan menepuk bahunya. Mengisyaratkan untuk kami segera duduk bersama keluarga. Aku merasa sangat kecil jika duduk bersama mereka semua."Wah, Rin. Sepertinya sebentar lagi kita bakal lahiran bareng," ucap Yua."Eh, apa maksudnya?"Bahu Yua menyenggolku, bibir wanita berhijab itu tersenyum menggoda."Tuh," jawabnya. Membuat semua orang yang tadi tidak terlalu mengamati penampilanku kini menoleh."Ehem, sepertinya sebentar lagi aku akan nambah cucu," kata ketua pimpinan yang merupakan ayah Roan."Mereka nggak mikir capek resepsi dan langsung tancap gas hahaha," ledek sepupu Roan yang lain.Aku hanya bisa menunduk malu.Roan hanya diam diledek, aku melihat Roan yang sedang minum kopi, ekspresinya aneh, ia seperti orang yang... bangga? Keningku berkerut heran.Katanya anak kedua sering terabaikan, aku pikir itu mitos tik tok. Rupanya benar. Aku dan Roan sampai shock seperti tidak percaya perkataan dokter yang mengatakan bahwa aku sudah hamil lima bulan. Tiba-tiba ada bayi yang bergerak di perutku!Sampai kandungan hampir memasuki usia ke enam bulan tidak terasa sama sekali. Padahal aku pernah hamil tapi tidak tahu. "Kok kamu bisa nggak sadar sih?" Protes Roan. Kami saling berpandangan. Masih di depan dokter kandungan. "Aku beneran nggak sadar, soalnya bulan kemarin aku datang bulan walaupun cuma flek." Dokter menyela, "memang hal seperti ini bisa terjadi, tidak masalah. Sekarang Bu Rina harus menjaga kesehatan lebih ekstra." "Bayinya normal 'kan Dok? Soalnya aku nggak jaga kandungan dan serabutan." Aku bertanya karena khawatir. "Alhamdulillah bayinya sehat."Roan tiba-tiba memelukku. "Selamat, akhirnya kita dianugerahi anak lagi." Aku membalasnya. "Selamat juga, akhirnya kita bisa menjadi orang tua." Rasanya terbaru, setelah penantia
Selesai acara itu, sikap orang-orang padaku berubah. Di kantor, mereka selalu menawariku makan, bersikap sok akrab dan membuatku tidak nyaman. Mereka penjilat.Aku memutuskan keluar dari sana lebih awal, sikap mereka kadang kurang ajar cari perhatian pada suamiku yang datang menjemput. Aku risih dan tidak suka. "Kalau ada yang natap tuh kamu harus nunduk," kataku pada Roan setelah melihat Roan bertatapan dengan gadis-gadis di kantor tadi."Nggak bisa lah, nanti aku dikira salting.""Kalau gitu abaikan mereka, aku nggak mau ke kantor itu lagi. Mereka semua genit sama kamu!" "Kamu cemburu?" Aku diam, malu mengakui dan malah memalingkan wajah. Rasa mual tiba-tiba menyerang. Aku menutup mulutku sendiri dan keluar dari mobil. Kembali ke gedung kantor dan mencari toilet. Roan mengejarku sampai di depan pintu toilet, aku tidak mempedulikannya dan muntah. Orang-orang melihatku dengan heran. "Apa aku hamil ya?" tanyaku setelah membersihkan mulut di wastafel. Menatap wajah di cermin. Sete
Ternyata, tidak ditantang Andy membawa suami ke anniversary perusahaan pun aku tetap harus mendampingi Roan. Cepat atau lambat memang harus bersiap membongkar identitas. Aku mengembuskan napas berat. Sekarang kami dalam perjalanan, jauh-jauh hari Mama menyiapkan gaun yang serasi dengan Roan. Ayah dan bundaku juga diundang. Aku sudah bisa marah pada ayah, tanpa disangka itu membuatnya senang sekaligus sedih. Aku mengungkapkan perasaanku selama ini. Rasa sakit yang aku derita selama puluhan tahun. Rasa iri pada orang lain yang dijaga ayahnya dan perasaan rindu.Semua itu berawal dari tali sepatuku yang lepas. Ayah memasangkannya sambil jongkok, membuatku merasa seperti seorang putri yang dicintai. "Kenapa baru sekarang?" tanyaku.Ayah mendongak, melihatku yang menunduk. "Ayah baru lihat tali sepatumu lepas." Selesai memasangkan ayah berdiri. "Kenapa Ayah nggak peka dari awal?" Mendengar pertanyaanku membuat ayah bingung. "Maaf Ayah nggak tahu." "Andai Ayah lebih peka, aku nggak a
Dokter hanya menanyai beberapa hal di pertemuan pertama kami. Dia mengajakku mengobrol santai dan dalam waktu singkat menjadi akrab. Dokter wanita yang cerdas dan ramah, auranya dewasa nan elegan. Ia mendengar ceritaku tentang kehidupan sehari-hari.Ia menanggapi sebagai pendengar yang baik, membuatku sangat nyaman karena tidak ada yang menghakimi. Hal yang aku takutkan selama ini adalah dipandang rendah. Tapi Dokter Valerie antusias mendengar dan menanggapi secara rasional, menunjukkan profesionalitas kerja. Ia mencatat percakapan kami sesekali. Wajah cantiknya selalu tersenyum hangat. "Pertemuan selanjutnya tiga hari lagi, saya akan membuatkan resep." Dokter Valerie menulis di kertas resep. Membuatku memiringkan kepala karena heran. "Obat untuk apa? Kita kan cuma ngobrol, Dok?"Dokter Valerie tersenyum. "Supaya saya dapat bayaran, saya kan jual obat." Aku mengerutkan kening, candaannya garing. "Aku serius, Dok." Dokter Valerie membenarkan kacamatanya, ia menutup buku catatan p
Dari mana dia tahu bahwa aku memiliki hotel, aku menelan ludah. Tekanan dari orang ini berbeda. Dia terlihat santai tapi berbahaya. "Aku akan menghadiahkan sprei, cangkir Papa Mama dan baju tidur. Itu kan kado pernikahan yang umum." Benar, umum di kalangan rakyat biasa tapi tidak untuk kalangan atas. Malah kado seperti itu seperti penghinaan. Aku mencoba memancing Lazio, melihat seberapa batasannya. Lazio menelengkan kepalanya, menatapku dengan tekanan mencekam. Aku meletakkan sendok. Berusaha tidak terlihat takut. Hanya saja diamnya Lazio terlihat mengerikan apalagi senyum simpul di sudut bibirnya. Dia seperti psikopat."Kami akan menghadiahkan mobil," ucap Roan. Mencairkan suasana. "Hahahahaha," tawa Lazio pecah hingga semua orang melihat ke arah kami. Ia kembali mengambil buah stroberi. "Sprei dan cangkir couple juga bagus." Aku bernapas lega, ikut tersenyum dengan canggung. Wanita yang bisa menikah Lazio tentulah orang yang kuat. Aku yang baru dua kali bertemu saja merasakan
Kata Roan statusku sebagai istrinya di Rose Green grup tidak diketahui oleh siapapun. Tapi sepertinya Roan lupa bahwa dulu Pak Salam datang ke pernikahan kami. Dia mengenaliku dan terkejut. "Anda adalah menantu Presdir?" tanyanya saat aku mengharap pagi ini. "Benar, Pak. Saya mohon bantuan untuk kedepannya." Aku menunduk hormat. Pak Salam langsung berdiri, ia gugup dan bingung memperlakukanku yang merupakan menantu atasannya. "Pak Rasyid nggak bilang kalau sekretaris baru saya itu menantunya sendiri." "Papa ingin saya bekerja normal tanpa ada yang memandang status. Mohon perlakukan saya seperti yang lain." "Mana bisa seperti itu, anda adalah nyonya muda. Kalau saya salah sedikit, saya yang akan dipecat. Silakan duduk dulu." Setelah aku duduk, Pak Salam keluar dan berteriak menyuruh mengambilkan air serta cemilan, ia panik seperti kedatangan tamu penting.Ini sulit, kurasa pekerjaanku tidak akan berjalan baik. Hari pertama, aku hanya diajak berkeliling kantor oleh direktur, memb
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments