All Chapters of Tertawan Pesona Mantan Papa Tiri : Chapter 11 - Chapter 20
115 Chapters
Pria Bertelanjang Dada
Aland mengulum senyum. "Aku baik-baik saja, Miley! Tidak perlu khawatir." Miley menikmati sentuhan lembut tangannya di lengan berbulu halus Aland, perasaannya begitu mudah berubah-ubah. Entah bagaimana perasaannya bisa begitu peka hanya dengan kulit tangannya yang bersentuhan kulit tangan pria- yang ia katai psikopat, pria gila, dan buaya itu."Tentang Jenny tadi?" tanya Miley mulai berani mempermainkan jemari lentiknya di bulu-bulu halus yang menutupi kulit tangan kekar Aland."Tidak ada apa-apa, Sayang. Mungkin Jenny hanya salah paham saja." Sepertinya, Aland masih peduli pada Jenny. Padahal tadi ia juga mendengar jelas, Jenny tengah mengancam Aland dari pengakuan kedua pengawal tadi. Apa dia masih menyimpan perasaan sama Jenny? Tiba-tiba saja hatinya terasa dongkol dengan rasa campur aduk yang sulit ia gambarkan.Sepanjang perjalanan Miley banyak membisu. Aland juga seolah larut dengan pikirannya. "Apa kamu ingin sesuatu sebelum pulang?" tanya Aland tanpa melepas pandangannya da
Read more
Menjadi Budak Hasrat?
Bukannya menjawab. Bibirnya yang sibuk memberikan kecupan di kedua pipi Miley, bergerak cepat menerkam bibir merah jambunya, lantas menguncinya. Miley dengan kesadaran masih separuh itu, antara masih dalam mimpi atau terbangun dari tidur. Empot-empotan sampai kesulitan bernapas. Ia memukul-mukul dada Aland agar pria nakal itu memberinya ruang untuk mengisi oksigen ke dalam paru-parunya. "L- lepaskan! Aku kesulitan bernapas! Hah, hah, hah," pinta Miley saat memiliki ruang untuk bersuara dengan napasnya terengah-engah."Sayang ... aku tidak bisa menahannya lagi," desisnya memelas di sela napasnya yang masih memburu. Wajahnya juga tampak memerah menahan hasrat liarnya. Namun, segera dijawab sarkas. "Apa yang sudah kau lakukan?" berang Miley bergerak cepat menyambar selimut untuk menutupi tubuhnya, sesaat setelah menyadari tubuh bagian atasnya terpampang tanpa penutup. Wajahnya memerah antara merasa malu dan marah, tetapi tatapan nakal A
Read more
Tidak Bisa Menahannya
"Lepaskan! Sakit, Aland!" Miley meringis ketika kepalanya dengan sengaja diapit dikedua lutut kaki Aland. Suara berdengung keras terasa di gendang telinganya, rasanya kepalanya seperti akan meledak karena itu. Miley tidak berani mengangkat wajahnya, sebenarnya ia tahu apa yang direncanakan Aland, dengan mengapit kepalanya di sana. Ia yakin dengan mengangkat wajahnya saja, bibirnya akan bersentuhan dengan aset pribadi Aland."Arghh! Brengsek!" geram Aland mendorong Miley dengan lututnya.Miley terus menyurut mundur menjaga jarak dari Aland. Hatinya sedikit lega terlepas dari rasa takut dalam pikirannya tadi.Namun, pria itu kembali berjalan santai dengan tubuhnya yang masih bertelanjang bulat. Tanpa merasa risih kendati Miley terus menjauhkan pandangan dari aset pribadinya yang menegang itu. "Mungkin kau lebih menginginkan ini, Sayang?" kata Aland menyerempet dirinya yang mentok di sudut ruangan. Seraya menunjukkan botol kecil yang
Read more
Bak Cacing Kepanasan
Miley tidak lagi memikirkan Aland yang bisa saja merendahkannya karena itu. Rasa aneh itu terus berkejaran dalam dirinya, memaksanya ingin mengulang aktivitas mereka tadi."Miley!" hardik Aland memutar dengan menepis tangannya. "Jaga sikap murahanmu itu!" Aland mendorongnya ke belakang. "Aku tidak mau melihatmu bersikap begitu lagi!" Lagi marahnya menatapnya dengan kebencian."Apa yang salah? Kau bilang sudah biasa melakukannya? Sekarang kau tidak perlu mencekoki minumanku dengan obat tidurmu itu. Kau bisa melakukannya sekarang denganku." "Shit, aku bilang hentikan kegilaanmu itu, Gadis bodoh! Kau tahu Miley, saat ini aku tidak punya waktu berdebat denganmu!" Aland memunggunginya. "Segera tutupi tubuhmu itu!""Hahaa! Apa kau takut membuktikan ucapanmu tadi, Aland?" tantang Miley mendekat, dan berhenti saat mereka sudah berhadapan. Ia semakin berani mempermainkan dasi Aland di sela kerah kemejanya. Jemari lentiknya perlahan turun menye
Read more
Serpihan Luka Masa Lalu
"K- kita mau pindah hotel?" "Tidak, tapi kita pulang sekarang, Sayang," jawab Aland tanpa menolehMiley terbelalak mendengarnya. Bola matanya bergeser ke jam dinding. "Kenapa tidak menunggu besok pagi saja, Aland?""Kita harus meninggalkan hotel ini sebelum Jenny tiba kemari, Sayang.""Hahk! Untuk apa dia kemari?" "Untuk mencari tahu kalau kamu ada bersamaku saat ini. Jenny mengotot kalau kita sudah memiliki hubungan sebelum perceraian kami waktu itu.""Gila! Urusannya, kamu dengan siapa saat ini, apa? Bukankah dia sudah punya suami? Dia juga tidak ada urusan dengan siapa aku berhubungan dekat?" Miley tidak senang Jenny seolah ingin mengurusi kehidupannya saat ini. Padahal dulu ia diusir, hingga ia hidup melarat pun mamanya itu tidak mencarinya."Sudah selesai?" tanyanya memperhatikan Miley."Kenakan mantelmu, di luar sangat dingin."Miley mengangguk dan mengikutinya keluar. Di lantai bawah mereka tel
Read more
Mencintai Dengan Gilanya
"Maafin aku," ucap Aland tidak menyangka rasa cintanya yang besar telah mengubah dirinya menjadi seorang monster bagi Miley. "Tidak perlu minta maaf. Aku cukup minta satu hal padamu," ujarnya, karena itu yang ia takutkan saat mereka tiba nanti. Ia bingung akan tinggal di mana nantinya. "Yah, apa itu?""Izinkan aku tetap tinggal di apartemen kemarin. Kamu bisa memotong uang sewanya dari gajiku nanti."Aland tersentak, hatinya teriris mendengar itu.Dia tidak menyangka Miley sampai kepikiran ke sana. Padahal dia sendiri yang membuang ponsel dan dompetnya, yang sebenarnya dia tahu cuma itu barang milik Miley. Aland tidak berhenti mengutuki dirinya hanya menyulitkan Miley karena rasa cintanya yang semakin menggila. Rasa takut kehilangannya membuatnya menjadi egois. Beruntung saat ini Miley masih sabar dengan sikap gilanya itu."Maaf, apartemen tempatmu itu sudah ditempati orang lain," dustanya hanya karena tidak ingin M
Read more
Menahan Lapar
Melihat Miley kelepasan kontrol emosinya, Aland berusaha membujuknya. Sebenarnya pun dia tidak ingin menyakiti perasaan Miley, hanya dia tidak tahu mengungkapkan rasa cintanya."Miley, kita makan, yuk," ajak Aland merasa bersalah padanya. Miley berpura-pura tidak mendengar, pura-pura fokus dengan pekerjaannya. Sampai Aland harus beranjak untuk menghampirinya. Pria itu langsung memelukku dari belakang namun Miley bergeming. "Maafin aku, Sayang. Karena telepon dari Tommy tadi, aku lupa membawamu serapan," bisiknya meletakkan dagunya di bahu kanan Miley.Uhh, dia pikir dengan merayuku seperti ini hatiku luluh? Tidak. Rasa kesal ku jauh lebih besar dari rasa lapar. Lebih baik dia segera sadar yang hanya menyusahkan itu. Setidaknya memikirkan tempat tinggal ku nanti."Miley, ayolah.""Aku tidak lapar.""Oke, kita ke ---""Bisa berhenti menggangguku? Kau tidak lihat tumpukan pekerjaan ini? Siapa yang mengerjakannya
Read more
Bertemu Theo
Hingga pukul enam sore, Miley masih menunggu Aland. Tetapi di dalam perusahaan hanya tinggal para petugas kebersihan yang tengah sibuk bersih-bersih. Ia berpindah tempat ke gerbang masuk, kebetulan di sana ada security bisa teman mengobrol."Kenapa belum pulang Non?" tanya security melihatnya duduk di kursi kayu panjang."Maaf, bisa saya menunggu teman di sini, Pak?" tanyanya lantas kembali berdiri, dan meminta izin dulu sebelum menghenyakkan duduknya lagi. Ia sendiri pun bingung teman siapa yang akan datang menjemputnya ke sana."Lho, kenapa tidak menunggu di rumah saja, Non? Ini juga sudah sore," ujar pria tersebut memperlihatkan jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Bukankah jam empat tadi semua pegawai sudah pulang. Kenapa Nona tidak ikut yang lain saja tadi?"Miley meneguk liur kesulitan, rumah mana? Setelah sejaman lebih menunggu Aland di ruangan, tapi gak kunjung datang. Ia ke pos security berniat meminjam uang namun tiba-ti
Read more
Ingin Mati Saja
"Kamu tinggal di mana, Non?" tanya Theo melihat Miley tidak memberi alamat ke mana akan diantar. "Villa New Golden, ya.""Rumah Nyonya Jenny, 'kan? Kamu yakin ke sana, Non?" tanyanya memperlambat laju motornya, sesekali menoleh ke belakang seperti tidak yakin. Miley pun dibuat kebingungan menjawab. Ia tidak yakin bakal tinggal di sana, atau rumah itu sudah di jual. "S- sebenarnya aku, uhh, uhh," tangis Miley menjatuhkan kepalanya di punggung Theo. Percuma juga terus berpura-pura menutupi keadaannya, jujur saja lebih baik, mungkin Theo bisa membantunya."Kamu kenapa, Non?" tanya Theo kaget, dan menghentikan motor di sisi jalan.Dia pun turun melihat Miley yang masih sesenggukan. "Katakan ada apa, Non?" tanyanya menatap intens wajahnya yang kusut dan sembab."Sedari pagi aku belum makan," ucapnya merasa tidak perlu malu lagi mengatakan itu."Apa? Bukankah tadi pagi kamu dengan Tuan Aland tiba dari Jepang? Kenapa tidak ma
Read more
Pengakuan Theo
Mendengar itu Theo ternganga, hatinya benar-benar teriris pilu hanya mendengarnya saja. Dia juga kaget ternyata sikap buruk Aland belum sepenuhnya hilang. "Apa Tuan Aland menyakitimu, Miley?" tanyanya menyentuh lembut bahu Miley, untuk menenangkannya yang tiba-tiba histeris."Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya lagi, Theo. Tapi aku bisa bertanya?" tanyanya menaikkan pandangannya pada Theo."Yah, tanyakan saja, Miley.""Apa kamu tahu apa yang dilakukan Aland sebelum membawaku ke Jepang?" tanyanya mengorek kejujuran Theo. Karena terakhir ia ingat Aland bersama Theo masuk ke dalam lift. "Terakhir di ingatanku ada di dalam lift bersamamu dan Aland." Theo terlihat mencacau lantas membuang wajahnya, dia takut Miley menuduhnya. Diawal, dia juga sudah melarang Aland melakukan itu, tapi Tuan Muda mereka itu mengotot dan mengancamnya. Dia pun hanya bisa mengikuti semua perintahnya. "Aku tidak tahu," jawabnya menjauhkan muka menghindari Miley.
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status