All Chapters of Setelah Sepuluh Tahun: Chapter 81 - Chapter 90
110 Chapters
Rusel
“Pilar tolong ambilkan Papa air dingin, Nak. Mama kamu wajahnya sudah seperti jaksa penuntut umum yang menuntut penjelasan,” kekeh Eliot. Eliot baru sampai rumah lima belas menit lalu dan ia langsung membersihkan diri, ketika ia keluar dari kamar mandi ternyata Gayatri dan Pilar sudah duduk menunggunya dia atas ranjang dengan wajah-wajah penuh ketidaksabaran. “Ok Pa.” Pilar bergegas keluar untuk membuatkan apa yang papanya minta. “Aku pakai baju dulu loh Sayang ... jangan dipelototi,” kekeh Eliot. Gayatri berdecap kecil dan mengangguk, memilih memperhatikan suaminya berpakaian dengan tenang. “Ya ampun aku ganti baju di pelototin,” kekeh Eliot. “Perut kamu sepertinya mulai berkurang kotak-kotaknya,” celetuk Gayatri. Eliot melepas tawa dan segera memakai pakaiannya sebelum Pilar datang membawa apa yang ia minta. Meletakan handuk di kursi rias istrinya dan kemba
Read more
Bertemu Kakak Mantan Model
“Kenapa belum mau belajar mobil, Sayang?” tanya Gayatri. “Belum berani, Ma. Nanti saja kalau sudah berani,” ringis Pilar. “Oh belum berani, iya enggak apa-apa. Mama malah berharapnya kamu selalu bisa Mama antar ke mana-mana. Jadi kamu akan selalu mama antar ke sini, mama antar ke sana. Senang kalau kamu ketergantungan sama Mana,” kekeh Gayatri.Pilar tertawa. “Aku malah inginnya bisa mandiri biar enggak selalu Mama ini Mama itu.” “Iya bagus bisa mandiri, tapi Mama enggak keberatan sama sekali kamu panggil-panggil terus buat minta tolong sesuatu. Kalaupun nanti ada adik kamu yang sudah pasti akan panggil-panggil Mama 24 jam, kamu jangan mau kalah,” kikik Gayatri. “Siapa tahu nanti adik panggilnya Kakak Pilar, Kakak Pilar,” kelakar Pilar. “Benar juga ya, aduh Mama bisa jadi pengangguran nanti.” Gayatri membelai perut besarnya di balik kemudi. Gayatri tengah melakukan acara gir
Read more
Hipertensi
“Enggak apa-apa, kami sudah di jalan pulang. Rusel enggak macam-macam. Di tempat umum kan kita. Pilar hanya cemas pas aku mulai menaikkan nada bicara karena Rusel bilang kamu yang enggak-enggak. Matikan dulu teleponnya aku enggak bisa fokus menyetir.” Gayatri menerima panggilan dengan ponsel yang dipegangi Pilar saat mereka di jalan menuju pulang, tidak jadi berbelanja keperluan bayi.Pilar meringis setelah mematikan ponsel. “Orang itu seram, aku takut Mama kenapa-kenapa tadi jadi aku kirim pesan sama papa.” “Iya enggak apa-apa, Mama juga pasti akan cerita sama papa. Lepas urusan sama adiknya malah datang kakaknya,” desah Gayatri. “Jadi orang cantik terkenal repot ya Ma, ada yang jelas suka. Ada juga yang enggak suka, padahal Mama orang baik.” Pilar mengungkapkan perasaan tidak pahamnya. “Enggak selalu orang terkenal dan cantik semua suka, pasti ada sisi baik dan buruknya. Semua orang seperti itu, Sayang. Sekalipun kita s
Read more
Sepotong Tiramusu
Gayatri melempar senyuman lebar saat Rachel mengatakan suaminya gemar sekali menggoda dirinya semenjak ia melepas IUD. “Capek gua keramas mulu setiap hari, akhirnya gua potong juga ini rambut jadi pendek,” gerundel Rachel. Gayatri semakin tertawa geli sendiri akhirnya terjawab juga rasa penasarannya mengapa Rachel datang ke rumahnya dengan rambut bob sangat pendek sedangkan Rachel adalah penggila rambut panjang bergelombang. “Astaga perut aku sakit, tolong sudah jangan buat aku tertawa Chel.” Gayatri menepuk-nepuk bahu Rachel, padahal Rachel sendiri tidak berniat melawak. Ia kesal sekaligus bahagia. “Pelan-pelan Sayang, nanti kontraksi kamu,” dengus Rachel. Gayatri mencubit pinggang Rachel yang berucap sembarangan dan kini Rachel yang meringis kemudian tertawa lebar mengatakan maaf saat menyadari ucapannya tidak baik. “Semoga lekas isi ya Chel, sepertinya kamu akan kalem saa
Read more
Siapa Yang Waras
“Hah?” Rachel membuka mulutnya lebar. “Telepon Pilar hanya mengajak makan tiramisu. Sudah, begitu doang teleponnya langsung dimatikan saat Pilar tanya keberadaan Marisa. Lagi enggak sadar kali ya dia.” Gayatri menghabiskan isi gelasnya. “Bisa jadi sih ... kata Pilar suaranya bagaimana? apa sengau atau bagaimana?” tanya Rachel. “Pilar mana tahu suara orang teler, Chel.” Gayatri menggelengkan kepala dan membuat Rachel meringis kembali. “Mungkin kode sesuatu .... “ “Kode apa? jangan banyak menonton drama deh Chel. Kamu horor sekali ah, aku sudah mencoba positif thinking tahu dari kemarin ditenangin Eliot. Eh malah kamu juga berpikir sama kaya aku. Aku takutnya dia nekat lagi seperti dulu.” Gayatri mengutarakan kecemasannya. “Sory Gaya, refleks saja begitu,” kekeh Rachel. “Aku sudah pesan sama Pilar untuk enggak berdiri di luar sekolah dan tempat les sendirian se
Read more
Putra Pertama Gayatri
“Bagaimana, Sayang?” serbu Gayatri begitu sang suami tiba di rumah dua jam kemudian. “Kami bicara, ternyata dia sama gilanya dengan adiknya tapi masih sedikit waras.” Eliot melepas kancing kemeja satu persatu. “Papa kalau jelaskan yang jelas dong, kami menunggu tahu,” protes Pilar.Eliot menghela nafas panjang. “Ini urusan Papa sama dia, Sayang. Dua laki-laki dewasa yang berbisnis, intinya dia tidak akan lagi menemui kamu maupun mama di manapun berada dan tidak akan mencelakai kamu dan mama. Untuk bagaimana rinciannya, Papa enggak bisa cerita sama kamu karena kamu belum dapat memahami sepenuhnya mengenai kerjasama papa dan tante Marisa yang dicurangi dia. Mengenai pasal-pasal yang bisa seret dia ke meja hijau karena melanggar banyak sekali peraturan. Kamu akan mengantuk dan pusing kalau Papa jelaskan. Papa ... tepatnya mengancam karena berani sekali dua buat kamu ketakutan di sekolah. ” Eliot mengusap kepala Pilar dengan senyuman geli.
Read more
Mobil Hadiah
“Sayang ... Mama ... mau burger enggak?” Seruan Eliot menjadikan Gayatri menarik nafas panjang. “Iya ... enggak pakai tomat timun,” jawab Gayatri. Gayatri dan Pilar tengah duduk di teras depan di minggu pagi, setelah dua hari penuh Eliot mengurusi fitnah hotel Marisa, akhirnya Eliot bertemu dengan Marisa di kediamannya di Bali. Berbicara berdua serta Marisa meminta maaf pada dirinya. Marisa tahu ia akan celaka jika bermain-main dengan Eliot. “Papa mengajak kita belanja baju adik bayi, Ma. Mama ikut tapi pakai kursi roda katanya,” ringis Pilar. “Enggak ah, Mama sehat kok di suruh duduk di kursi roda. Justru jalan kaki pada ibu hamil besar itu bagus untuk membuat kepala bayi di bawah. Kalau Mama merasa enggak sanggup atau sakit pasti Mama yang akan minta gendong duluan,” terang Gayatri. Pilar tertawa mengangguk, ia yang diminta papanya membujuk sang mama agar mau pakai kursi roda saat mengeli
Read more
Dua Saudara
“Elu dengar dari mana?” Eliot bertanya dengan menyandarkan punggungnya. “Dunia bisnis sempit sudah pasti akan bersinggungan juga, gila beritanya parah sekali elu menggelapkan dana selama menjadi tunangannya Marisa. Mungkin bagi yang benar-benar kenal akan tidak percaya tapi untuk calon-calon relasi baru akan berpikir dua kali bekerja sama dengan elu.” Zidan menjelaskan dengan serius. “Itu bukan menjadi masalah buat gua, gua bisa buktikan sepeserpun enggak pernah menggelapkan uang hotel Marisa. Hotel itu bahkan berhutang sangat banyak sama gua dan sepertinya enggak bisa dibayar juga. Memang licik sekali ternyata Marisa, gua sedang menunggu saat yang tepat menyeretnya sampai bersih. Yang gua cemaskan adalah anak bini gua,” desah Eliot. “Eh kenapa dengan Gayatri sama Pilar?” Zidan mengerutkan kening dalam. “Rusel licik, dia menemui anak bini gua. Membuntuti lebih tepatnya, bahkan mendatangi sekolah Pilar samp
Read more
Kontraksi Dini
“Mama ... ini semuanya mau di laundry dulu kan?” Pilar bertanya saat mereka tengah membongkar semua belanjaan pakaian adiknya di atas karpet ruang tengah. “Iya dong Sayang, ssemua sampai bantal, guling, selimut. Nanti diambil ke sini, kita masukkan tas besar saja sama koper biar nanti datang sekalian masuk ke sana. Baju anak cowok memang tidak banyak modelnya selain kemeja dan kaos. Tapi pilihan kamu lucu-lucu sekali Mama suka,” tukas Gayatri. “Aku hanya pilih beberapa, selebihnya pilihan Mama dan keren-keren. Ini sampai usia tiga tahun bisa enggak beli baju ini, adek,” kekeh Pilar. “Banyak sekali ya kita belinya? Biarkan ... kata papa kamu boleh borong kok,” kelakar Gayatri. Pilar mengangguk dengan ringis lebar melihat hamparan pakaian mungil-mungil di sekitar mereka. “Mama mau melahirkan normal?” tanya Pilar. “Inginnya normal dan semoga bisa normal ya, Sayang. Yang menentuka
Read more
Bengkak
“Pulang saja yuk,” pinta Gayatri. Eliot yang masih memeluk Gayatri yang duduk di tepian bangkar UGD dengan kaki bergelantungan. Membelai pinggang sang istri sedari satu jam lalu, setelah di periksa ternyata belum saatnya lahir dan Gayatri baru mengalami kontraksi palsu dan sekarang setelah dua jam sudah membaik hilang total sakit diperutnya. “Nanti tunggu dokter periksa lagi ya, sabar dulu.” Eliot membujuk dengan membelai kepala sang istri yang tenggelam di dadanya. “Kamu panggil saja, kasihan Pilar sama Rachel masih menunggu di luar,” lirih Gayatri. “Mereka sedang makan di foodcourt aku sudah minta mereka makan dulu karena enggak ada yang mau pulang. Mau bareng kamu katanya, jangan pikirkan yang lain Sayang. Yang harus kamu pikirkan adalah yang positif-positif seperti kata dokter. Semoga enggak ada lagi kontraksi palsu ya Sayang. Kontraksinya pas mau lahiran saja, setengah jam saja kalau boleh minta,” papa
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status